*****
"Apa wanita cantik ini istrimu Damian?" Suara pertama Gandi ketika Leanne dan Damian yang baru saja bergabung dengan mereka. Dengan tatapannya yang terus menatap Leanne dengan lekat. "Ya. Sayang, kenalkan mereka teman-teman saat kuliah ku dulu." Ucap Damian sambil memperkenalkan istrinya. "Senang bertemu dengan kalian." Ucap Leanne sopan meski tanpa seulas senyum. "Damian memang tidak salah pilih memiliki istri yang secantik dirimu." Pujian dari Gandi membuat Leanne merasa risih apalagi wanita yang di gandeng pria itu menatap dirinya tidak suka. Ck, menyebalkan, batin Leanne. "Anda terlalu berlebihan—," Jeda Leanne dengan maksud untuk mengetahui namanya. "Gandi. Panggil saya Gandi." Ucap Gandi. "Ah ya, Gandi lebih baik lagi anda memuji wanita anda. Wanita jika cemburu sangat berbahaya." Ucap Leanne membuat pasangan Gan***** Setelah Damian bersama Leanne pergi dari acara reuni, Damian mengajak Leanne menuju ke salah satu restoran berbintang yang di mana sudah ia reservasi sebelumnya. Dan kini mereka pun sudah tiba, mungkin malam ini bisa di sebut jika kini mereka tengah dinner malam yang romantis dengan suasana outdoor yang di suguhkan gemerlapnya perkotaan ketika malam. Damian ingin memberikan perhatian terhadap istrinya meski dengan hal kecil seperti ini. Apalagi penampilan Leanne saat ini yang memukau membuatnya terpukau, membuat Damian tidak ingin melewatkan waktu begitu saja, jadi Damian pun merencanakan dinner romantis yang dadakan itu, namun berjalan lancar sesuai dengan keinginannya. Dinner romantis hanya ada mereka saja. Damian memperhatikan bagaimana istrinya tengah meminum champagne nya yang begitu elegant. Setelah hidangan mereka datang dan di sajikan dengan baik. "Regan, apa hanya ada kita saja di sini?" Tanya Leanne pertanyaan yang sejak tadi ingin ia utarakan. Leanne heran k
*****Sudah satu minggu lebih berlalu setelah acara reuni serta kegiatan panas Leanne dan Damian itu terjadi. Kini mereka melakukan aktivitas seperti biasanya, Leanne yang berada di toko bunganya dan Damian yang di sibukkan dengan pekerjaan kantornya.Leanne yang sedang berada di ruangan ruko bunganya tengah melakukan panggilan telepon kepada Damian, karena Damian bilang dia akan menjemputnya. Namun jam sudah menunjukkan pukul 5 sore tapi batang hidung suaminya itu tidak terlihat sama sekali, dan sudah yang kesepuluh kalinya Leanne menghubungi Damian. Namun tidak ada jawaban sama sekali.Karena tidak ada jawaban sama sekali maka dari itu Leanne pun memutuskan untuk pulang seorang diri. Toko sudah di tutup sejak empat puluh menit yang lalu, dan Kenny serta Justin mereka berdua juga sudah pulang. Leanne pikir mungkin lebih baik dirinya pulang sekarang saja, dan soal Damian mungkin suaminya itu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Karena tadi pagi Leanne yang di antar oleh Damian maka dari
***** Hembusan angin yang menerpa lembut pada helai demi helai rambut Leanne sehingga tertiup kesana kemari. Udara yang segar membelai wajahnya sehingga membuat wanita bermata tajam itu menutup sejenak sebelum suara dari seseorang menghentikan kenyamanannya. "Sampai sekarang ini suami mu masih belum mengetahui identitas mu, Le?" Pertanyaan Sultan membuat Leanne membisu. "Sampai kapan kamu akan merahasiakannya?" Lanjut Sultan kembali sambil menghampiri Leanne yang berada di balkon restaurannya. "Entah. Aku belum bisa mengatakannya, Bang." Jawab Leanne acuh tak acuh membuat Sultan menghela napasnya pelan. Leanne sendiri ia bingung dan ragu apa ia harus memberitahukan identitas sebenarnya kepada Damian. Hingga saat ini masih ada keraguan di hati Leanne. Kini sudah dua hari kepergian Damian ke Singapore untuk perjalanan bisnisnya, dan terakhir Damian memberikan kabar padanya saat kemarin sore dan hingga kini belum ada kabar lagi dari suaminya itu. "Bagaimana dengan kedua oran
***** "Justin." Panggil Leanne kepada Justin yang saat ini ia tengah menuruni tangga tokonya. "Ya, bos?" Sahut Justin yang sedang memindahkan bunga ke pot lainnya. "Bagaimana dengan yang ku perintahkan?" Tanya Leanne saat ia sudah berada di dekat Justin, dan kebetulan saat ini toko bunganya sedang tidak ada pelanggan. "Masih sama, belum ada tanda-tanda dari mereka yang akan menunjukkan diri kembali." Jawab Justin menghentikan aktivitasnya, menatap Leanne yang tengah duduk di bangku yang berada di toko. "Hm. Tim mereka pun sama belum menemukannya