*****Damian dan Leanne mereka berdua berjalan ke arah pintu keluar utama, di pagi ini Damian akan berangkat ke kantornya, dan seperti biasa Leanne mengantarnya hingga depan pintu."Sayang, nanti kita lunch bersama saat jam istirahat ku. Nanti biar sopir yang mengantar mu untuk ke kantor ku." Ucap Damian dengan kedua tangannya yang bertengger manis merangkul pinggang istrinya."Aku bisa bawa mobil ku sendiri." Tolak Leanne."No." Tegas Damian"Atau apa aku saja yang menjemput mu ke sini?" Lanjutnya bertanya."Jangan. Nanti aku bersama sopir saja ke kantor mu." Larang Leanne akhirnya mengalah dari pada Damian yang harus menjemputnya, karena ia tahu pasti suaminya ini sangat sibuk sekali."Ya sudah. Aku ke kantor dulu." Pamit Damian dan sebelum masuk mobilnya ia mencium bibir istrinya serta keningnya dengan lembut.Leanne memperhatikan mobil Damian sampai tidak terlihat lagi, lalu ia masuk kembali ke rumah.Selagi menunggu waktu jam makan siang, ia akan pergi ke toko bunganya terlebih d
*****21+ Sejak di dalam mobil menuju perjalanan mereka ke resto hingga mereka telah selesai makan siang pun suasana di antara mereka terasa tidak menyenangkan. Damian yang selalu mengajak istrinya berbicara hanya balasan singkat yang ia terima. Sampai tidak ada pokok pembicaraan lagi suasana pun menjadi canggung."Sayang, aku bisa jelaskan te—" Belum selesai Damian berkata Leanne sudah memotongnya."Bisa kita bicarakan saja di rumah? Aku harus segera ke toko banyak pelanggan yang menunggu." Sela Leanne yang memasukkan ponselnya yang sejak tadi ia mainkan setelah makan siangnya selesai ke dalam sling bag mini-nya.Mendengar perkataan istrinya, mau tidak mau Damian mengiyakan. Mungkin memang benar jika pembicaraan ini harus ia selesaikan di rumah saja."Baiklah. Ayo." Ajak Damian merangkul kembali Leanne keluar resto setelah iya membayar terlebih dahulu bill-nya. Leanne membiarkan saja Damian yang merangkul pinggangnya.Tidak menunggu sepuluh menit mobil Damian sudah terparkir di dep
***** Tiga hari kemudian...... ~MARKAS MILITER "Jadi sudah kita putuskan, jika untuk sementara ini kita akan melonggarkan target dan memantaunya diam-diam. Karena yang kita ketahui, terakhir titik koordinat mereka berada sudah kita lacak, namun ketika kita melakukan pendobrakan nyatanya para pelaku sudah bergerak cepat pergi dari sana dan hanya kekosongan yang kita dapatkan." Ucap Sultan lantang pada tim militernya, serta pada Leanne, Justin, dan Kenny yang saat ini mereka tengah melakukan rapat tertutup mereka. "Dan rencana kali ini kita memang seharusnya tidak terlalu mencolok, biarkan target untuk sementara waktu bergerak bebas, namun ketika mereka lengah," Jeda Sultan. "Kita harus siap menyergap mereka."Lanjutnya menatap satu persatu rekannya, dan pandangan terakhirnya cukup lama terhadap Leanne. "Benar begitu, Agen Athena?" Tanya Sultan yang membuyarkan kediaman Leanne yang sempat melamun. "Ya. Saya setuju dengan kita yang akan memantau mereka diam-diam, serta untuk penye
***** "Boleh saya duduk di sini, Nona?" Sebuah suara yang berasal dari hadapannya membuat Leanne mendongakkan wajahnya pada seseorang yang tengah berbicara kepadanya. "Leanne?!" "Raymond." Mereka berucap bersamaan, Leanne tidak terkejut dengan kedatangan Raymond. Berbeda dengan Raymond yang nampak antusias dengan melihat Leanne, ia segera duduk tanpa di persilahkan. "Bagaimana kabar mu?" Tanya Raymond basa-basi. "Seperti yang kamu lihat." Jawab Leanne. "Makan siang sendiri atau dengan suami mu?"Tanya Raymond. "Jika dengan suami ku tidak mungkin kamu duduk di situ." Jawab Leanne acuh tak acuh. "Sangat di sayangkan wanita cantik seperti mu duduk sendiri, maka dari itu aku akan menemani mu." Ucap Raymond tidak tahu malu membuat Leanne risih. "Permisi." Seorang waitress berbeda dengan yang tadi membawa makanan Leanne, ia menyajikannya di hadapan Leanne dan di belakangnya ada seorang waiters lagi yang sedang melayani Raymond. Makanan terhidang, dan yang terakhir seora
***** Mereka masih di dalam perjalanan.. "Kamu terlihat lelah. Apa pekerjaan mu sangat padat?" Tanya Leanne sesekali melirik ke arah suaminya yang tengah menyetir. "Hm. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Mungkin dengan adanya anak diantara kita, setiap pulang kerja lalu melihatnya pasti lelah ku akan hilang." Ucap Damian membuat Leanne terdiam. "Memiliki seorang jagoan di antara tengah-tengah kita bukankah itu sangat menyenangkan, Sayang? Aku ingin segera melihat mu hamil, lalu melihat mu melahirkan hingga ketika dia lahir aku ingin menjadi orang yang pertama yang menggendongnya hingga menciuminya." Lanjut Damian tanpa tahu jika saat ini Leanne tengah berperang dengan hati dan pikirannya. "Sepertinya setiap hari aku harus bekerja keras untuk membuat mu segera hamil, iya'kan Sayang?" Ucap Damian menggoda Leanne. Damian melirik ke arah Leanne, namun yang di lihat Leanne seperti sedang tidak fokus. Sesekali Damian melirik ke arah jalan, lalu menatap ke arah Leanne ya
*****"Karin," Ucapan lirih Anita membuat senyum si penyapa terbit semakin lebar. "Halo Ibu....Kamu masih mengingat ku, dan bagaimana kabar mu? Well, sepertinya kalian baik-baik saja dan tampak bahagia, ya." Ucap wanita itu yang tak lain adalah Karin anak hasil dari selingkuhan suaminya. Tidak di sangka Anita, ternyata dia bertemu dengan anak itu lagi. "Sedang apa kau di sini? Lebih baik kau pergi dari hadapan kami." Ucapan sarkasme dari Harris membuat Karin menatap ke arahnya. "Ah Ayah....Apa kamu tidak merindukanku, setelah beberapa tahun yang lalu dengan teganya kamu usir aku?" Ucap Karin sambil menunjuk dirinya sendiri. Dengan menampilkan mimik menyedihkan. "Aku tidak pernah memiliki anak seperti mu, dan anakku hanya satu." Ucap Harris sambil memandang ke arah Leanne begitupun dengan Karin yang mengikuti arah pandangnya. "Oh dia Anne? Anne yang malang karena tindakan kedua orangtuanya sendiri." Ucap Karin kasihan namun berbeda dengan raut wajahnya yang kini memandang Le
***** Suara bising kendaraan memenuhi pusat perkotaan, dan lampu merah tengah berlangsung yang di mana saat ini Leanne tengah berada di dalam mobilnya hendak pergi ke kantor suaminya. Leanne mulai melajukan mobilnya kembali setelah lampu lalu lintas berubah warna hijau. Pergi ke kantor Damian tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepadanya. Sedangkan hari ini waktu sangat pas karena saat ini waktunya jam makan siang. Leanne menyadari jika di antara mereka terasa adanya suatu jarak. Setelah acara makan malam lima hari yang lalu yang terkesan berantakan, karena kedatangan seorang Karin yang tidak terduga akan kedatangannya. Damian dua malam dua hari ini seperti menghindarinya. Pulang kerja sangat malam atau hingga menjelang pagi Damian baru pulang. Ketika sarapan pagi pun suaminya itu sudah terlebih dahulu pergi ke kantor tanpa ia ketahui perginya, dan dugaannya semakin kuat jika Damian tengah menghindarinya, namun entah karena apa. Maka dari itu, sekarang Leanne akan pergi k
*****Leanne baru saja menepikan mobilnya di halaman rumahnya pukul 7 malam. Seharian tadi ia hanya beraktivitas di toko bunganya hingga tidak terasa waktu sudah malam. Melihat mobil suaminya yang berada di samping mobilnya menandakan jika Damian sudah pulang. Tumben hari ini Damian tidak pulang malam lagi. Leanne keluar dari mobilnya berjalan masuk ke dalam rumah untuk memastikan jika Damian benar-benar sudah pulang. "Jam segini kamu baru pulang?!" Sambutan dengan nada tidak mengenakan yang pertama Leanne dengar ketika baru memasuki rumahnya. Di sofa ruang tamu di sana Damian duduk menatap ke arahnya. "Ya. Toko baru mendatangkan bunga-bunga dari luar kota yang baru saja aku pesan, jadi aku harus menatanya terlebih dahulu." Ucap Leanne sambil menghampiri suaminya. "Ada yang ingin aku katakan." Ucap Damian. "Apa itu.....," "Dami," Suara wanita menghen