***** Setelah Damian bersama Leanne pergi dari acara reuni, Damian mengajak Leanne menuju ke salah satu restoran berbintang yang di mana sudah ia reservasi sebelumnya. Dan kini mereka pun sudah tiba, mungkin malam ini bisa di sebut jika kini mereka tengah dinner malam yang romantis dengan suasana outdoor yang di suguhkan gemerlapnya perkotaan ketika malam. Damian ingin memberikan perhatian terhadap istrinya meski dengan hal kecil seperti ini. Apalagi penampilan Leanne saat ini yang memukau membuatnya terpukau, membuat Damian tidak ingin melewatkan waktu begitu saja, jadi Damian pun merencanakan dinner romantis yang dadakan itu, namun berjalan lancar sesuai dengan keinginannya. Dinner romantis hanya ada mereka saja. Damian memperhatikan bagaimana istrinya tengah meminum champagne nya yang begitu elegant. Setelah hidangan mereka datang dan di sajikan dengan baik. "Regan, apa hanya ada kita saja di sini?" Tanya Leanne pertanyaan yang sejak tadi ingin ia utarakan. Leanne heran k
*****Sudah satu minggu lebih berlalu setelah acara reuni serta kegiatan panas Leanne dan Damian itu terjadi. Kini mereka melakukan aktivitas seperti biasanya, Leanne yang berada di toko bunganya dan Damian yang di sibukkan dengan pekerjaan kantornya.Leanne yang sedang berada di ruangan ruko bunganya tengah melakukan panggilan telepon kepada Damian, karena Damian bilang dia akan menjemputnya. Namun jam sudah menunjukkan pukul 5 sore tapi batang hidung suaminya itu tidak terlihat sama sekali, dan sudah yang kesepuluh kalinya Leanne menghubungi Damian. Namun tidak ada jawaban sama sekali.Karena tidak ada jawaban sama sekali maka dari itu Leanne pun memutuskan untuk pulang seorang diri. Toko sudah di tutup sejak empat puluh menit yang lalu, dan Kenny serta Justin mereka berdua juga sudah pulang. Leanne pikir mungkin lebih baik dirinya pulang sekarang saja, dan soal Damian mungkin suaminya itu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Karena tadi pagi Leanne yang di antar oleh Damian maka dari
***** Hembusan angin yang menerpa lembut pada helai demi helai rambut Leanne sehingga tertiup kesana kemari. Udara yang segar membelai wajahnya sehingga membuat wanita bermata tajam itu menutup sejenak sebelum suara dari seseorang menghentikan kenyamanannya. "Sampai sekarang ini suami mu masih belum mengetahui identitas mu, Le?" Pertanyaan Sultan membuat Leanne membisu. "Sampai kapan kamu akan merahasiakannya?" Lanjut Sultan kembali sambil menghampiri Leanne yang berada di balkon restaurannya. "Entah. Aku belum bisa mengatakannya, Bang." Jawab Leanne acuh tak acuh membuat Sultan menghela napasnya pelan. Leanne sendiri ia bingung dan ragu apa ia harus memberitahukan identitas sebenarnya kepada Damian. Hingga saat ini masih ada keraguan di hati Leanne. Kini sudah dua hari kepergian Damian ke Singapore untuk perjalanan bisnisnya, dan terakhir Damian memberikan kabar padanya saat kemarin sore dan hingga kini belum ada kabar lagi dari suaminya itu. "Bagaimana dengan kedua oran
***** "Justin." Panggil Leanne kepada Justin yang saat ini ia tengah menuruni tangga tokonya. "Ya, bos?" Sahut Justin yang sedang memindahkan bunga ke pot lainnya. "Bagaimana dengan yang ku perintahkan?" Tanya Leanne saat ia sudah berada di dekat Justin, dan kebetulan saat ini toko bunganya sedang tidak ada pelanggan. "Masih sama, belum ada tanda-tanda