P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part 3
"Tidak mudah Aina. Tidak semudah itu kita datang langsung menyuruh laki-laki itu menikahi Tika anak kita" ucap mas Bara padaku"Tika, apa kamu tau tepat nya dimana rumah Doni yang kamu sebut itu?" Tanya ku lagi pada Tika yang masih terisak.Namun ia hanya menggeleng menjawab pertanyaan ku."Ya Allah Tika, bagaimana mungkin kamu tidak tahu dimana rumah nya sedangkan kamu telah memberikan mahkota mu pada nya""Sungguh ibu, Tika tidak tahu dimana rumah Doni" ucap Tika pelanKami semakin shok mendengar ucapan Tika, begitu juga dengan dokter dan perawat puskesmas yang mendengar perbincangan kami."Begini saja Aina, kita tunggu saja sampai botol infus Tika habis. Setelah itu, kita pergi ke kampung sebelah mencari laki-laki itu" ujar suami ku berusaha tegar"Baiklah mas. Tapi bagaimana dengan Bian? Apakah kita akan menitipkan nya lagi pada Mbak Yuni? "Aku mengingatkan mas Bara dengan putra bungsu kami Bian, yang masih berusia 4 tahun lebih yang kami titip di rumah mbak Yuni kakak kandung mas Bara."Iya, kita titip saja. Nanti di sana kita jelaskan, bagaimana pun keluarga besar pasti tau tentang masalah ini nanti nya" ucap mas Bara padakuAku mengangguk mengiyakan ucapan mas Bara.Hampir 2 jam kami menunggu cairan di botol infus Tika habis dengan perasaan tidak tenang dan kalut.Wajah ku dan mas Bara terlihat begitu muram.Namun, semua telah terjadi. Aku merasa tidak ada gunanya lagi marah dengan Tika, itu justru membuat dia semakin terpojok. Aku beristighfar berkali-kali mencoba kuat menghadapi situasi yang sulit ini."Ya Allah ampuni anak hamba ya Allah, dan tolong kami orangtuanya menyelesaikan masalah ini..." Aku berucap dalam hati mencoba menahan kesedihan kuKalau bukan karna memikirkan malu yang saat ini di puskesmas , mungkin aku sudah menangis dan berteriak sekencang mungkin."Mas..." Panggil ku pada mas Bara yang duduk tertunduk lesu di kursi tunggu"Ya Aina, ada apa?" Tanya mas Bara"Tolong panggil perawat atau dokter mas, cairan infus Tika sudah mau habis" perintah ku pada mas Bara.Rasa nya sudah tidak sabar aku ingin mencari dan mengetahui siapa sosok laki-laki yang sudah menghamili Tika anak ku."Ya, tunggu sebentar Aina" ucap lembut suamiku sambil berlalu memanggil dokter.Dokter dan perawat datang. Melepas jarum infus dan menempelkan perban Hansaplast di bekas jarum infus."Lalu dok, bagaimana obat ini? Apakah aman kalau di konsumsi nya?" Tanya ku pada dokter cantik itu yang sebelumnya sudah memberikan obat."Sebentar ya buk" ucap dokter itu tersenyum kemudian menyuruh perawat untuk mengambil obat dengan nama-nama medis yang aku tidak tau artinya."Ini saja ya buk, ini vitamin ibu hamil dan penguat kandungan ada juga beberapa obat anti mual khusus ibu hamil disini. Petunjuk penggunaan udah saya tulis" ucap dokter itu sambil tersenyum ramah"Terimakasih dokter" ucap ku mengambil sekantong obat yang di beri dokter itu.Bagaimana pun, anak yang ada di perut Tika tidak berdosa. Janin itu berhak hidup walaupun dari perbuatan anak ku Tika yang tercela. Aku mencoba berlapang dada menerima kenyataan pahit ini."Ayok mas kita pulang.." ajak ku pada mas BaraAku menuntun jalan Tika yang masih lemas, dan dia memegang lengan ku. Kami