kembali." Ucap Leanne dengan tangan yang mengusap bunga mawar di hadapannya. "Aku pikir target kita kali ini sangatlah sulit untuk di dapatkan, setiap kali aku mencari mereka dengan menghacker data mereka. Mereka langsung tahu dan memblokir akses kita masuk. " Jelas Justin. "Sepertinya saingan mu kali ini cukup berat, Justin." Ucap Leanne bersamaan menghentikan aktivitasnya lalu bangkit berdiri dari duduknya. "Ck, meski saingan
*****Damian dan Leanne mereka berdua berjalan ke arah pintu keluar utama, di pagi ini Damian akan berangkat ke kantornya, dan seperti biasa Leanne mengantarnya hingga depan pintu."Sayang, nanti kita lunch bersama saat jam istirahat ku. Nanti biar sopir yang mengantar mu untuk ke kantor ku." Ucap Damian dengan kedua tangannya yang bertengger manis merangkul pinggang istrinya."Aku bisa bawa mobil ku sendiri." Tolak Leanne."No." Tegas Damian"Atau apa aku saja yang menjemput mu ke sini?" Lanjutnya bertanya."Jangan. Nanti aku bersama sopir saja ke kantor mu." Larang Leanne akhirnya mengalah dari pada Damian yang harus menjemputnya, karena ia tahu pasti suaminya ini sangat sibuk sekali."Ya sudah. Aku ke kantor dulu." Pamit Damian dan sebelum masuk mobilnya ia mencium bibir istrinya serta keningnya dengan lembut.Leanne memperhatikan mobil Damian sampai tidak terlihat lagi, lalu ia masuk kembali ke rumah.Selagi menunggu waktu jam makan siang, ia akan pergi ke toko bunganya terlebih d
*****21+ Sejak di dalam mobil menuju perjalanan mereka ke resto hingga mereka telah selesai makan siang pun suasana di antara mereka terasa tidak menyenangkan. Damian yang selalu mengajak istrinya berbicara hanya balasan singkat yang ia terima. Sampai tidak ada pokok pembicaraan lagi suasana pun menjadi canggung."Sayang, aku bisa jelaskan te—" Belum selesai Damian berkata Leanne sudah memotongnya."Bisa kita bicarakan saja di rumah? Aku harus segera ke toko banyak pelanggan yang menunggu." Sela Leanne yang memasukkan ponselnya yang sejak tadi ia mainkan setelah makan siangnya selesai ke dalam sling bag mini-nya.Mendengar perkataan istrinya, mau tidak mau Damian mengiyakan. Mungkin memang benar jika pembicaraan ini harus ia selesaikan di rumah saja."Baiklah. Ayo." Ajak Damian merangkul kembali Leanne keluar resto setelah iya membayar terlebih dahulu bill-nya. Leanne membiarkan saja Damian yang merangkul pinggangnya.Tidak menunggu sepuluh menit mobil Damian sudah terparkir di dep
***** Tiga hari kemudian...... ~MARKAS MILITER "Jadi sudah kita putuskan, jika untuk sementara ini kita akan melonggarkan target dan memantaunya diam-diam. Karena yang kita ketahui, terakhir titik koordinat mereka berada sudah kita lacak, namun ketika kita melakukan pendobrakan nyatanya para pelaku sudah bergerak cepat pergi dari sana dan hanya kekosongan yang kita dapatkan." Ucap Sultan lantang pada tim militernya, serta pada Leanne, Justin, dan Kenny yang saat ini mereka tengah melakukan rapat tertutup mereka. "Dan rencana kali ini kita memang seharusnya tidak terlalu mencolok, biarkan target untuk sementara waktu bergerak bebas, namun ketika mereka lengah," Jeda Sultan. "Kita harus siap menyergap mereka."Lanjutnya menatap satu persatu rekannya, dan pandangan terakhirnya cukup lama terhadap Leanne. "Benar begitu, Agen Athena?" Tanya Sultan yang membuyarkan kediaman Leanne yang sempat melamun. "Ya. Saya setuju dengan kita yang akan memantau mereka diam-diam, serta untuk penye
***** "Boleh saya duduk di sini, Nona?" Sebuah suara yang berasal dari hadapannya membuat Leanne mendongakkan wajahnya pada seseorang yang tengah berbicara kepadanya. "Leanne?!" "Raymond." Mereka berucap bersamaan, Leanne tidak terkejut dengan kedatangan Raymond. Berbeda dengan Raymond yang nampak antusias dengan melihat Leanne, ia segera duduk tanpa di persilahkan. "Bagaimana kabar mu?" Tanya Raymond basa-basi. "Seperti yang kamu lihat." Jawab Leanne. "Makan siang sendiri atau dengan suami mu?"Tanya Raymond. "Jika dengan suami ku tidak mungkin kamu duduk di situ." Jawab Leanne acuh tak acuh. "Sangat di sayangkan wanita cantik seperti mu duduk sendiri, maka dari itu aku akan menemani mu." Ucap Raymond tidak tahu malu membuat Leanne risih. "Permisi." Seorang waitress berbeda dengan yang tadi membawa makanan Leanne, ia menyajikannya di hadapan Leanne dan di belakangnya ada seorang waiters lagi yang sedang melayani Raymond. Makanan terhidang, dan yang terakhir seora