dari mereka yang akan menunjukkan diri kembali." Jawab Justin menghentikan aktivitasnya, menatap Leanne yang tengah duduk di bangku yang berada di toko. "Hm. Tim mereka pun sama belum menemukannya kembali." Ucap Leanne dengan tangan yang mengusap bunga mawar di hadapannya. "Aku pikir target kita kali ini sangatlah sulit untuk di dapatkan, setiap kali aku mencari mereka dengan menghacker data mereka. Mereka langsung tahu dan memblokir akses kita masuk. " Jelas Justin. "Sepertinya saingan mu kali ini cukup berat, Justin." Ucap Leanne bersamaan menghentikan aktivitasnya lalu bangkit berdiri dari duduknya. "Ck, meski saingan
*****Damian dan Leanne mereka berdua berjalan ke arah pintu keluar utama, di pagi ini Damian akan berangkat ke kantornya, dan seperti biasa Leanne mengantarnya hingga depan pintu."Sayang, nanti kita lunch bersama saat jam istirahat ku. Nanti biar sopir yang mengantar mu untuk ke kantor ku." Ucap Damian dengan kedua tangannya yang bertengger manis merangkul pinggang istrinya."Aku bisa bawa mobil ku sendiri." Tolak Leanne."No." Tegas Damian"Atau apa aku saja yang menjemput mu ke sini?" Lanjutnya bertanya."Jangan. Nanti aku bersama sopir saja ke kantor mu." Larang Leanne akhirnya mengalah dari pada Damian yang harus menjemputnya, karena ia tahu pasti suaminya ini sangat sibuk sekali."Ya sudah. Aku ke kantor dulu." Pamit Damian dan sebelum masuk mobilnya ia mencium bibir istrinya serta keningnya dengan lembut.Leanne memperhatikan mobil Damian sampai tidak terlihat lagi, lalu ia masuk kembali ke rumah.Selagi menunggu waktu jam makan siang, ia akan pergi ke toko bunganya terlebih d
*****21+ Sejak di dalam mobil menuju perjalanan mereka ke resto hingga mereka telah selesai makan siang pun suasana di antara mereka terasa tidak menyenangkan. Damian yang selalu mengajak istrinya berbicara hanya balasan singkat yang ia terima. Sampai tidak ada pokok pembicaraan lagi suasana pun menjadi canggung."Sayang, aku bisa jelaskan te—" Belum selesai Damian berkata Leanne sudah memotongnya."Bisa kita bicarakan saja di rumah? Aku harus segera ke toko banyak pelanggan yang menunggu." Sela Leanne yang memasukkan ponselnya yang sejak tadi ia mainkan setelah makan siangnya selesai ke dalam sling bag mini-nya.Mendengar perkataan istrinya, mau tidak mau Damian mengiyakan. Mungkin memang benar jika pembicaraan ini harus ia selesaikan di rumah saja."Baiklah. Ayo." Ajak Damian merangkul kembali Leanne keluar resto setelah iya membayar terlebih dahulu bill-nya. Leanne membiarkan saja Damian yang merangkul pinggangnya.Tidak menunggu sepuluh menit mobil Damian sudah terparkir di dep
***** Tiga hari kemudian...... ~MARKAS MILITER "Jadi sudah kita putuskan, jika untuk sementara ini kita akan melonggarkan target dan memantaunya diam-diam. Karena yang kita ketahui, terakhir titik koordinat mereka berada sudah kita lacak, namun ketika kita melakukan pendobrakan nyatanya para pelaku sudah bergerak cepat pergi dari sana dan hanya kekosongan yang kita dapatkan." Ucap Sultan lantang pada tim militernya, serta pada Leanne, Justin, dan Kenny yang saat ini mereka tengah melakukan rapat tertutup mereka. "Dan rencana kali ini kita memang seharusnya tidak terlalu mencolok, biarkan target untuk sementara waktu bergerak bebas, namun ketika mereka lengah," Jeda Sultan. "Kita harus siap menyergap mereka."Lanjutnya menatap