bertiga berjalan beriringan menuju admin pembayaran puskesmas.Ku keluarkan kartu BPJS Tika dari dalam dompet ku dan memberinya pada gadis yang ada di bagian pembayaran tersebut."Terimakasih dek" ucap ku pada gadis itu setelah selesai administrasi dan ia membalas dengan anggukan dan senyum ramah.Kami berjalan ke arah jalan raya. Mas Bara memesan taxi online dari ponsel nya.Beberapa menit menunggu taxi datang dan kami langsung bergegas ke rumah mbak Yuni."Assalamualaikum mbak... Tok... Tok.. Tok.." aku mengucap salam sambil mengetuk pintu rumah mbak Yuni."Walaikumsalam, kalian sudah pulang? Ayo masuk" tanya mbak Yuni kemudian mempersilahkan kami masuk."Iya mbak sudah selesai tadi berobat nya" ucap mas Bara suami kuKami berjalan masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang tamu mbak Yuni."Ibuu.. ibu udah pulang??" Teriak anak bungsu ku Bian dengan suara mungil nya menghampiri kami dan mencium punggung tangan ku kemudian Mas Bara dan Tika."Iya nak, ibu udah pulang. Ini buat kamu" aku memberikan sekantong buah anggur pada Bian anak ku"Bagi-bagi dengan kak Alifa dan Tio ya nak" timpal ku lagi untuk mengingatkan anak ku berbagi buah nya pada kedua anak mbak Yuni."Iya buk. Makasih ibu" ucap Bian dengan senyum girang kemudian berlari kecil ke arah belakang menghampiri sepupunya yang sedang bermain-main slime.Aku memperhatikan anak itu dengan rasa gemas."Jadi gimana Bara, dik Aina... Sebenarnya Tika sakit apa?" ucap wanita bercadar itu membuat ku gemetar ketakutan untuk menjawab.Ku lihat Tika yang duduk di satu sofa terpisah menunduk tak berani melihat atau menatap Tante nya itu."Emm, ma-maaf mbak... Biar mas Bara saja yang jelaskan" ucap ku terbata dengan rasa takut"Kenapa dik Aina, kok malah tegang gini. Apa ada masalah dengan lambung Tika?" Tanya mbak Yuni lagi dengan selidikAku bergetar tak kuasa lagi. Air mata ku tak bisa ku tahan lagi.Aku menangis tersedu-sedu sambil menunduk meremas-remas rok plisket yang ku pakai."Loh, dik Aina kenapa menangis?? Bara?? Ada apa sebenarnya?" Tanya mbak Yuni heran"Mbak... Kami gagal mbak" lirih mas Bara"Gagal kenapa? Jelaskan Bara ada apa? Tika jawab Tante sebenarnya ada apa?" Tanya mbak Yuni bergantian menatap kami satu persatu.Tika menangis ..."Kenapa sih dengan kalian?" Tanya mbak Yuni lagi"Tika tengah mengandung mbak" ucap mas Bara menunduk menjawab tanya mbak Yuni."Apaaa? Mengandung? Apa benar itu Tika?" Tanya mbak YuniTika mengangguk pelan dan ragu. Kemudian menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya."Ya Allah Tika... Astaghfirullahalazim... Astaghfirullah Tika... Bagaimana bisa Tika?"Kulihat mbak Yuni begitu kaget sampai berdiri dan berbicara dengan suara keras, membuat kami semua tertunduk di hadapan mbak Yuni.B E R S A M B U N G..P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part4Penulis: Nurliani Damanik"Tika... Bagaimana bisa ini terjadi?" Bentak mbak Yuni semakin kuat."Mbak... Jangan keras-keras mbak, nanti tetangga dengar. Malu mbak" ucap mas Bara suami ku menenangkan kakak nya yang dada nya sudah naik turun karna emosi."Bara, aku tidak menyangka anak mu ini hanyut dan terbuai dengan godaan syaitan" tunjuk mbak Yuni pada Tika.Ketegangan, emosi, dan kesedihan bercampur aduk menjadi satu saat ini."Tika... Kamu masih kecil, bahkan ponsel pun tidak punya karna ayah dan ibu mu tidak memberi izin bukan? Bagaimana bisa kamu melakukan hal yang tidak pantas untuk seusia mu? Kau menutup aurat dan berpenampilan seolah gadis Sholehah. Tapi kelakuan mu tidak mencerminkan kebaikan seperti yang ayah dan ibumu ajar kan. Astaghfirullahalazim..." Mbak Yuni masih mengeluarkan kata-kata umpatan amarah nya.Sedangkan aku hanya pasrah dan tak tahu har
