Mentari berhias diri, siap memperlihatkan keindahan di muka bumi, menyapa setiap insan yang ingin menyambut hari.
Della terlihat menggerakkan kelopak mata, kini dirinya bangun dan melihat wajah seseorang di hadapan, wajah penuh kedamaian dengan senyum kecil seakan sedang bermimpi sesuatu yang indah. Dengan perlahan Della mencoba menyingkirkan tangan Dimas yang melingkar di pinggang, mencoba bangun karena sungkan jika dirinya tak bangun awal di rumah mertua.
Namun, baru akan bergeser untuk turun, Dimas sudah kembali memeluknya, membuat Della harus berhenti bergerak.
"Mau ke mana?" tanya Dimas dengan suara parau, kelopak matanya masih terpejam tapi tangan memeluk erat pinggang Della.
"Bangun, nggak enak sama mama Salsa kalau bangun kesiangan," jawab Della seraya menatap wajah bantal Dimas.
Dimas menarik napas dalam-dalam, lantas mengembuskan perlahan. Ia membuka mata, hingga melihat wajah Della yang begitu dekat dengannya.
"Kenapa sungkan? Tak
Usai sarapan, Dimas ingin kembali ke kamar karena ada pekerjaan yang harus dikerjakan. Hingga dirinya bertemu dengan Anggit di atas, Dimas melihat dengan jelas kalau kelopak mata sang kakak memang bengkak."Apa semalam kamu menangis?" tanya Dimas ketika Anggit ingin menuruni anak tangga."Hmm ... menangis? Tidak," jawab Anggit mencoba tersenyum ketika menatap sang adik."Semalam aku mendengar suara isakkan, Kakak yakin tidak menangis?" tanya Dimas lagi, merasa tak yakin dengan jawaban Anggit."Ish, menangis apanya? Kamu ini jangan mengada-ada," sangkal Anggit. Wanita itu menengok jam tangan, lantas menghela napas kasar. "Kakak harus pergi, ada janji dengan fotografer, kasihan sudah jauh-jauh datang ke sini kalau tidak bertemu. Bye, Dim."Anggit langsung menuruni anak tangga untuk pergi. Sedangkan Dimas masih menatap punggung Anggit, merasa kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakaknya itu.--Karena rencana bulan madu mer
Della pulang ke rumah dengan kedua tangan penuh belanjaan. Itu kareana Salsa membelikannya barang, berkata jika semua itu adalah hadiah pernikahan mereka. Della masuk ke kamar, lantas meletakkan barang bawaan ke sofa. Ia langsung duduk dan meluruskan kaki.Dimas yang baru saja keluar dari kamar mandi, melihat Della yang sedang menyandarkan kepala dengan posisi menengadah dan mata terpejam. Ia menduga jika Della pasti kelelahan diajak sang mama jalan-jalan. Dimas tahu kalau Salsa akan memberikan apa pun jika sudah menyukai seseorang. Ia mendekat dan berdiri tepat di belakang sofa tempat Della duduk tanpa disadari wanita itu. Dimas menundukkan kepala serta mendekatkan wajah dan mengecup kening sang istri.Apa yang dilakukan Dimas membuat Della terkejut, secara impulsif bangun hingga dahi Della membentur dagu Dimas."Aghh!! Del!" pekik Dimas seraya memegangi dagu.Della yang terkejut memegangi dahi yang membentur dagu Dimas, hingga mentaap sang suami yang ke
Satu minggu semenjak pernikahan Dimas dan Della telah berlalu. Karena mereka menunda bulan madu, membuat Dimas memilih kembali bekerja seperti biasa.Sore itu Della menemani Salsa menjemput Bagas, karena minggu ini adalah jatah Bagas tinggal di rumah Salsa."Bagas mau minta apa? Nanti Oma Salsa belikan." Salsa yang begitu senang karena bisa menghabiskan waktu bersama Bagas, tentu saja ingin memberikan apa yang diminta oleh bocah itu.Della yang duduk di sebelah Salsa, tentunya senang karena putranya memiliki orang-orang yang sangat perhatian dan begitu menyayanginya. Namun, Della sendiri khawatir jika suatu saat Bagas jadi bergantung dan manja dengan Salsa maupun Livia."Es cim." Bagas yang masih cedal, menginginkan eskrim."Es krim? Kalau gigi Bagas berlubang bagaimana?" tanya Salsa yang malah cemas jika cucunya itu makan manis dan dingin."Gocok gigi, Bagas nanti gocok gigi."Salsa menatap heran Bagas yang tahu akan hal itu, s