satu persatu rekannya, dan pandangan terakhirnya cukup lama terhadap Leanne. "Benar begitu, Agen Athena?" Tanya Sultan yang membuyarkan kediaman Leanne yang sempat melamun. "Ya. Saya setuju dengan kita yang akan memantau mereka diam-diam, serta untuk penye
***** "Boleh saya duduk di sini, Nona?" Sebuah suara yang berasal dari hadapannya membuat Leanne mendongakkan wajahnya pada seseorang yang tengah berbicara kepadanya. "Leanne?!" "Raymond." Mereka berucap bersamaan, Leanne tidak terkejut dengan kedatangan Raymond. Berbeda dengan Raymond yang nampak antusias dengan melihat Leanne, ia segera duduk tanpa di persilahkan. "Bagaimana kabar mu?" Tanya Raymond basa-basi. "Seperti yang kamu lihat." Jawab Leanne. "Makan siang sendiri atau dengan suami mu?"Tanya Raymond. "Jika dengan suami ku tidak mungkin kamu duduk di situ." Jawab Leanne acuh tak acuh. "Sangat di sayangkan wanita cantik seperti mu duduk sendiri, maka dari itu aku akan menemani mu." Ucap Raymond tidak tahu malu membuat Leanne risih. "Permisi." Seorang waitress berbeda dengan yang tadi membawa makanan Leanne, ia menyajikannya di hadapan Leanne dan di belakangnya ada seorang waiters lagi yang sedang melayani Raymond. Makanan terhidang, dan yang terakhir seora
***** Leanne dan bayinya sudah di pindahkan di ruang rawat. Tentunya dengan kelas VVIP, ruang rawat Leanne di hias begitu indahnya dengan pernak-pernik warna biru keemasan. Leanne tengah menggendong bayinya dan Damian duduk di atas brankar di samping Leanne. Merangkul bahu Leanne dengan mesra. Untuk saat ini hanya ada mereka. Orang tua Leanne maupun Damian mereka yang tengah di luar kota sedang dalam perjalanan pulang dan menuju rumah sakit. "Sudah ada nama untuk anak kita, Regan." Mendengar istrinya menyebut 'anak kita' membuat perasaan Damian selalu menghangat. "Ya." Sahut Damian dengan ibu jarinya yang mengusap pipi merah anaknya. Leanne menatap Damian. "Apa?" Tanyanya. Damian menatap istrinya. "Leander Ergan Alpha Romanov. Putra kita yang akan menjadi pemimpinnya Romanov." Ucapnya. Leanne tersenyum. "Bagus sekali." Ucapnya, lalu tatapan Leanne mengarah kembali pada bayinya yang sudah di beri nama Leander Ergan Alpha Romanov. "Sangat cocok untukmu, Sayang."
***** NAKARI HOSPITAL UNIVERSITY Damian yang berada di depan pintu ruangan persalinan terus saja mondar-mandir. Bukan tanpa alasan kenapa Damian seperti itu dengan suasana hatinya yang terus cemas. Sebab hari ini Leanne akan segera melahirkan. Satu jam lalu lebih tepatnya sebelum Leanne di bawa ke rumah sakit. Leanne yang berada di rumah bersama dengan damian yang sudah mulai cuti untuk tidak ke kantor semenjak kandungan Leanne sudah memasuki HPL. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan menyusuri halaman belakang. Awalnya Leanne baik-baik saja saat mereka masih mengelilingi halaman, namun saat Damian masuk kembali ke mansion untuk mengambilkan topi untuk Leanne pakai di kamarnya. Tiba-tiba saja Leanne merasakan sakit di perutnya. Ada dua orang pelayan yang menemani Leanne, namun melihat Leanne yang kesakitan mereka di buat panik. Hingga harus Leanne 'lah yang mengingatkan mereka jika mereka harus memanggil Damian. Salah satu dari mereka berlar
***** Damian yang baru saja selesai meeting, masuk ke dalam ruangannya. Ia segera mengecek ponselnya yang tadi ia tinggalkan sebab ia charger. Damian melihat ada