***** 21+ Pancaran sinar matahari pagi yang menyorot terang masuk ke dalam celah tirai dimana Leanne dan Damian masih berbaring tidur. Leanne yang merasa silau akan sorotan matahari pagi pun membuat ia mengerjap 'kan matanya. Perlahan demi perlahan mata yang tertutup itu terbuka juga menampilkan sepasang mata hitam yang tajam serta bulu mata yang begitu lentik. Tidak heran jika sinar matahari membuatnya silau, karena posisi tidurnya yang menghadap ke arah jendela dengan posisi miring, lalu ia juga berada dalam pelukan Damian yang di mana Damian menyusupkan wajahnya ke dalam lehernya. Ia tahu karena helaan nafas Damian setiap tarikannya ia rasakan. Setelah kesadarannya terkumpul dengan perlahan Leanne membalikkan badannya mengarah ke arah Damian. Di tatapnya wajah suaminya yang masih tertidur pulas, tidak dapat di pungkiri jika Damian memang tampan saat tidur maupun tidak. Dengan perlahan Leanne mengangkat tangannya mulai mengusap alis Damian yang cukup tebal, jari telunjuknya m
***** Suara dentingan alat makan yang saling beradu di mana saat ini di meja makan Leanne dan Damian tengah makan bersama, mau di katakan sarapan pagi pun nyatanya hari sudah beranjak siang. Pergulatan mereka yang ternyata memakan waktu itu pun sehingga membuat mereka baru sekarang beranjak keluar dari kamar. Meski sebenarnya Leanne 'lah yang menghentikan aktivitas mereka. Dia yang sudah kelaparan karena tenaganya hampir habis terkuras oleh Damian yang terus menggarapnya tak henti-henti. Meskipun harus memberikan sedikit ancaman. Damian yang tidak ingin jatahnya tertunda selama seminggu, dengan terpaksa ia mengakhiri keinginannya yang selalu ingin menggarap istrinya. Ya, istri cantiknya itu mengancam dirinya tidak akan memberikan kenikmatan padanya selama satu minggu. Damian tidak bisa membayangkan jika itu benar-benar terjadi. Semua yang ada pada diri Leanne sudah membuatnya candu. "Apa hari ini kamu akan ke toko?" Tanya Damian di sela suapannya. "Emm, mungkin nanti sore.
***** Tempat lain yang di maksud Damian adalah sebuah gedung perhiasan. Ya gedung, karena jika di sebut toko pun kurang tepat. Sebab satu gedung itu berisi perhiasan-perhiasan cantik yang mewah dengan harga fantastis. Damian membawa Leanne ke gedung itu tentunya untuk membelikan istrinya satu set perhiasan. Pelengkap penampilan istrinya untuk nanti malam acara reuni. Leanne sendiri tidak bisa menolak keinginan Damian itu, ia pun menerimanya. Setelah selesai dengan urusan perhiasan, mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke toko bunga Leanne. ▪️Setelah beberapa menit kemudian...... "Kamu yakin tidak akan masuk, Re?" Tanya Leanne setelah mereka sudah tiba di depan toko bunga miliknya, dan saat ini mereka masih di dalam mobil. "Tidak Sayang, aku harus ke kantor terlebih dahulu ada sedikit urusan di sana dengan Joshua, setelah itu aku akan pulang ke rumah." Tolak Damian lembut sambil mengusap pipi Leanne. "Ya sudah, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam dan kamu hati-hati di
***** "Damian, Joshua." Seruan sapaan dari teman masa kuliahnya yang menghampiri Damian dan Joshua. Mereka saling sapa ala pria. "Joshua, Damian gimana kabar kalian?" Tanya seorang pria yang bernama Gandi yang tengah merangkul seorang wanita berbaju sexy. "Seperti yang lo lihat." Jawab Joshua berbeda dengan Damian yang diam. "Gue denger Damian sudah menikah beda dengan lo Joshua yang masih jomblo." Ucap pria lainnya yang bernama Oskar yang sama tengah menggandeng seorang wanita juga. "Gue bukan jomblo tapi single, dan gue pemilih untuk masalah pasangan." Elak Joshua tak ingin di sebut jomblo padahal kenyataannya begitu. "Bagaimana dengan kalian? Kalian sudah menikah?" Tanya Joshua menatap mereka satu persatu. "Gue belum ada niatan buat nikah, Bro. Oh iya, Ini Eriska, kekasih gue." Sahut Gandi sambil memperkenalkan kekasihnya. "Febyola, tunangan gue." Ucap Oskar juga kepada wanita yang di