***** "ONE!" DOR!! "TWO!" DOR!! Suara bariton yang keras serta tegas yang di sahuti langsung oleh suara tembakan yang di mana saat ini Cedric tengah melatih beberapa juniornya di sebuah lapangan area tembak. Cedric yang berjalan di belakang mereka serta menyebutkan posisi mereka satu persatu. "THREE!" DOR!! "FOUR!" DOR!! "FIVE!" DOR!! Dan pada juniornya yang terakhir Cedric berhenti, ia menatap punggung para juniornya yang masih membelakanginya. "Four! Fokus!! Telat 2 detik saja sebelum kau mengangkat senjata mu kau terlebih dahulu mati di tangan musuh mu. Push-up 100 kali!" Peringatan di sertai titah Cedric pada juniornya pada barisan ke 4 di mana juniornya itu adalah seorang wanita. "Siap salah, Coach!" Ucap tegas junior wanita itu dengan masih pada posisinya yang membelakangi Cedric. "Kau terlalu keras, Ced." Suara seseorang terdengar di mana orang itu yang sejak tadi menyaksikan apa yang telah mereka lakukan membuat Cedric menatap ke arah suara yang d
***** Damian serta dengan beberapa karyawannya yang berada di satu ruangan tengah menjalankan sebuah meeting, di mana selama mereka melakukan meeting bersama atasannya para karyawan merasakan keadaan suasana sangat tegang. Bukan tanpa alasan kenapa suasana begitu suram dan menegangkan, sejak awal jalannya meeting atasannya itu tidak henti mengeluarkan aura dinginnya serta selalu menatap tajam pada setiap karyawannya yang melakukan kesalahan dalam membuat sebuah laporan karena tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Berbeda dengan Joshua, ia sebagai asisten sekaligus sekertaris Damian dia terlihat santai-santai saja. Karena ia tahu, selain laporan bawahannya yang tidak sesuai alasan lainnya adalah atasan sekaligus sahabatnya ini tengah risau karena tidak ada kabar dari istrinya. Jadi tidak heran jika bawahannya terkena imbas dari kerisauan Damian hingga dia tidak segan-segan memarahi semua karyawannya. Dalam penglihatan Joshua, melihat Damian yang saat ini tengah melipat kedua t
***** Setelah acara makan siang Leanne dan Damian usai. Leanne meminta di antarkan ke toko bunganya dan Damian sendiri harus kembali ke kantornya. Namun ketika Leanne hendak pulang ke rumah Damian sudah menyiapkan mobil serta sopir untuk mengantarkannya pulang dan Damian juga berjanji jika dirinya akan pulang cepat. Saat hari pukul 5 sore mobil sport Damian sudah terlihat tengah memasuki pelataran rumahnya. Damian yang baru saja turun dari mobilnya dengan itu bersamaan dengan pintu rumahnya yang terbuka lebar. Dan itu adalah Leanne yang menyambut kedatangan suaminya. Melihat hal itu membuat perasaan Damian yang tadinya lelah kini tergantikan dengan perasaan bahagianya. Tidak ia sangka jika istrinya mau menyambut kepulangannya dan itu membuat Damian bahagia, bahagia memiliki istri seorang Leanne. Damian merutuki dirinya kembali karena dulu dia bisa-bisanya menolak keberadaan Leanne, dan ia tahu jika dirinya sangatlah bodoh. "Apa perlu aku siapkan air mandi yang hangat, sepertin
***** 21+ Pancaran sinar matahari pagi yang menyorot terang masuk ke dalam celah tirai dimana Leanne dan Damian masih berbaring tidur. Leanne yang merasa silau akan sorotan matahari pagi pun membuat ia mengerjap 'kan matanya. Perlahan demi perlahan mata yang tertutup itu terbuka juga menampilkan sepasang mata hitam yang tajam serta bulu mata yang begitu lentik. Tidak heran jika sinar matahari membuatnya silau, karena posisi tidurnya yang menghadap ke arah jendela dengan posisi miring, lalu ia juga berada dalam pelukan Damian yang di mana Damian menyusupkan wajahnya ke dalam lehernya. Ia tahu karena helaan nafas Damian setiap tarikannya ia rasakan. Setelah kesadarannya terkumpul dengan perlahan Leanne membalikkan badannya mengarah ke arah Damian. Di tatapnya wajah suaminya yang masih tertidur pulas, tidak dapat di pungkiri jika Damian memang tampan saat tidur maupun tidak. Dengan perlahan Leanne mengangkat tangannya mulai mengusap alis Damian yang cukup tebal, jari telunjuknya m
***** Suara dentingan alat makan yang saling beradu di mana saat ini di meja makan Leanne dan Damian tengah makan bersama, mau di katakan sarapan pagi pun nyatanya hari sudah beranjak siang. Pergulatan mereka yang ternyata memakan waktu itu pun sehingga membuat mereka baru sekarang beranjak keluar dari kamar. Meski sebenarnya Leanne 'lah yang menghentikan aktivitas mereka. Dia yang sudah kelaparan karena tenaganya hampir habis terkuras oleh Damian yang terus menggarapnya tak henti-henti. Meskipun harus memberikan sedikit ancaman. Damian yang tidak ingin jatahnya tertunda selama seminggu, dengan terpaksa ia mengakhiri keinginannya yang selalu ingin menggarap istrinya. Ya, istri cantiknya itu mengancam dirinya tidak akan memberikan kenikmatan padanya selama satu minggu. Damian tidak bisa membayangkan jika itu benar-benar terjadi. Semua yang ada pada diri Leanne sudah membuatnya candu. "Apa hari ini kamu akan ke toko?" Tanya Damian di sela suapannya. "Emm, mungkin nanti sore.