beberapa notifikasi yang masuk. Di antaranya sebuah pesan dari bawahannya yang selama ini ia perintahkan untuk menjaga dan mengawasi istrinya secara diam-diam. "Apa ini?!!" Damian terlihat marah saat melihat potret istrinya yang di kirimkan oleh mata-matanya. Foto pertama di mana foto itu berisi istrinya yang tengah memasuki mobil hendak pergi keluar. Damian marah karena saat ini pakaian istrinya begitu sexy sekali. Gaun pendek berwarna maroon yang sebatas paha dengan sebuah blazer hitam menutupi bahunya, namun tetap saja istrinya sangat terlihat sexy apalagi dengan perutnya yang sudah membesar. Kandungan Leanne saat ini sudah memasuki trimester ketiga. Dalam beberapa bulan ini begitu banyak perubahan pada istrinya semenjak hamil. Selain moodnya yang sering berubah- ubah, cara berpakaian istrinya pun selalu me
***** Damian menuntun Leanne dengan hati-hati sebab mata Leanne masih tertutup kain dasi. Masuk ke dalam sebuah ruangan besar. Di mana di dalam ruangan itu sudah di hias indah sedemikian rupa. Bukan hanya itu saja, akan tetapi ada Rose dan Daniel serta Anita dan Harris. Dari arah lain ada Joshua yang baru saja datang sambil membawa popper party di tangannya. Damian membawa Leanne ke tengah-tengah mereka. Damian berdiri di belakang tubuh Leanne, lalu ia berkata. "Kamu sudah siap Love?" Tanya Damian berbisik pelan pada telinga Leanne. "Ya." Sahut Leanne yang sudah tidak sabar agar ikatan di matanya di lepaskan. Damian melepaskan ikatan itu dan dengan perlahan menjauhkan kain dasi itu dari Leanne. POP!!! Suara letusan keras itu terdengar disertai dengan keluarnya confetti ke udara. "SURPRISE!!!!" Seruan dari sekitarnya membuat Leanne melihat siapa-siapa saja yang ada. Bukan hanya kedua mertuanya saja, kedua orangtuanya pun ada. "Happy anniversary untuk kalian
***** Beberapa bulan kemudian..... Hari ini weekend, Leanne dan Damian berencana pergi ke pusat perbelanjaan. Damian tengah menerima telepon di lantai bawah sambil menunggu Leanne yang belum selesai bersiap-siap. "Jo kamu harus pastikan semuanya sempurna sesuai dengan rencana." Ucap Damian mewanti-wanti Joshua di seberang sana. Damian melihat kehadiran istrinya yang tengah menuruni tangga. "Jangan ada kesalahan apapun." Tandas Damian sekali lagi ia memperingati Joshua. Belum sempat Joshua membalas ucapan Damian, sambungan telepon sudah di putuskan sepihak oleh Damian. Damian menghampiri Leanne dengan tatapan penuh pemujaan. Sebab Leanne hari ini tampil sangat cantik dengan riasannya. Bukan hari ini saja setiap hari pun istrinya selalu tampil cantik. Leanne yang biasanya tidak terlalu sering memakai dress entah kenapa sudah beberapa bulan ini selalu memakai dress dengan juga selalu merias diri. Bahkan Damian selalu di buat heran saat berada di rumah pun istrinya
***** Venesia, Italia. Ya, mereka berdua Leanne dan Damian kini sudah berada di kota romantis itu. Kedatangan mereka tak lain adalah untuk bulan madu. Seperti apa yang sudah mereka rencanakan setelah urusan Leanne selesai mereka akan berbulan madu dan Damian menyerahkan semua tujuan mereka pada Leanne. Dan pada akhirnya Leanne memilih Venesia. Leanne dan Damian baru saja check-in kamar hotel. Sebenarnya keinginan Damian dirinya ingin tinggal di apartemen, bukan hanya menyewanya melainkan membeli salah satu apartemen di sana yang pastinya memiliki nilai tinggi dari segi