Anggara meminta Dimas mengantar Della pulang dulu, karena merasa kasihan sebab pakaian Della penuh bercak darah. Dimas mengantar Della setelah memastikan Salsa dipindah ke ruang perawatan.
Keduanya masih duduk di dalam mobil, meski sudah sampai di depan rumah kontrakkan Della.
"Terima kasih sudah membawa mama ke rumah sakit," ucap Dimas memecah keheningan kabin itu.
Della hanya mengangguk, entah kenapa merasa aneh dengan situasi saat ini.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Dimas ketika menyadari jika Della tak banyak bicara seperti biasanya.
"Ha, aku tidak apa-apa," jawab Della seraya menoleh dengan seutas senyum, meski sebenarnya terkejut.
"Aku pergi dulu." Pamit Della yang langsung mendapat sebuah anggukan dari Dimas.
Della melipat bibir ke dalam, sebelum akhirnya membuka pintu mobil untuk keluar. Dimas merasa kenapa semuanya serba kebetulan, terus mengetukkan jari telunjuk di stir ketika Della keluar dari mobil, melihat kekasihnya i
Malam semakin larut, tapi tampaknya Della tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia terlihat terus menggeser dan berpindah posisi berbaring, dari miring, telentang, sampai telungkup."Kenapa aku tidak bisa tidur?" Della menggerutu.Ia duduk dengan menggaruk kepala tidak gatal, mendengus berulangkali sebelum akhirnya turun dari ranjang dan keluar kamar."Benarkah, baguslah. Ya, aku akan ke sana besok."Della mendengar suara Dimas yang sedang menghubungi seseorang. Karena penasaran, membuat Della akhirnya mendekat."Telpon dari siapa?" tanya Della begitu sampai di belakang Dimas.Dimas yang baru saja mengakhiri panggilan, tampak terkejut dan hampir menjatuhkan ponselnya. Della tertawa melihat Dimas terkejut, tak mengira kalau sampai seperti itu."Apa kamu mengira aku hantu, hmm ... sampai terkejut seperti itu?" tanya Della yang kemudian memilih berjalan ke sofa dan duduk di sana.Dimas yang terkejur, lantas menghela napas lega dan menjaw
Keringat dingin terasa di telapak tangan Della, merasa gugup karena takut dengan reaksi Salsa. Dimas sendiri terus menggandeng tangan Della, terus meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja."Kalau mama terlihat marah, langsung bersembunyi di belakangku," kata Dimas yang berjalan seraya menggandeng tangan Della."Memangnya kenapa?" tanya Della yang penasaran."Emm ... itu--" Dimas menggosok hidungnya sebelum bicara. "Mama suka ngelempar apa pun yang ada di dekatnya kalau marah," lanjutnya.Della tertawa kecil mendengar hal itu, lantas berkata, "Tenang saja, kamu aja bisa aku kalahkan kalau masalah berkelahi, jika hanya menangkis lemparan dari mamamu, itu adalah hal yang mudah."Dimas mengulas senyum dan mempererat genggaman tangan pada Della, membuat wanita itu juga tersenyum lebar.Mereka pun sampai di depan ruang inap Salsa. Della tampak menarik napas dan mengembuskan berulang kali, merasa gugup dengan apa yang akan dihadapinya dari balik
"Saya ingin menjenguk seseorang," ucap Della untuk menjawab pertanyaan Salsa."Oh, kebetulan ya, kamu malah dengar aku memanggil perawat dan akhirnya membantuku." Salsa tersenyum setelah mendengar jawaban Della, wanita itu mengelap tangannya dan kemudian hendak keluar."Sebenarnya, saya ke sini karena ingin menemui Anda. Anda adalah orang yang ingin saya jenguk," ucap Della memberanikan diri. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika mengatakan itu.Salsa awalnya terkejut ketika mendengar Della mengatakan itu, tapi hanya berpikir jika Della pasti mencemaskan dan ingin mengetahui kondisinya yang baru mengalami kecelakaan."Kamu baik sekali karena mau menjengukku," ucap Salsa, tapi sedetik kemudian Salsa memiliki pemikiran lain. "Apa kamu ke sini karena ingin membahas masalah kecelakaan itu, atau kamu mau meminta imbalan?" tanya Salsa dengan banyak dugaan di kepalanya.Della menahan tawa ketika mendengar dugaan Salsa, hingga menggelengkan kepala pelan
