Della merasa cemas setelah bertemu Alvian, bukannya takut dengan pria itu, tapi hanya khawatir jika Alvian tiba-tiba mencari keberadaan Bagas.
"Dia tidak mungkin tahu di mana Bagas bukan?" Della bertanya-tanya sendiri. "Lagi pula Bagas sedang nggak di kota ini," gumamnya lagi.
Dimas yang baru saja selesai mandi, tampak keheranan melihat Della yang melamun seraya menatap jendela. Ia pun langsung duduk di sebelah Della, membuat wanita itu terkejut dan hampir berjingkat dibuatnya.
"Kamu kenapa terkejut sampai seperti itu?" tanya Dimas keheranan.
"Ya, kamu tiba-tiba duduk gitu aja. Jelas dong aku kaget," jawab Della yang terlihat bereaksi terlalu berlebih.
Dimas benar-benar heran dengan sikap Della. Menatap dan mencari tahu apakah benar istrinya itu tidak sedang memikirkan sesuatu.
"Beberapa hari ini kamu terlihat sering melamun, apa ada masalah?" tanya Dimas mencari tahu.
"Nggak ada, Dim. Mungkin cuma lelah," jawab Della memberi alasan.<
Della keluar untuk melihat siapa yang mencarinya dengan perasaan was-was. Bahkan langkah kakinya begitu pelan, karena takut jika benar yang mencarinya adalah Alvian. Namun, ketika melihat mobil pick up yang dikenalnya terparkir di halaman restoran, membuat Della bernapas lega, karena ternyata yang datang adalah Ahsan.Ahsan terlihat berdiri di dekat mobil pick up, tersenyum saat melihat Della."Aku kira siapa? Kenapa nunggu di sini?" tanya Della begitu sudah sampai di hadapan Ahsan."Mau masuk, tapi masih keringetan. Jadi, tunggu di sini aja," jawab Ahsan. "Memangnya kamu kira siapa? Lagi nunggu seseorang?" tanya Ahsan balik."Nggak," jawab Della. "Ayo masuk."Della pun mengajak Ahsan masuk. Pria itu ternyata baru saja mengantar buah hasil kebun seperti biasa. Ia mampir karena membawakan buah untuk Della juga."Kamu terlihat tidak tenang, ada apa?" tanya Ahsan setelah melihat Della yang berbincang tapi ada kegelisahan di wajah.Della
Della terlihat gelisah setelah mendapat pesan dari Alvian. Mengetahui jika mantan suaminya itu sudah tahu keberadaan Bagas, membuat Della tak bisa merasa tenang.Dimas terus memperhatikan Della yang tampak tak tenang sejak mereka makan tadi. Ia pun mendekat dan langsung duduk di sebelah Della."Ada apa, hmm?" tanya Dimas seraya merangkul pundak Della.Della terkejut dan hampir berjingkat. Ia memegangi dada ketika sadar jika yang menyentuhnya adalah Dimas."Kamu mengagetkanku," ucap Della masih mencoba mengatur detak jantung yang berdegup tak beraturan.Dimas mengernyitkan dahi, benar-benar aneh dengan sikap Della, apalagi istrinya itu sekarang sering sekali melamun."Kamu kenapa? Aku lihat kamu tidak tenang sejak sepulang kerja. Apa ada masalah di kerjaan?" tanya Dimas mencoba mencari tahu.Della menatap Dimas, tak bercerita karena tak ingin Dimas cemas. Lagipula Della seharusnya tahu, jika mungkin saja Alvian hanya menggertak dan men
Della menatap pria yang berdiri dihadapannya. Ia bersidekap dada dengan perasaan kesal yang membuatnya geram."Mau apa lagi kamu?" tanya Della dengan nada membentak.Karena Alvian tiba-tiba masuk ke taksi, tak mungkin juga Della langsung mengusir pria itu. Ia hanya tak ingin Livia melihat dan bertanya siapa Alvian. Akhirnya Della mengajak Alvian bicara di tempat lain."Bukankah sudah jelas, aku menginginkan Bagas," jawab Alvian yang tidak takut sama sekali melihat Della."Ck, apa kamu pikir aku akan memberikan Bagas begitu saja? Apa kamu lupa perkataanku terakhir kali? Bukankah aku memperingatkan kalau tak ingin lagi melihatmu, apa kamu mau aku benar-bnar membinasakan pabrik lelemu?" Della bicara dengan nada menggertak."Apa kamu pikir aku takut? Kamu salah, Del!" Alvian menyeringai, menatap Della seakan merasa menang dari wanita itu.Della terkesiap dengan ucapan Alvian, berpikir dari mana pria itu memiliki keberanian."Sepertinya ya
