Karena Della sudah tidak dalam halangan. Siang itu Dimas pergi ke ruang Anggara untuk mengajukan cuti.
"Ada apa jam segini ke sini, hmm? Kamu ingin ngajak Papa bolos kerja," seloroh Anggara ketika melihat putranya datang ke ruangan pada jam kerja.
Dimas tertawa mendengar candaan sang papa, hingga memilih duduk di kursi yang terdapat di depan meja Anggara.
"Mana berani aku ngajak bolos, yang ada aku dipecat tak hormat nanti," kelakar Dimas.
Anggara ikut tertawa, hingga mencoba bersikap serius karena tahu jika putranya datang ke sana pasti ada yang ingin disampaikan padanya.
"Ada apa? Apa kamu perlu bantuan?" tanya Anggara.
"Ya, sebenarnya aku mau ambil cuti yang pernah Papa janjikan waktu itu," jawab Dimas seraya mengusap tengkuk berulang kali.
"Cuti? Ah, apa sudah bebas?" tanya Anggara ambigu.
"Ya, aku ingin mengajakn
Della dan Dimas sudah sampai di Bali. Mereka baru saja tiba di resort yang di booking khusus oleh Salsa sebagai kado pernikahan keduanya. Della masuk ke kamar begitu pelayan resort yang mengantar sudah membukakan pintu, sedangkan Dimas yang membawakan koper mereka.Della terkesima dengan kamar mereka, bukan karena ranjangnya bertabur kelopak mawar seperti yang didapat pasangan pengantin pada umumnya, tapi karena pemandangan yang didapat dari sudut pandang dirinya berdiri sekarang. Della langsung membuka pintu kaca yang menghalangi dunia luar dengan kamarnya, melihat hamparan laut biru yang indah, dengan kolam renang yang berada di depan kamar."Sangat indah," gumamnya penuh dengan pujian.Dimas yang baru saja meletakkan koper, menyusul ke tempat Della berdiri. Ia langsung memeluk Della dari belakang, menyandarkan dagu di pundak sang istri."Kamu suka?" tanya Dimas ketika melihat senyum merekah di wajah Della."Sangat suka, aku tidak pernah melihat
Della berjalan di tepian kolam dengan bertelanjang kaki, kedua tangan direnggangkan ke kanan dan kiri. Sedangkan Dimas berjalan di belakangnya, melihat tingkah lucu Della."Sejak kecil aku selalu hidup sederhana, semuanya serba pas, uang jajan pas, tempat tinggal pas, kasih sayang dan perhatian pas-pasan. Bahkan aku tidak pernah membayangkan jika bisa berjalan di tepian kolam, menikmati malam yang begitu indah seperti sekarang." Della membalikkan badan dengan cepat, membuat kakinya hampir tergelincir.Dimas yang sedari tadi mendengarkan Della bercerita, terus mengulas senyum karena merasa senangi bisa membahagiakan istrinya itu. Hingga ketika melihat Della yang hampir tergelincir ke kolam, Dimas dengan sigap langsung menarik tangan Della, membawa istrinya itu jatuh ke pelukan."Hati-hati," ucap Dimas.Della tersenyum lebar melihat Dimas yang khawatir, lantas mengalungkan kedua lengan dan menatap lekat wajah Dimas dari dekat."Katakan padaku, Dim. K
Hari itu, Salsa tampak mengajak Bagas jalan-jalan. Menghabiskan waktu untuk oma dan cucu, itulah yang ada dipikiran Salsa sekarang. Ia dan Bagas baru saja selesai berbelanja pakaian, kemudian ingin mengajak cucunya itu membeli beberapa mainan."Bagas!" Livia yang ternyata sedang berbelanja pakaian bayi untuk anak Susan, melihat Salsa dan Bagas, membuat wanita itu langsung keluar dari toko untuk menghampiri."Kenapa kamu di sini?" tanya Salsa menatap heran. Terlihat tidak suka karena takut Livia mengambil alih Bagas darinya."Hei, jangan pikir aku membuntuti. Aku sedang mencarikan pakaian untuk cucuku yang lain, jadi bukan sengaja ketemu," jawab Livia yang sedikit tersinggung dengan pertanyaan Salsa."Ya, yang punya cucu, makanya merasa senang," sindir Salsa. "Kamu sudah punya cucu satu, kenapa masih ingin Bagas." Salsa lagi-lagi memancing emosi Livia.Livia menarik napas dalam-dalam, mencoba bersabar ketika menghadapi Salsa, sadar jika mereka tenga
Della dan Dimas berbulan madu selama 3 hari, karena Dimas harus kembali bekerja dan tidak bisa mengambil cuti lama. Meski Dimas adalah putra pemilik perusahaan, tak lantas membuat pria itu bertindak seenaknya sendiri.Keduanya sudah pulang, serta langsung disambut hangat oleh Salsa. Della membawakan banyak oleh-oleh untuk orang rumah, meski mungkin bagi Salsa itu adalah barang biasa, tapi ternyata wanita itu sangat menghargai karena Della membeli menggunakan uangnya sendiri."Aku besok sudah mulai kembali ke kantor, apa yang akan kamu lakukan besok?" tanya Dimas seraya membantu Della membongkar koper mereka."Mungkin aku ke resto saja, lagian di rumah mau apa," jawab Della santai. "Di rumah bersama mertua itu juga ada sedikit tekanan," bisik Della dengan nada candaan.Dimas yang tak paham jika Della sedang bercanda, lantas menoleh dengan air muka serius, menganggap jika apa yang dibisikkan Della benar adanya."Apa itu benar?" tanya Dimas mema