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part5Penulis: Nurliani Damanik"Tok... Tok... Tok... Assalamualaikum." Ucap seseorang di balik pintu rumah mbak Yuni , saat aku baru saja selesai shalat subuh bersama-sama dengan mas Bara dan mbak Yuni di ruang tengah."Sepertinya mas Yusuf" ucap mbak Yuni kemudian membuka mukenah dan meletakkan nya di atas sandaran sofa."Walaikumsalam" ucap mbak Yuni membuka pintu.Mas Yusuf membuka sepatu kulit nya dan masuk kedalam menghampiri kami."Loh, tumben menginap disini Bara dan dik Aina?" Ucap mas Yusuf menjabat tangan kami."Ee, iya mas, kemarin menitip Bian saat mengantar Tika berobat ke puskesmas, sudah terlalu malam kalau pulang." ucap mas Bara suami ku menjawab tanya mas Yusuf.Mas Yusuf mengangguk."Lalu, nak Tika sedang dimana? Apakah kondisinya sudah membaik?." Tanya mas Yusuf dengan wajah khawatir."Alhamdulillah sudah, mas Yusu
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part6Penulis: Nurliani DamanikMbak Yuni membuatkan kopi panas pada mas Yusuf."Minumlah dulu habibi, kau belum ada istirahat sejak tadi malam berkendara." Ucap mbak Yuni pada mas Yusuf, suaminya itu.Mas Yusuf mengangguk dan perlahan meminum kopinya.Sedangkan mas Bara bergantih pakaian. Yang di pakainya pun baju mas Yusuf yang tadi di pinjamkan mbak Yuni."Sudah siap?." Tanya mas Yusuf pada Tika yang baru saja berganti pakaian."Sudah paman." Ucap nya pelan."Mbak, saya titip Bian lagi ya mbak. Do'akan kami agar menemukan petunjuk nanti nya." Ucapku pada mbak Yuni.Mbak Yuni hanya mengangguk.Ku lihat putra bungsu ku Bian yang masih tertidur pulas di tikar karpet ruang tengah."Ayo mas." Ucap mas Bara setelah selesai berganti pakaian.Walaupun jarak rumah kami hanya sekitar 1 kilometer, kami enggan pulang ke rum
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part7Penulis: Nurliani Damanik"Apa yang kalian lakukan? ,tidakkah kalian iba melihat gadis kecil itu?." Ucap pak RT menatap kasian pada anak ku Tika kemudian menggeleng.Lekas aku melepaskan pegangan ibu-ibu itu, ku gendong Bian dan ku pungut jilbab Tika yang sudah jatuh terinjak-injak.Aku mendekat ke Tika dan memakaikan jilbab itu."Berdiri nak, berdiri Tika!." Ucap ku bergetar.Mas Bara menciumi pucuk kepala Tika bertubi-tubi dengan banjir air mata."Pak, mereka menghakimi putri saya. Mereka melempari putri saya dengan kejam." Aku menangis tersedu-sedu mengadu pada pak RT atau biasa di sini kami sebut Tua-tua desa."Kejam kalian." Ucap mas Bara menarik tangan Tika bangkit berdiri.Tika menunduk terisak, bahu nya bergetar, ia menunduk ketakutan."Apa yang sebenarnya terjadi?." Tanya pak RT pada kami."Putri Aina itu