"Kamu dari mana?"Della yang baru saja masuk, sedikit terkejut ketika mendengar suara Dimas."Dari rumah mama Livi, bukankah aku tadi sudah izin," jawab Della mencoba tersenyum.Della berjalan menghampiri Dimas yang duduk di tepian ranjang. Ia pun ikut duduk di samping suaminya itu.Dimas menatap Della dengan wajah datar, sampai menghela napas berat karena tak percaya dengan jawaban Della."Ada apa?" tanya Della yang melihat ekspresi berbeda di wajah Dimas."Aku tadi mampir ke sana untuk menjemputmu, tapi kata mama Livi kamu sudah pulang, saat sampai di rumah, kamu pun tak ada. Dari mana?" tanya Dimas. Ia menoleh Della yang ada di sampingnya.Della terkejut dengan perkataan Dimas. Ia tampak gepalapan saat akan menjawab pertanyaan itu."Itu, tadi aku--" Belum Della menjawab, Dimas sudah memotong dengan cepat."Bertemu seseorang?" tanya Dimas. Meski dirinya cemburu, tapi tak lantas berpikir negatif.Della terk
"Kamu sudah tidak marahkan?" tanya Della, mendongak agar bisa melihat wajah Dimas.Dimas menggelengkan kepala, mengusap lembut sisi wajah istrinya itu, tersenyum hangat untuk melegakkan hati Della."Aku cuma tidak ingin dia mengganggu hidup apalagi pekerjaanmu, karena itu aku mencoba mengatasinya sendiri," terang Della lagi."Tapi tetap saja aku ini suamimu, apa pun yang terjadi padamu, aku juga harus tahu. Bagaimana bisa aku membiarkan istriku menghadapi masalah sendirian," ujar Dimas.Della lagi-lagi hanya mengangguk, jemarinya terlihat memainkan kancing kemeja Dimas."Kamu belum mandi?" tanya Della."Belum, aku nunggu kamu karena tak bisa tenang," jawab Dimas, melirik ke bawah agar bisa melihat wajah Della."Aku juga belum, mau mandi bareng?" tanya Della mengajak Dimas. Ia mendongak, hingga manik mata mereka bertemu.Dimas menaikkan satu sudut alisnya, tak biasanya Della mengajak mandi bersama, tapi bukankah itu baik untuk h
Malam itu, Della tidur dengan perasaan gelisah, bahkan terlihat sesekali mengerutkan kelopak mata. Dimas yang merasakan istrinya tidak bisa tidur dengan tenang, tentu saja terbangun akan hal itu.Dimas membuka mata, memperhatikan Della yang terlihat sedang bermimpi buruk."Del, ada apa? Mimpi buruk, hmm?" tanya Dimas mencoba membangunkan Della.Della membuka mata ketika merasakan sentuhan tangan Dimas di pipi. Ia melihat Dimas yang sudah menatapnya, dadanya naik turun tak beraturan."Ada apa?" tanya Dimas sekali lagi."Tidak apa-apa, hanya mimpi buruk," jawab Della."Mimpi tentang Alvian? Apa perlu aku yang menemuinya dan bicara untuk tak menemuimu?" tanya Dimas karena cemas jika Della tertekan.Della menggeleng tanda tak setuju. Ia malah ingin agar Alvian tak tahu siapa Dimas agar tak mengganggu suaminya. Della sadar jika Alvian yang menemuinya, bukanlah Alvian yang dikenalnya dulu."Selama dia tidak melakukan hal yang buruk,
Benar dugaan Della, Alvian mendatanginya bukan semata-mata ingin meminta kembali bersama atau menginginkan Bagas, pria itu ingin uang untuk menunjang hidup, sebab Alvian kini menjadi pengangguran."Setelah ini, jangan pernah mengganggu hidupku maupun Bagas lagi!" Della meletakkan sebuah stofmap coklat berukuran sedang di atas meja, lantas mendorong ke arah Alvian dengan telunjuk.Setelah tahu dengan maksud pria itu, Della memutuskan mengambil uang tabungannya untuk diberikan pada Alvian, berharap pria itu mau berhenti menganggu hidupnya, terutama Bagas.Alvian tersenyum miring, ternyata Della memang masih seperti dulu, mudah dibujuk jika sudah menyangkut tentang kenyamanan hidup. Ia mengambil stofmap itu, lantas menengok isi di dalamnya."Hanya segini? Bukankah suamimu kaya?" tanya Alvian yang merasa jika uang dari Della terlalu sedikit, menganggap mantan istrinya itu pelit meski memiliki suami yang kaya."Jangan melunjak! Kamu harusnya bersyukur a
Della pulang dijemput Dimas, mereka langsung pulang karena Bagas ada di rumah Salsa. Begitu Della turun dari mobil, Bagas berlari ke arah ibunya, mengabaikan Salsa yang sejak dari tadi bermain dengannya."Mama." Bocah itu langsung meminta gendong.Della begitu senang melihat Bagas, terlebih ketika mengingat jika dirinya sudah terlepas dari Alvian, serta bisa menjauhkan Bagas dari mantan suaminya itu."Bagas lagi main apa sama Oma?" tanya Della seraya berjalan ke arah Salsa yang berada di halaman rumah.Dimas sendiri berjalan di sebelah Della, sesekali mengusap rambut putra tirinya itu."Mama, mobil." Bagas memperlihatkan mobil yang dipegangnya."Ih, bagus. Siapa yang beliin? Oma Salsa atau Oma Livi?" tanya Della ketika Bagas begitu semangat memperlihatkan mainan yang dibawa."Papa."Seketika langkah Della terhenti, menatap Bagas dengan rasa tak percaya, sebelum kemudian menatap pada Dimas."Kamu yang beliin?" tanya Della