Della mencoba bersikap tenang menghadapi Salsa, meski merasa sedikit takut ketika hanya ada dirinya dan Salsa saja di ruangan itu.Terdengar helaan napas kasar, Della langsung melirik Salsa yang ternyata sudah menatapnya. Ia merasa sedikit canggung karena Salsa sedari tadi mengamuk."Aku haus, ambilkan minum!" perintah Salsa dengan suara nada datar.Della mengangguk, lantas menuangkan air dari tumbler ke gelas, kemudian menyodorkan gelas berisi air itu pada Salsa.Salsa memperhatikan gerak-gerik Della, menilai sifat dari cara janda cantik itu menuang air dan menyuguhkan padanya. Ia menerima gelas dari Della, menenggak sedikit isi di dalam sebelum akhirnya kembali menatap Della."Duduklah!" perintah Salsa dengan nada suara pelan."Baik," kata Della yang kemudian duduk di kursi."Siapa namamu?" tanya Salsa."Della, Della Mahardika."Salsa menarik napas dalam-dalam, kemudian menghela perlahan berulangkali, seakan sedang men
"Kapan kami bisa bertemu dengan keluargamu?" tanya Salsa.Sudah dua hari semenjak Salsa dirawat, hari ini wanita itu sudah pulang dan kini ada di rumah bersama Dimas, Anggara, juga Della.Keempatnya sedang makan siang bersama, Della ada di sana karena permintaan Salsa, merasa perlu sebab baik Dimas maupun Della mengatakan jika ingin menjalin hubungan yang serius."Sebenarnya kedua orangtuaku sudah meninggal, aku hanya memiliki satu kakak tiri," jawab Della sedikit ragu, takut jika Salsa akan mempermasalahkan itu.Salsa terdiam dengan menatap Della. Dimas dan Anggara bertukar pandangan, merasa was-was kalau Salsa kembali tak setuju jika tahu tentang keluarga Della."Saudara tiri? Hmm ... kamu juga tidak bisa memilih antara kandung atau tiri, jadi aku tidak akan mempermasalahkan," ujar Salsa yang membuat ketiga orang lainnya menghela napas lega. "Asal saudaramu setuju menjadi wali, tentu kami akan mendatangi untuk membicarakan perihal lamaran," imbuh
Della dan Dimas tengah duduk menatap orang yang berhadapan dengan mereka. Keduanya ternyata pergi menemui Malik dan Susan, ingin meminta Malik menjadi wali keluarga Della.Susan melirik sang suami yang sedari tadi hanya diam, dirinya sendiri sedang memangku bayinya."Sayang, kamu mau diam sampai kapan?" tanya Susan karena sang suami hanya diam. Ia sampai menepuk lengan Malik.Malik mendesau, hingga kemudian menepuk kedua paha sebelum bicara."Kamu yakin sudah mau menikah lagi?" tanya Malik. Meskipun Della bukan adik kandungnya, tapi tetap saja Malik khawatir ketika mengingat bagaimana dulu Della disakiti oleh mantan suami."Ya, tentu saja. Kenapa kamu ragu?" tanya Della setelah menjawab pertanyaan Malik. Della memang tak ada sopannya ketika bicara dengan Malik."Tentu saja ragu karena kamu baru saja bercerai," jawab Malik dengan nada tegas.Della mencebik mendengar jawaban Malik, tapi tentu saja paham akan maksud sebenarnya dari kakak
Malam itu Dimas terlihat tidak bisa tidur. Dirinya tidur di kamar sendiri, sedangkan Della tidur bersama Mitha. Sedangkan Ahsan sendiri tampaknya belum pulang, karena seharusnya Dimas tidur dengan pria itu sebab rumah Mitha hanya ada 2 kamar.Dimas keluar dari kamar, melihat pintu kamar tempat Della tertutup rapat. Ia berjalan keluar rumah dan duduk di bangku yang berada di teras rumah. Dimas bisa merasakan terpaan angin malam yang terasa dingin, suara jangkrik dan kodok menemani sepinya keheningan.Tak lama berselang, mobil pickup Ahsan berhenti tepat di belakang mobil Dimas. Pria itu turun dan melihat Dimas yang duduk di teras. Karena sudah tahu jika Della datang, tentu saja Ahsan tak terkejut ada Dimas di sana."Kenapa tidak istirahat? Bukannya kamu baru saja melakukan perjalanan panjang?" tanya Ahsan dengan sopan. Ia berjalan mendekat ke arah Dimas duduk, satu tangan menenteng sebuah kantong plastik.Dimas terkejut mendengar Ahsan yang bicara begitu s
Di rumah Livia. Livia dan Susan sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut keluarga Dimas. Livia sampai meliburkan restorannya, meminta koki dan pelayannya untuk membantu di sana. Livia tidak ingin mengecewakan keluarga Dimas, dan menganggap kalau tidak ada yang peduli dengan Della.Della sendiri dirias dan mengenakan dress sederhana. Awalnya Della ingin berpenampilan biasa saja, karena menganggap kalau itu hanya kunjungan untuk membahas pernikahan mereka. Namun, Livia bersikukuh agar Della didandani dengan cantik, tak ingin membuat Della melewatkan momen indah seperti itu."Mamamu terlalu berlebih," keluh Della ketika Susan masuk ke kamar.Susan tersenyum, lantas menatap Della yang duduk di depan meja rias."Wah, kamu sangat berbeda dari biasanya," ujar Susan ketika melihat penampilan Della."Aneh, ya?" Della malah merasa khawatir kalau dandanannya aneh."Eh, siapa bilang? Kamu sangat cantik," puji Susan yang langsung membuat wajah Della