Happy Reading Semuanya!“Mas, ini belum ada satu hari. Tadi kan aku sudah bilang kalau mas enggak siap ketemu sama ayah… kita enggak usah pergi. Aku sudah siapkan jawaban nantinya biar mas enggak dimarahi. Kenapa Mas sangat nekat melakukan ini!! Mas punya 9 nyawa?” Geo hanya tersenyum tipis mendengar omelan dari istrinya. Ia tidak ingin mengatakan apapun kecuali tujuan utamanya, menemui ayah mertuanya. Tangannya yang sibuk mengarahkan kemudi untuk memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah milik mertuanya itu kini sudah terhenti. Pandangan mata istrinya sama sekali tidak ingin melihat ke arahnya. Tanpa Eva ketahui jika saat ini dadanya berdegup sangat cepat, tetapi ia berusaha untuk menutupinya dengan sangat baik. Ia sibuk menguatkan mentalnya untuk menghadapi ayah mertuanya.“Eva,” panggil GeoTidak ada jawaban dari istrinya.Tangannya terangkat dan mengusap lembut kepala sang istri yang kini bersedekap menahan marah.“Mas harus melakukannya, kalau sekarang bisa dilakukan… kita
Happy Reading Semuanya!Suasana cafe tampak lenggang, kali ini ia tidak memiliki buntut alias seorang diri tanpa adanya kehadiran sang istri di sebelahnya. Saat ini Eva sibuk menonton drama korea di rumah dengan berbagai cemilan yang sudah Geo stock untuk orang tersayangnya. Kalau dipikir lagi, sepertinya ia memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan orang yang akan ia temui beberapa menit lagi.Geo mempertanyakan kehidupan temannya tanpa kehadirannya.Matanya menyipit dan memperhatikan lelaki dengan kemeja kotak-kotak tengah menatap kosong ke arah depan seolah menyimpan beban yang sangat besar di pundaknya. Ia tidak memahami apalagi yang membuat temannya menjadi seperti ini. Leo masih saja terbebani padahal dirinya sudah bahagia, Ah–dirinya sok tahu sekali kalau temannya galau karena dirinya.“Leo, tumben lo ingat sama gue? Biasanya lo selalu lupa sama kehadiran gue. Sekarang kenapa lo minta gue datang? Perempuan mana lagi yang buat hati lo sakit?” tanya Geo sembari menepuk pundak
Happy Reading Semuanya!“Kenapa dulu aku benci banget sama mas, ya?” Geo yang sedang melihat pekerjaannya melalui ipad di tangannya tampak menoleh memperhatikan sang istri yang ada di sebelahnya tengah sibuk memegangi piyama tidurnya. Sebuah kebiasaan baru yang dilakukan oleh istrinya. Geo tidak keberatan sama sekali.“Mungkin karena kamu enggak terima saat kejadian itu,” sahut Geo tanpa menyebutkan kejadian yang tidak ingin dibahasnya.Tidak ada suara.Tidak ada kelanjutan dari jawabannya saat ini.Kepalanya menoleh memperhatikan istrinya yang tampak menatap lurus kearah depan.“Tapi bahkan sebelum kejadian itu–aku sudah sebel sama mas, mas melihat aku itu kaya mau terkam aku hidup-hidup. Nih, ya! Bahkan aku merasa kalau mas kaya mau menenggelamkan aku di sungai. Serem banget! Apalagi kalau di kelas, duh!” Tangan Geo menaruh ipad yang digunakannya dan memperhatikan sang istri yang kini terlihat duduk sembari mengusap perut buncitnya. Kehamilan yang sudah tidak bisa ditutupi lagi.“
Happy Reading Semuanya!Perempuan itu tampak memasang wajah bingung saat mobil yang dikendarai oleh suaminya tersebut berhenti di sebuah restoran yang selalu ia bicarakan tiga hari belakangan ini. Restoran dengan harga yang cukup menguras dompet.Iris matanya memperhatikan Geo yang sibuk memarkirkan mobil miliknya, apakah Geo lagi-lagi akan menguras dompetnya untuk sekedar makan malam saja. Ayolah makan di restoran saja ia sudah cukup, kenapa harus makan di tempat ini juga. “Mas…katanya mau pulang? Kenapa kita malah berhenti disini?” tanya EvaGeo tersenyum memandang istrinya yang terlihat panik seperti biasa, sudah bisa lelaki itu pastikan jika istrinya ketakutan jika ia membawanya ke tempat mahal. Eva memang benar-benar pengertian,“Karena kamu mau. Kamu jangan khawatir soal biaya, tadi pak Surherman kasih mas voucher potongan harga diskon 80%. Jadi kamu jangan khawatir, sekarang kita makan makanan yang lezat dan ngidamnya terpenuhi, mas enggak mau anak kita ileran. Uang bisa dicar
