Dimas kembali ke rumah setelah bertemu Della, mendengar janji yang dibuat Della membuat Dimas sangat senang. Baru saja menginjakkan kaki di rumah, Dimas terkejut mendengar suara Salsa dan Anggara yang ternyata belum tidur meski sudah larut.
"Emangnya kamu sudah yakin?"
"Yakin, Pa. Mama tuh lihat dengan mata kepala sendiri, Alena jalan sama om-om."
"Terus."
"Ya, Mama omong sama Hardi. Eh, malah dia bilang putra kita mabuk dan berperilaku buruk."
Seketika Dimas tersedak mendengar Salsa yang sedang mengadu masalah dirinya dan Alena, tapi bersyukur juga karena Salsa percaya.
"Pokoknya Mama nggak terima kalau Dimas dijelek-jelekkan. Masih banyak kok gadis lain yang lebih baik dari putrinya."
Amarah Salsa tengah membumbung tinggi. Salsa tipe wanita yang mempercayai sesuatu yang dilihatnya sendiri, kalau sudah melihatnya sekali maka dia akan menilai dalam waktu itu juga.
"Malam, Ma, Pa!" sapa Dimas yang menghampiri setelah sebelumnya
Della tengah bersiap bekerja seperti biasa. Ini sudah beberapa minggu semenjak dirinya berjanji akan menemui orangtua Dimas. Della sudah memantapkan hati untuk memenuhi janji, karena dirinya sekarang juga sudah benar-benar sah jadi janda, setelah surat cerainya keluar.Della bersiap ke resto, hingga fokus teralihkan pada ponsel yang berdering."Halo, Tan.""Del, kamu udah mau berangkat ke resto? Kamu bisa nggak libur aja dulu, aku mau ke rumah sakit karena Susan mau melahirkan, dan Bagas nggak ada yang jagain." Suara Livia terdengar dari seberang panggilan."Kak Susan sudah melahirkan, syukurlah. Aku akan ke sana." Della terlihat bahagia mendengar kakak iparnya sudah melahirkan."Terima kasih."Della bergegas keluar dari rumah, hendak mencari taksi untuk pergi ke rumah Livia. Ia melihat mobil Dimas yang ternyata sudah di depan menunggunya."Sudah siap?" tanya Dimas."Aku tidak ke resto karena ambil libur," jawab Della yan
Della mengajak Bagas ke Mall, hendak membelikan sesuatu untuk Susan. Mereka masuk ke sebuah toko peralatan bayi dan anak, Della tengah fokus mencari barang dengan Bagas yang berada di gendongan."Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan toko."Ah ya, saya mau cari perlengkapan bayi," jawab Della seraya mengulas senyum.Pelayan toko menunjukkan deretan barang berkualitas mereka, Della sendiri mengamati satu persatu untuk memastikan barang yang cocok.Bagas terus bergerak dalam gendongan, membuat Della kesusahan ketika memilih barang."Bagas mau turun?" tanya Della.Bagas mengangguk membuat Della menurunkan bocah itu. Della hanya menggenggam telapak tangan Bagas agar tidak lepas dan pergi.Namun, karena Della hendak mengecek barang, membuatnya lupa jika tengah menggenggam tangan Bagas dan melepas bocah itu.Bagas yang tidak dipegang Della, lantas berjalan ke arah sesuatu yang menarik baginya. Bocah itu terus mengeksplor t
Dimas dan Della tampak berjalan bersama menyusuri koridor rumah sakit, mereka baru saja menjenguk bayi Susan dan Malik. Sedangkan Bagas langsung diajak pergi oleh Livia, hingga kini tinggal mereka berdua."Tadi waktu di Mall, Bagas hampir saja turun ke elevator." Della menceritakan hal yang terjadi di Mall sebelum Dimas menjemputnya tadi."Kok bisa? Kenapa baru cerita?" tanya Dimas yang seketika panik saat mendengar Bagas hampir turun sendirian tanpa pengawasan.Della cerita bagaimana Bagas minta turun dari gendongan dan kemudian berjalan keluar toko tanpa sepengetahuan, membuatnya begitu panik. Ia juga bercerita tentang wanita yang menahan Bagas hingga bocah itu tidak turun."Bagas mengira itu tante Livia, karena terus memanggil dengan sebutan 'oma'," ujar Della setelah selesai bercerita."Syukurlah, lain kali jangan sampai teledor, Bagas masih kecil. Bagaimana kalau tiba-tiba terjadi sesuatu padanya. Hmm ...." Dimas merangkul pundak Della mendeka