Hari itu Anggit terlihat buru-buru pergi dari rumah mengemudikan mobilnya. Wanita itu terlihat gelisah, bahkan bola matanya berkaca.Anggit sampai di sebuah restoran. Ia langsung berjalan cepat masuk dan pergi ke salah satu ruangan yang terdapat di sana. Anggit harus menelan kenyataan pahit jika suaminya benar-benar berselingkuh.Anggit sendiri sudah mencurigai sang suami berselingkuh sejak beberapa bulan yang lalu, tapi masih ditahan dan mencoba percaya pada suaminya. Namun, ternyata sang suami seakan tak peduli dan semakin menjadi-jadi. Beberapa hari lalu setelah pernikahan Dimas dan Della, Anggit terus meratapi kebodohan mencintai pria yang ternyata terus membohonginya. Bahkan ketika Anggit bertanya, suaminya itu terus mengelak."Bagus! Ternyata kamu benar-benar berselingkuh! Pantas saja aku ajak kamu balik ke Paris tidak mau! Bahkan kamu terus mengelak!" bentak Anggit ketika memergoki sang suami dengan wanita lain yang sama-sama berprofesi sebagai model di r
Della mengajak Anggit ke rumah kontrakkan lamanya. Karena tak mungkin mengajak kakak iparnya itu ke tempat umum atau pulang ke rumah, sedangkan Anggit masih terus menangis. "Minum dulu, Kak." Della menyodorkan gelas berisi air putih. "Te-rima ka-sih," ucap Anggit sedikit terbata karena isakan tangisnya. Della menatap kakak ipar yang sedang meminum air. Ia berpikir jika apa yang didengar pagi itu adalah benar, sang kakak ipar tengah bertengkar dengan suami. "Sejak kapan Kakak diselingkuhi?" tanya Della. Anggit meletakkan gelas di meja, lantas mengambil tisu untuk menyeka air mata. "Beberapa bulan yang lalu," jawab Anggit dengan mata kembali berkaca. "Aku pikir mereka hanya berhubungan sebatas bisnis, mengingat suamiku adalah pemilik perusahaan modelling, dan wanita itu modelnya. Namun, saat aku mulai menyadari kedekatan serta banyaknya job yang diberikan pada wanita itu, mulai dari situ aku sadar jika suamiku berselingkuh. Apala
Setelah Anggit mulai sedikit tenang. Mereka pun pulang ke rumah, Della berjanji untuk tidak memberitahu masalah Anggit pada siapa pun, sampai wanita itu sendiri yang siap untuk bercerita.Mereka pulang bersama, begitu sampai di rumah. Della terkejut dan merasa tak enak hati dengan Salsa, apalagi ketika melihat wajah masam mertuanya itu."Ternyata, Mama memang tak dianggap," keluh Salsa, mencoba menarik simpatik Della.Della cukup terkejut dengan ucapan Salsa. Karena melihat Anggit yang sedang diperlakukan buruk oleh sang suami, membuat Della lupa jika sudah berjanji pada Salsa untuk pulang cepat.Salsa langsung masuk rumah setelah mengeluh, meninggalkan Della dan Anggit yang kebingungan."Mama marah," bisik Anggit yang tahu betul bagaimana Salsa."Mama marah padaku," bisik Della balik.Keduanya saling tatap, kemudian berjalan cepat masuk rumah untuk mengejar Salsa. Mereka melihat Salsa yang duduk di sofa ruang tamu dengan bersidekap d
Della terlihat duduk seraya menatap ke arah jendela kamar, sikunya bertumpu pada sandaran sofa dengan telapak tangan menyangga kepala. Ia sedang memikirkan tentang apa yang dilihatnya tadi."Apa mungkin dia? Tidak, mana mungkin kebetulan." Della mencoba menolak pemikirannya sendiri.Dimas yang baru saja pulang dari kantor, merasa heran ketika melihat Della melamun, bahkan saat dirinya masuk dan meletakkan tas ke ranjang, Della pun masih tidak menyadari kedatangannya."Kamu melamunkan apa?" tanya Dimas yang sudah duduk di samping Della.Della begitu terkejut mendengar suara Dimas. Ia menoleh dan melihat Dimas yang sudah tersenyum hangat padanya."Kapan kamu pulang?" tanya Della yang bingung karena tertangkap basah sedang melamun."Beberapa waktu yang lalu, tapi aku malah melihat istriku melamun," jawab Dimas yang kemudian mencubit pelan hidung Della."Dim, sakit!" pekik Della seraya mengusap hidung.Dimas terkekeh, kemudian memi