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part9Penulis: Nurliani DamanikBuk lurah langsung berjalan cepat mengambil sebuah ponsel yang sedang di charger di atas meja.Kenapa buk lurah terlihat begitu kaget, kami semua bingung.Sedangkan pak lurah, hanya menggeleng berkali-kali.Dengan panik buk lurah mengusap-usap layar ponsel nya.Ia berjalan mendekat ke arah Tika yang ada di samping ku."Kamu kenapa Ainun?" tanya pak RT pada buk lurah , adik kandung nya itu.Namun tak di gubrisnya. Ia masih terlihat panik."Apa ini? Apa ini laki-laki itu, nak?" tanya buk lurah menunjukkan sebuah foto di layar hape nya. Tampak raut kecemasan dari wajah nya.Tika memicingkan mata memperhatikan.Aku memiringkan badan ikut melihat foto itu.Foto yang bergambarkan seorang lelaki duduk dengan seorang remaja perempuan.Ku lihat Tika mengangguk."Ya buk, ini lelaki
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part10Penulis: Nurliani Damanik"Buk lurah...!" Aku kaget dan berdiri melihat buk lurah yang pingsan.Lekas pak lurah langsung mengangkat tubuh istrinya, dan merebahkan nya di atas sofa.Aku mendekat ke arah nya."Mama, bangun maa," lirih Aurin putri buk lurah menggoyang tangan nya.Sementara yang lain tak tau harus berbuat apa. Wajah Doni kini berubah menjadi ketakutan."Pak lurah, ada minyak angin?" Tanya ku pada pak lurah, sambil memijit jari jempol kaki istrinya itu."Ada, ada, tunggu sebentar buk," ujar pak lurah panik kemudian bergegas beranjak."Doni, kamu jangan pergi! Disini dulu," Mas Bara membuka suara.Kulihat Doni hanya menunduk, mungkin tak tahu harus berbuat apa."Maa, bangun ma," ucap Aurin yang kini terlihat khawatir."Makanya kalau ngomong di saring dulu, untung mama mu tidak m4ti be
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part11Penulis: Nurliani Damanik"Saya memilihmu, Tika Camellia," ucap Doni dengan keras.Kami semua terdiam saat mendengar jawaban Doni."Tidak! Doni tetap milik ku," teriak Aurin dengan keras."Sudah lah, Aurin," bujuk pak lurah pada anak nya itu."Bagaimana, bang Doni?" tanya Tika lagi meminta kejelasan.Doni diam dan terlihat bingung."Berani kau menikahi nya Doni, aku akan bunuh diri," ancam Aurin pada lelaki itu."Astaghfirullahaladzim,"Aurin masih tetap tidak mengikhlaskan Doni bersama dengan anak ku, Tika."Baiklah kalau begitu, biar lah bang Doni tetap dengan perempuan ini. Saya sudah cukup trauma, percuma saya menikah dengan bang Doni tapi tetap di hantui rasa bersalah," ujar Tika panjang lebar."Maksud kamu apa, nak?" tanya mas Bara suami ku.Kami tak tahu isi pikiran Tik
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part12Penulis: Nurliani DamanikSatu malam kami menginap lagi di rumah mbak Yuni, karna pikiran kami semua belum tenang.Aku masih membutuhkan mbak Yuni untuk menguatkan aku.Dan pulang keesokan paginya.*****"Kami izin pulang dulu ya, mbak," ucap ku pada mbak Yuni saat kami hendak pulang ke rumah."Ya, dik Aina. Sebelum kalian pindah ke kampung, ke mari dulu pamit ya," jawab mbak Yuni padaku."Baik ,mbak,"Aku menggendong Bian putra bungsu ku."Kami pulang dulu ya, mbak, mas Yusuf," ucap suami ku.Mas Yusuf dan mbak Aina mengangguk.****Jarak dari rumah kami dan mbak Yuni memang sangat dekat, jadi hanya jalan kaki saja.Kami berjalan beriringan.Saat hendak masuk ke gang, aku melihat salah seorang warga yang melempari Tika anak ku kemarin.Wanita itu hendak menyi