***** "Kamu yakin tidak perlu aku antar ke sana?" Sudah lebih dari tiga kali Damian terus bertanya hal yang sama kepada Leanne. Sejak dari rumah hingga saat ini di mana mereka sudah berada di landas pacu atau runway lebih tepatnya berada di dalam jet private Damian. Pagi hari ini Leanne sudah berada di bandara di antar oleh Damian, dan ia menyuruh, ah—lebih tepatnya memaksa Leanne untuk pergi menggunakan jet private nya. Sebenarnya Damian ingin mengantar Leanne ke Amerika, namun ada meeting dengan klien pentingnya hari ini, jadi Damian tidak bisa mengantar Leanne ke Amerika. Meski sebelumnya Damian hendak membatalkan meeting nya itu namun dengan cepat Leanne segera melarangnya. Dengan dalih jika meeting nya itu penting, padahal alasan lainnya adalah Leanne tidak ingin selama dirinya di Amerika tindak tanduknya di curigai oleh Damian. "Tidak perlu, lagian setelah aku tiba di sana aku pasti akan di sibukkan dengan perusahaan dan di khawatirkan juga tidak ada waktu untuk mu di s
Delapan tahun yang lalu, di rumah sakit.... ***** Di dalam ruangan, seorang gadis cantik tidur dengan damainya. Namun tidak memungkiri terbaringnya dia sangat menyedihkan, dengan wajah yang memiliki beberapa memar sehingga tidak dapat di tutupi alat oksigen sepenuhnya, salah satu tangan yang terpasang infus, memperlihatkan betapa menderitanya dia saat mata itu terbuka. Tubuh yang terbaring lemah itu sangat tidak berdaya. Bagi siapa pun yang melihat kondisinya akan merasa iba ▪️▪️▪️▪️▪️ PLAK!!! Suara tamparan keras dari pria berumur pada seorang pria di hadapannya, mengisi suasana lorong yang sepi. "Apa yang kau lakukan pada cucuku Harris? Ayah macam apa yang menyiksa anak kandungnya sendiri, sampai di larikan ke rumah sakit, hah?!" Pertanyaan bernada keras itu dari sang Kakek si gadis, yang di sampingnya di dampingi istrinya sambil mengelus pelan lengan suaminya yang tengah beremosi tinggi. "Dia anak yang tidak tahu diri Ayah. Melakukan hal kotor yang mencoreng nama b
***** Beberapa menit yang lalu pesawat jet yang Leanne tumpangi sudah mendarat di runway bandara Internasional John F. Kennedy. Leanne sendiri saat ini tengah berada di ruang tunggu, menunggu Noel yang akan menjemputnya. Namun ada hal yang membuat Leanne kesal saat ia baru saja keluar dari pesawat, hal itu adalah adanya seorang bodyguard atas perintah Damian untuk menjaganya selama ia di sini. Tentu saja hal itu membuat Leanne kesal, kesal karena Damian tidak bilang-bilang dulu soal bodyguard. Selain itu juga Leanne tidak ingin gerak-geriknya selama di sini di curigai. Leanne melirik ke samping di mana bodyguard suruhan Damian tengah berdiri tegak. "Siapa nama mu?" Tanya Leanne. Bodyguard itu melihat ke arah Leanne lalu segera menunduk. "Scott, Nyonya." Sahut Scott lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah depan kembali. "Oke Scott, jujur aku tidak membutuhkan bodyguard. Lebih baik kamu kembali." Terang Leanne. "Maaf Nyonya, semua atas perintah Tuan saya tidak bisa lep
***** Leanne dan Noel telah tiba di kediaman Anthony. Seorang kepala pelayan menyambut mereka berdua setelah pintu terbuka. "Selamat datang kembali, Nona Muda." Sapa kepala pelayan wanita paruh baya itu yang bernama Jenna dengan memberikan tatapan hangatnya serta senyum ramahnya. "Aunty Jen," Sapa Leanne balik dengan senyum kecilnya. "Di mana Kakek?" Lanjut Leanne sambil ia masuk ke dalam rumah yang di ikuti Noel. "Tuan besar berada di taman, Nona." Jawab Jenna. "Tidak menyambut ku apa tidak merindukan ku." Ucap Leanne. Leanne berbalik menatap ke arah Noel. "Aku yakin Kakek setiap hari merindukan mu." Ucap Noel. "Ya, aku tahu." Sahut Leanne. "Kalau begitu aku temui Kakek dulu." Lanjutnya. "Hm, nanti aku menyusul ada sedikit urusan yang harus aku kerjakan." Ucap Noel. Leanne dan Noel pun berjalan berbeda arah. Leanne berjalan ke arah taman yang di ikuti oleh Jenna. "Nona, apa ada sesuatu yang perlu saya buatkan?" Tanya Jenna. "Hm, aku ingin minuman yang se
***** Setelah