Gara-gara pembahasan masalah janda, kini Salsa merajuk dan tetap menganggap kalau Anggara yang ingin menikah lagi, meski pria itu sudah menjelaskan ribuan kali dari malam hingga pagi.Pagi itu, Dimas memperhatikan kedua orangtuanya yang tampak tak akur. Mereka duduk bersama di meja makan untuk sarapan seperti biasanya, tapi terlihat jelas kalau Salsa tak acuh pada Anggara.Dimas memiringkan kepala hingga mengarah ke Anggara, saat Salsa tengah fokus sarapan."Ada apa?" tanya Dimas berbisik."Mamamu salah paham, dia mengira Papa yang mau menikah dengan janda," jawab Anggara ikut berbisik."Memangnya Papa bilang apa?" tanya Dimas lagi masih dengan suara pelan."Bilang kalau kamu nikah sama janda, mamamu setuju nggak," jawab Anggara dengan melirik Salsa yang masih fokus makan.Dimas langsung tersedak mendengar jawaban Anggara, hingga semakin terkejut ketika mendengar Salsa berdeham.Salsa sadar kalau dua pria yang sedang berada di
Della sedang melakukan pekerjaan seperti biasanya, karena malam nanti sudah berjanji pada Dimas jika ingin menemui kedua orangtua pemuda itu, membuat Della mengambil jadwal pagi."Del, ada cowokmu." Salah satu teman Della menghampiri.Della yang tengah mencuci gelas, langsung mematikan air, menatap teman yang memberi kabar itu."Dimas?" tanya Della memastikan. Tangannya dilap menggunakan celemek."Siapa lagi! Memangnya kamu punya cowok berapa?" Teman Della malah menggoda karena wanita itu memastikan."Ck, satu aja nggak habis." Della menonyor kepala temannya, sebelum akhirnya keluar dari dapur untuk menemui Dimas.Della melihat Dimas yang duduk di meja yang terdapat di sudut ruangan. Lantas menghampiri dan langsung duduk berhadapan dengan pemuda itu."Ada apa? Kenapa ke sini tak memberi kabar?" tanya Della dengan senyum mengembang di bibir.Dimas langsung mengulas senyum ketika melihat Della, mencoba bersikap biasa meski sebena
Sore itu setelah pulang dari restoran, Della langsung mempersiapkan diri untuk pergi ke tempat di mana akan bertemu ayah Dimas. Bahkan sampai tak menemui Bagas dulu karena takut terlambat.Della memakai dress sederhana dengan motif bunga mini. Ia memakai flatshoes karena merasa high heels terlalu merepotkan. Meski Dimas sudah menawarkan untuk membelikan gaun baru, tapi Della menolak dan memilih berpenampilan apa adanya, agar suatu saat ketika Anggara melihat Della dengan penampilan lain tidak akan terkejut. Ia ingin jadi dirinya sendiri, dan memakai apa yang dimiliki.Della sudah naik taksi, meminta sang sopir menuju alamat restoran yang dijadikan tempat bertemu orangtua Dimas."Pak, bisa agak cepat nggak?" tanya Della yang tak ingin terlambat datang."Bisa, Mbak. Tapi ini agak macet, kalau ngebut takutnya nanti malah celaka," jawab sang sopir.Della hanya bisa menghela napas hingga meniup poni yang jatuh ke dahi, tak mungkin baginya memaksa
Dimas dan Anggara pergi ke rumah sakit untuk menyusul Della. Dimas sendiri tak tahu apa yang terjadi, hanya langsung panik saat Della mengatakan kalau sedang berada di sana."Dia di mana?" tanya Anggara ketika mereka baru saja turun dari mobil."UGD, Pa." Dimas menjawab seraya berjalan cepat untuk bisa segera menjumpai Della.Begitu sampai di UGD, Dimas melihat Della yang sedang duduk di kursi selasar panjang dengan menundukkan kepala."Del!" panggil Dimas seraya melebarkan langkah.Della langsung menoleh ketika mendengar suara Dimas, hingga berdiri karena melihat ada Anggara bersama Dimas. Della tak menduga reaksi Dimas akan berlebih, pemuda itu langsung memeluk dirinya, membuat Della bergeming karena terkejut."Kamu tidak kenapa-napa, 'kan?" tanya Dimas yang begitu panik. Masih memeluk wanita itu seakan enggan melepas.Anggara yang melihat bagaimana putranya memeluk karena cemas, mencoba memalingkan wajah karena tak ingin mengganggu
Anggara meminta Dimas mengantar Della pulang dulu, karena merasa kasihan sebab pakaian Della penuh bercak darah. Dimas mengantar Della setelah memastikan Salsa dipindah ke ruang perawatan.Keduanya masih duduk di dalam mobil, meski sudah sampai di depan rumah kontrakkan Della."Terima kasih sudah membawa mama ke rumah sakit," ucap Dimas memecah keheningan kabin itu.Della hanya mengangguk, entah kenapa merasa aneh dengan situasi saat ini."Kamu tidak apa-apa?" tanya Dimas ketika menyadari jika Della tak banyak bicara seperti biasanya."Ha, aku tidak apa-apa," jawab Della seraya menoleh dengan seutas senyum, meski sebenarnya terkejut."Aku pergi dulu." Pamit Della yang langsung mendapat sebuah anggukan dari Dimas.Della melipat bibir ke dalam, sebelum akhirnya membuka pintu mobil untuk keluar. Dimas merasa kenapa semuanya serba kebetulan, terus mengetukkan jari telunjuk di stir ketika Della keluar dari mobil, melihat kekasihnya i