kualitas dan kuantitasnya. Namun keinginan itu harus pupus karena Leanne sendiri menolak tegas, sebab mereka tinggal di Venesia hanya beberapa hari. Bagi Leanne itu pemborosan, akan tetapi berbeda dengan pemikiran bisnis Damian. Membeli apartemen di Venesia sama saja untuk investasi. Namun apalah daya karena terlalu cinta mungkin sudah masuk level budak cinta Damian pun mematuhi perkataan istrinya. Setibany
***** Leanne yang baru saja tiba di rumah heran saat mendengar suara tawa. Saat ia berjalan masuk ke dalam dan terus berjalan ke arah ruang makan ternyata suara tawa itu berasal dari Kakeknya dan juga suaminya. Leanne di buat bingung apa yang sudah terjadi pada mereka selama dirinya pergi sehingga mereka terlihat bercengkrama dengan akrabnya. Tidak seperti awal bertemu kakeknya kurang baik menyambut suaminya. "Oh Princess, kamu sudah pulang. Ayo sini kita makan bersama." Ajak Anthony saat melihat Leanne yang masuk ke ruang makan. Leanne berjalan ke arah kursi duduk di samping Damian. Leanne melihat hidangan yang masih tersaji utuh. "Kalian belum memulainya?" Tanya Leanne. "Kami menunggu mu Princess, lagian belum lama juga kami di sini." Sahut Anthony. "Padahal Kakek bisa saja duluan. Kakek harus menjaga kesehatan Kakek, jangan telat soal makan." Peringat Leanne. "Hanya hari ini saja, lagipula jarang-jarang bisa makan bersama seperti ini." Ucap Anthony. Damian me
***** Leanne dan Damian melanjutkan penerbangan mereka lagi ke Amerika. Dan kini mereka baru saja tiba di Bandara Internasional John F. Kennedy. Setibanya di bandara, sudah ada orang yang menunggu kehadiran Leanne dan Damian. Leanne perkirakan itu bawahannya Damian. Karena Leanne sendiri tidak memberitahukan kedatangannya ke sini pada Anthony atau pun Noel. Mobil melaju menuju kediaman Anthony, hingga beberapa menit kemudian mereka pun tiba di tujuan. Di depan gerbang kediaman Anthony. Karena pintu gerbang yang tertutup, Leanne menyembulkan kepalanya. Lalu sebuah CCTV bergerak mengscan wajahnya. Leanne memasukkan diri kembali ke dalam mobil dan tidak membutuhkan lima menit pun pintu gerbang mulai terbuka. "Keamanan disini patut aku tiru." Ucap Damian. "Semenjak Nenek meninggal Kakek jadi tidak terlalu suka banyak orang. Banyaknya bodyguard yang di pekerjakan di sini pun itu untuk keamanan Nenek, karena untuk mengurangi resiko aku sendiri memilih tinggal di apartemen s
***** Leanne dan Damian sudah mendarat di negara yang di juluki negeri matahari terbit itu dan kini mereka berada di dalam mobil yang di sopiri oleh Scott, bodyguard Damian yang baru Leanne lihat lagi. Leanne melihat ke arah jalan raya, tahu kemana tujuan mereka Leanne menatap Damian dengan tatapan menelisiknya. "Kenapa?" Tanya Damian. Tangan mengusap pipi Leanne dengan lembut. "Kamu menyuruhnya mengikuti ku sampai ke sini?" Tanya Leanne sambil melirik Scott. Tahu kemana pembicaraan istrinya, Damian tersenyum kecil. "Aku khawatir kamu kenapa-napa." Ucap Damian memberikan alasannya. Tahu dengan sifat Damian yang selalu mengawasinya Leanne pun tidak banyak bertanya lagi. Beberapa menit kemudian, mobil pun sudah sampai tujuan. Di mana tempat itu adalah sebuah pemakaman. Ya, Leanne kembali mengunjungi makam Raigan lagi. Leanne dan Damian berjalan bersama masuk ke dalam pemakaman. Leanne sengaja mengajak Damian. Mereka tiba di depan makam Reigan. Leanne meletakkan