kepergian Leanne, tinggallah mereka berdua di taman. Dan setelah mendapatkan kekesalan dari Leanne, Noel hanya bisa pasrah. Untuk membalas pun itu tidak mungkin. "Baru saja membela diri bukan anak kecil lagi, tapi kelakuan kalian tetap saja. Kekanak-kanakan." Sindir Anthony sambil menyesap tehnya dengan tenang. "Ekhem." Deuheum Noel mengusap tengkuknya karena ia malu sendiri. "Kapan kamu akan menikah, Nak? Umurmu sudah tidak muda lagi. Kamu sudah matang dan mapan untuk berumah tangga. Jangan sampai apa yang di katakan Lean terjadi, jika kamu menghamili seorang wanita terlebih dahulu sebelum adanya pernikahan." Ucap Anthony. "Aku tidak ada waktu untuk berkencan apalagi sampai menghamili seorang wanita." Ucap Noel. "Apa perlu Kakek tambahkan saja orang untuk membantu mu di perusahaan. Agar kamu bisa ada waktu untuk berkencan dan menikah." Saran Anthony. "Tidak perlu seperti itu Kek, hanya saja untuk saat ini aku tidak ingin berkencan apalagi sampai menikah." Tolak
***** Ekspresi datarnya Leanne yang berjalan memasuki kantor CIA tidak membuat pesonanya hilang sedikit pun. Justru ekspresinya yang terlihat seperti itu semakin membuatnya terkesan misterius. Hingga hampir membuat semua orang yang berada di sana melirik terus-terusan ke arahnya. Satu gedung kantor C.I.A siapa sih yang tidak mengenal sosok satu itu? Dia Leanne salah satu Agen di antara mereka yang memiliki nilai terbaik yang memiliki banyak prestasi dalam menangani setiap kasus yang ia tangani. Selain Agen terbaik sikap Leanne sangat misterius itu sulit di tebak hingga membuat orang lain semakin penasaran. Bukan hanya cenderung memiliki kemampuan yang terbilang cerdas, justru dia berani mengambil resiko saat masuk ke lingkaran bahaya yang mungkin kapan saja akan menghilangkan nyawanya. Leanne tetaplah Leanne, ia akan menjalankan misinya hingga tuntas meskipun di depan sana marabahaya menantinya. Hal itu terbukti dengan kepiawaiannya di mana beberapa kasus yang selalu ia tan
***** "Lebih baik tentang percintaan kalian di tunda dulu. Sekarang kita harus fokus pada tujuan kita." Ucap Adam tegas bersamaan dengan Ellios yang hendak protes kembali pada Marlyn, namun urung ketika Bos besar sudah berbicara. "Athena, ini data yang kamu minta sesuai keinginanmu."Ucap Cedric sambil menyodorkan sebuah Map ke arah Athena. "Kenapa kamu menginginkan data dari orang ini?" Lanjutnya bertanya. Leanne mengambil Map itu, membuka dan mulai membacanya. "Marcus Wingston." Gumam Leanne. "Apa ini ada kaitannya dengan kasus dulu, Athena? Data dan informasi Garton Baxter sudah kita ketahui sebelumnya, dan data yang tengah kamu baca itu adalah data mantan pekerjanya yang bisa di bilang tangan kanannya. Namun pada waktu itu, dua tahun sebelum terjadinya penangkapan besar-besaran itu dia sudah mengundurkan diri dari tangan kanannya Garton Baxter, dan dia kembali lagi ke Negaranya, Rusia." Ucap Adam. "Dia yang sudah terlepas dari bisnis ilegalnya itu, mencoba menjadi pemb
***** Di sebuah ruangan luas yang berdominan warna hitam sangat terlihat elegan dan mewah. Di mana ruangan itu sang pemiliknya tengah duduk di kursi kebesarannya yang saat ini tengah sibuk dengan sebuah layar monitor di hadapannya serta beberapa berkas yang tercecer di kanan serta kirinya. Dia adalah Damian si pria yang tengah berkutat dengan pekerjaan sejak pagi tadi hingga hari sudah siang di mana matahari sudah terbit tinggi hingga terik matahari sangat menyengat. Namun bagi Damian yang berada di dalam ruangan ber AC hanya merasakan kesejukan. Meski ia terlihat serius dalam mengerjakan pekerjaannya, namun pikirannya tidak begitu, sebab fokus serta matanya terus-terusan melirik ke arah gawai mahalnya yang saat ini berada di sebelah kanannya. Pikirannya tertuju kepada Leanne yang saat ini belum menghubunginya sama sekali sejak Leanne pergi ke Amerika. Sebelum Damian berangkat ke kantor tadi pagi ia sempatkan untuk menghubungi istrinya itu dan juga mengirimkan pesan. Namun samp