Happy Reading Semuanya!Kedua pasangan muda itu tidak mengerti dengan keinginan dari lelaki paruh baya yang kini duduk di kursi depan dengan tatapan datar, mereka tidak berani mengusik singa jantan yang sudah siap menerkam mereka kapan saja. Rasa mengantuk dan lelah tergabung menjadi satu, apalagi mereka semalaman menghabiskan waktu bermesraan sampai lupa waktu.Lagian siapa yang tidak terkejut saat pagi-pagi buta, ayahnya serta ibunya sudah berada di depan pintu rumah mereka dengan tatapan datar dan membuat mereka kelabakan. Liburan dadakan? Astaga, ayahnya memang sepertinya hobi sekali membuat kemarahan di antara mereka.“Kita mau kemana sebenarnya?” tanya Eva sembari menatap ayahnya yang hanya menatap lurus.“Hari ini Davin sedang mengajukan cuti dan ayah tentu saja akan dengan senang hati ikut mengajukan libur. Kita berliburan bersama, agar suami kamu tahu bagaimana hidup sebagai seorang abdi negara. Dia akan di tatar oleh kami,” Eva berdecak pelan mendengar perkataan dari ayah m
Happy Reading Semuanya!Udara di pedesaan kali ini tampak jauh lebih segar dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan, tempat ini rasanya tidak asing bagi lelaki yang menjadi suami dari Eva tersebut. Ia seperi pernah mendatangi tempat ini.Pandangan mata lelaki itu hanya terfokus pada lelaki yang tengah memperbaiki barang, ah—akhirnya ia tahu tempat apa yang dikunjunginya saat ini. Tempat paling ia kenal. “Bukan maksud menyombong. Apa kamu tahu berapa harga menyewa villa di tempat ini? Saya yakin orang seperti kamu nggak akan pernah bisa menginap di tempat yang seperti ini.” sindir Darwin membuat Geo hanya menghela nafasnya pelan. Mulai. Ayah mertuanya tampak mulai lagi dalam hal merendahkannya. Sepanjang perjalanan ia jauh lebih banyak diam dan mendengarkan perkataan mertuanya yang sudah sangat jelas menjauhi dirinya atau memandangnya seolah-olah ia tidak berhak sama sekali untuk anak mereka. Iris matanya memperhatikan seseorang yang terlihat mendekat kearah mereka dan tersenyum manis
Happy Reading Semuanya!“Aku nggak tahu bagaimana cara membedakannya tapi entah kenapa aku merasa kalau kamu terlihat berbeda.”Eva hanya bisa menaikkan sebelah alis bingung mendengar perkataan dari lelaki yang ada di hadapannya itu. Jujur saja perempuan cantik tersebut sangat kebingungan melihat lelaki yang secara tiba-tiba bertanya seperti itu. “Maksudnya?” tanya Eva Davin tampak duduk di sebelah Eva yang kini bergeser menjauhinya. Katanya sama istrinya itu memang sangat tidak ingin untuk didekati. Tangannya menahan perempuan tersebut agar tidak semakin menjauhinya, bagaimanapun ia masih harus tetap mengenali bagaimana calon istrinya ini. “Bisa enggak Lo jangan pegang-pegang gue?!” marah Eva.“Why? Kamu itu calon istri aku! Aku begini karena mau kenal lebih jauh!! Ayah kamu buat liburan seperti ini karena kita.” Davin hanya menghela nafas pelan, ia seharusnya memaklumi kondisi dari Eva sekarang ini.Perempuan itu sensitif, Davin harus memahaminya.“Okay! I'm sorry for being too
Happy Reading Semuanya!Malam semakin dingin. Davin tampak mengambil sebatang rokok dan menyesapnya pelan, ia menyukai seseorang yang sedang hamil. Eva memang cantik dan membuatnya terpesona. Membayangkan kehidupannya saja pasti akan sempurna, tapi kalau dipikir sekali lagi–ia memang sudah bajingan dan bertemu perempuan seperti ini. Mereka adalah pasangan yang cocok.“Enggak mungkin menyerah begitu saja.” gumam DavinPandangannya berdalih pada lelaki paruh baya tampak mendudukkan tubuhnya di kursi kayu depannya. Tangan Davin dengan cepat mematikan rokok yang sempat ia sesap beberapa menit yang lalu, tubuhnya seolah reflek dengan komandan di hadapannya.“Santai saja, kalau kamu memang sedang stress—kamu bisa melakukannya. Sekarang kamu bukan di tempat kerja, di tempat yang jauh.” Jawaban dari Darwin membuat Davin hanya mengangguk mengiyakan perkataan dari ayah perempuan yang menjadi calon istrinya.Darwin tampak menghela nafas pelan, niatnya ingin memanasi menantunya dengan kebersamaan