***** Tempat lain yang di maksud Damian adalah sebuah gedung perhiasan. Ya gedung, karena jika di sebut toko pun kurang tepat. Sebab satu gedung itu berisi perhiasan-perhiasan cantik yang mewah dengan harga fantastis. Damian membawa Leanne ke gedung itu tentunya untuk membelikan istrinya satu set perhiasan. Pelengkap penampilan istrinya untuk nanti malam acara reuni. Leanne sendiri tidak bisa menolak keinginan Damian itu, ia pun menerimanya. Setelah selesai dengan urusan perhiasan, mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke toko bunga Leanne. ▪️Setelah beberapa menit kemudian...... "Kamu yakin tidak akan masuk, Re?" Tanya Leanne setelah mereka sudah tiba di depan toko bunga miliknya, dan saat ini mereka masih di dalam mobil. "Tidak Sayang, aku harus ke kantor terlebih dahulu ada sedikit urusan di sana dengan Joshua, setelah itu aku akan pulang ke rumah." Tolak Damian lembut sambil mengusap pipi Leanne. "Ya sudah, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam dan kamu hati-hati di
***** "Damian, Joshua." Seruan sapaan dari teman masa kuliahnya yang menghampiri Damian dan Joshua. Mereka saling sapa ala pria. "Joshua, Damian gimana kabar kalian?" Tanya seorang pria yang bernama Gandi yang tengah merangkul seorang wanita berbaju sexy. "Seperti yang lo lihat." Jawab Joshua berbeda dengan Damian yang diam. "Gue denger Damian sudah menikah beda dengan lo Joshua yang masih jomblo." Ucap pria lainnya yang bernama Oskar yang sama tengah menggandeng seorang wanita juga. "Gue bukan jomblo tapi single, dan gue pemilih untuk masalah pasangan." Elak Joshua tak ingin di sebut jomblo padahal kenyataannya begitu. "Bagaimana dengan kalian? Kalian sudah menikah?" Tanya Joshua menatap mereka satu persatu. "Gue belum ada niatan buat nikah, Bro. Oh iya, Ini Eriska, kekasih gue." Sahut Gandi sambil memperkenalkan kekasihnya. "Febyola, tunangan gue." Ucap Oskar juga kepada wanita yang di gandengnya. Joshua hanya mengangguk-angguk saja sambil menatap pasangan teman-
*****"Apa wanita cantik ini istrimu Damian?" Suara pertama Gandi ketika Leanne dan Damian yang baru saja bergabung dengan mereka. Dengan tatapannya yang terus menatap Leanne dengan lekat. "Ya. Sayang, kenalkan mereka teman-teman saat kuliah ku dulu." Ucap Damian sambil memperkenalkan istrinya. "Senang bertemu dengan kalian." Ucap Leanne sopan meski tanpa seulas senyum. "Damian memang tidak salah pilih memiliki istri yang secantik dirimu." Pujian dari Gandi membuat Leanne merasa risih apalagi wanita yang di gandeng pria itu menatap dirinya tidak suka. Ck, menyebalkan, batin Leanne. "Anda terlalu berlebihan—," Jeda Leanne dengan maksud untuk mengetahui namanya. "Gandi. Panggil saya Gandi." Ucap Gandi. "Ah ya, Gandi lebih baik lagi anda memuji wanita anda. Wanita jika cemburu sangat berbahaya." Ucap Leanne membuat pasangan Gan