gandengnya. Joshua hanya mengangguk-angguk saja sambil menatap pasangan teman-
*****"Apa wanita cantik ini istrimu Damian?" Suara pertama Gandi ketika Leanne dan Damian yang baru saja bergabung dengan mereka. Dengan tatapannya yang terus menatap Leanne dengan lekat. "Ya. Sayang, kenalkan mereka teman-teman saat kuliah ku dulu." Ucap Damian sambil memperkenalkan istrinya. "Senang bertemu dengan kalian." Ucap Leanne sopan meski tanpa seulas senyum. "Damian memang tidak salah pilih memiliki istri yang secantik dirimu." Pujian dari Gandi membuat Leanne merasa risih apalagi wanita yang di gandeng pria itu menatap dirinya tidak suka. Ck, menyebalkan, batin Leanne. "Anda terlalu berlebihan—," Jeda Leanne dengan maksud untuk mengetahui namanya. "Gandi. Panggil saya Gandi." Ucap Gandi. "Ah ya, Gandi lebih baik lagi anda memuji wanita anda. Wanita jika cemburu sangat berbahaya." Ucap Leanne membuat pasangan Gan
***** Setelah Damian bersama Leanne pergi dari acara reuni, Damian mengajak Leanne menuju ke salah satu restoran berbintang yang di mana sudah ia reservasi sebelumnya. Dan kini mereka pun sudah tiba, mungkin malam ini bisa di sebut jika kini mereka tengah dinner malam yang romantis dengan suasana outdoor yang di suguhkan gemerlapnya perkotaan ketika malam. Damian ingin memberikan perhatian terhadap istrinya meski dengan hal kecil seperti ini. Apalagi penampilan Leanne saat ini yang memukau membuatnya terpukau, membuat Damian tidak ingin melewatkan waktu begitu saja, jadi Damian pun merencanakan dinner romantis yang dadakan itu, namun berjalan lancar sesuai dengan keinginannya. Dinner romantis hanya ada mereka saja. Damian memperhatikan bagaimana istrinya tengah meminum champagne nya yang begitu elegant. Setelah hidangan mereka datang dan di sajikan dengan baik. "Regan, apa hanya ada kita saja di sini?" Tanya Leanne pertanyaan yang sejak tadi ingin ia utarakan. Leanne heran k
*****Sudah satu minggu lebih berlalu setelah acara reuni serta kegiatan panas Leanne dan Damian itu terjadi. Kini mereka melakukan aktivitas seperti biasanya, Leanne yang berada di toko bunganya dan Damian yang di sibukkan dengan pekerjaan kantornya.Leanne yang sedang berada di ruangan ruko bunganya tengah melakukan panggilan telepon kepada Damian, karena Damian bilang dia akan menjemputnya. Namun jam sudah menunjukkan pukul 5 sore tapi batang hidung suaminya itu tidak terlihat sama sekali, dan sudah yang kesepuluh kalinya Leanne menghubungi Damian. Namun tidak ada jawaban sama sekali.Karena tidak ada jawaban sama sekali maka dari itu Leanne pun memutuskan untuk pulang seorang diri. Toko sudah di tutup sejak empat puluh menit yang lalu, dan Kenny serta Justin mereka berdua juga sudah pulang. Leanne pikir mungkin lebih baik dirinya pulang sekarang saja, dan soal Damian mungkin suaminya itu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Karena tadi pagi Leanne yang di antar oleh Damian maka dari
***** Hembusan angin yang menerpa lembut pada helai demi helai rambut Leanne sehingga tertiup kesana kemari. Udara yang segar membelai wajahnya sehingga membuat wanita bermata tajam itu menutup sejenak sebelum suara dari seseorang menghentikan kenyamanannya. "Sampai sekarang ini suami mu masih belum mengetahui identitas mu, Le?" Pertanyaan Sultan membuat Leanne membisu. "Sampai kapan kamu akan merahasiakannya?" Lanjut Sultan kembali sambil menghampiri Leanne yang berada di balkon restaurannya. "Entah. Aku belum bisa mengatakannya, Bang." Jawab Leanne acuh tak acuh membuat Sultan menghela napasnya pelan. Leanne sendiri ia bingung dan ragu apa ia harus memberitahukan identitas sebenarnya kepada Damian. Hingga saat ini masih ada keraguan di hati Leanne. Kini sudah dua hari kepergian Damian ke Singapore untuk perjalanan bisnisnya, dan terakhir Damian memberikan kabar padanya saat kemarin sore dan hingga kini belum ada kabar lagi dari suaminya itu. "Bagaimana dengan kedua oran