Della berdiri di depan lemari. Masa datang bulannya sudah selesai sejak kemarin, tapi memang sengaja belum memberitahu Dimas karena takut jika tiba-tiba masih ada sisa yang tertinggal dan keluar lagi ketika berhubungan badan. Della menggigit bibir bawahnya, di lemari banyak pilihan baju tidur, dari piyama berbahan satin, katun, hingga lingerie hadiah dari kedua kakak iparnya. sejujurnya Della merasa canggung dan gugup. Jika diam takut mengecewakan Dimas dan dikata berbohong. Namun, jika bilang juga masih merasa gugup, karena sudah tak melakukan itu selama hampir tiga tahun semenjak dirinya hamil Bagas.Hanya demi menyenangkan serta tak mengecewakan Dimas yang sudah sangat sabar menanti dirinya semenjak berpacaran, akhirnya Della menggunakan piyama satin yang memang terlihat sedikit tipis. Ia ragu memakai lingerie, merasa aneh jika mengenakan pakaian kekurangan bahan itu.Della menengok jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Dimas belum juga kemb
Sang surya berhias diri, siap menyapa dan menduduki tahta untuk menggantikan rembulan yang kembali ke peraduan. Dua insan yang baru saja menghabiskan malam pertama mereka, tampak enggan membuka mata meski suara burung dan sinar matahari mulai menelusup masuk melewati celah jendela."Dim." Della sudah bangun, menatap wajah sang suami yang begitu dengan dengannya."Hmm ...." Hanya suara dehaman yang terdengar. Dimas masih memejamkan mata, kedua tangan memeluk erat tubuh Della."Kamu tidak bangun? Apa tidak ke kantor?" tanya Della. Suaranya terdengar pelan, karena sebenarnya merasa malu dengan percintaan panas mereka semalam.Dimas membuka kelopak mata perlahan, hingga kemudian menatap Della dengan mata masih mengantuk."Aku tidak mau ke kantor, mau di sini sama kamu," jawab Dimas manja. Bahkan sengaja menutup mata lagi, serta meletakkan dagu di pucuk kepala Della.
Karena Della sudah tidak dalam halangan. Siang itu Dimas pergi ke ruang Anggara untuk mengajukan cuti."Ada apa jam segini ke sini, hmm? Kamu ingin ngajak Papa bolos kerja," seloroh Anggara ketika melihat putranya datang ke ruangan pada jam kerja.Dimas tertawa mendengar candaan sang papa, hingga memilih duduk di kursi yang terdapat di depan meja Anggara."Mana berani aku ngajak bolos, yang ada aku dipecat tak hormat nanti," kelakar Dimas.Anggara ikut tertawa, hingga mencoba bersikap serius karena tahu jika putranya datang ke sana pasti ada yang ingin disampaikan padanya."Ada apa? Apa kamu perlu bantuan?" tanya Anggara."Ya, sebenarnya aku mau ambil cuti yang pernah Papa janjikan waktu itu," jawab Dimas seraya mengusap tengkuk berulang kali."Cuti? Ah, apa sudah bebas?" tanya Anggara ambigu."Ya, aku ingin mengajakn
Della dan Dimas sudah sampai di Bali. Mereka baru saja tiba di resort yang di booking khusus oleh Salsa sebagai kado pernikahan keduanya. Della masuk ke kamar begitu pelayan resort yang mengantar sudah membukakan pintu, sedangkan Dimas yang membawakan koper mereka.Della terkesima dengan kamar mereka, bukan karena ranjangnya bertabur kelopak mawar seperti yang didapat pasangan pengantin pada umumnya, tapi karena pemandangan yang didapat dari sudut pandang dirinya berdiri sekarang. Della langsung membuka pintu kaca yang menghalangi dunia luar dengan kamarnya, melihat hamparan laut biru yang indah, dengan kolam renang yang berada di depan kamar."Sangat indah," gumamnya penuh dengan pujian.Dimas yang baru saja meletakkan koper, menyusul ke tempat Della berdiri. Ia langsung memeluk Della dari belakang, menyandarkan dagu di pundak sang istri."Kamu suka?" tanya Dimas ketika melihat senyum merekah di wajah Della."Sangat suka, aku tidak pernah melihat
Della berjalan di tepian kolam dengan bertelanjang kaki, kedua tangan direnggangkan ke kanan dan kiri. Sedangkan Dimas berjalan di belakangnya, melihat tingkah lucu Della."Sejak kecil aku selalu hidup sederhana, semuanya serba pas, uang jajan pas, tempat tinggal pas, kasih sayang dan perhatian pas-pasan. Bahkan aku tidak pernah membayangkan jika bisa berjalan di tepian kolam, menikmati malam yang begitu indah seperti sekarang." Della membalikkan badan dengan cepat, membuat kakinya hampir tergelincir.Dimas yang sedari tadi mendengarkan Della bercerita, terus mengulas senyum karena merasa senangi bisa membahagiakan istrinya itu. Hingga ketika melihat Della yang hampir tergelincir ke kolam, Dimas dengan sigap langsung menarik tangan Della, membawa istrinya itu jatuh ke pelukan."Hati-hati," ucap Dimas.Della tersenyum lebar melihat Dimas yang khawatir, lantas mengalungkan kedua lengan dan menatap lekat wajah Dimas dari dekat."Katakan padaku, Dim. K