Angelica sedang merias Rihana yang sedang menatapnya sejak tadi, Angelica berusaha tak memperdulikannya sampai Rihana mengatakan sesuatu.
“Aku lihat hari ini kamu berpakaian feminim.”“Aku terpaksa,” jawab Angelica.“Terpaksa karena apa? Dan … kelihatannya gaun dan sepatumu itu sangat mahal. Aku tahu sekali.”“Ini tidak mahal sama sekali, kok.”“Jangan membohongiku, Angel, aku tau itu pakaian dan sepatu dari butik ternama. Apa kamu lupa? Aku ini artis dan aku mengetahui semuanya tentang fashion,” ujar Rihana membuat kru lainnya memicingkan mata.“Oh.”“Apa kamu menjadi simpanan pria kaya?”“Ha ha ha, jangan mengejekku,” geleng Angelica.“Terus? Kamu mencurinya?”“Tentu saja tidak, apaan sih.. sepertinya pertanyaanmu itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita,” ujar Angelica membuat Rihana geram.“Aku ‘kan hanya bertanya, apa susahnya untuk menjawabnya? Lagian semua orang tau jika gajimu itu tak akan cukup membeli pakaian mewah itu walaupun sampai 5 tahun kamu bekerjaDayton sedang meeting dan mendengar proyek yang sedang di presentasikan oleh salah satu pegawainya, Dayton menganggukkan kepala mendengarnya tanda jika ia memahaminya. Sejenak ia di ganggu oleh suara telfonnya, melihat sang adik yang menelfonnya, Dayton berusaha tak perduli, Dayton menyuruh Joseph untuk mengangkatnya, Joseph menganggukkan kepala lalu keluar dari ruangan rapat. "Halo?" jawab Joseph. "Mana kakakku?""Dia tak bisa di ganggu, Nona, karena beliau ada rapat," jawab Joseph. "Katakan padanya untuk menelponku.""Tapi, beliau ada rapat.""Katakan saja padanya ini tentang Angelica.""Baiklah, Nona, akan saya sampaikan.""Ya sudah, katakan padanya dan jangan lupa," ujar Alice mengakhiri telfonnya dan kembali menghampiri Zach yang sedang menunggunya.Joseph kembali menghampiri atasannya itu dan duduk tepat di belakang sang atasan."Pak, Nona Alice ingin anda menelfonnya", bisik Joseph. "Selesai rapat aku akan menelponnya.""Katanya ini penting, tentang Nona Angel
Angelica berusaha melepas genggaman tangan Dayton tapi genggaman itu malah semakin kuat dan Alvin enggan melepasnya.“Ada apa ini? Kenapa kamu kembali? Apa kamu membawa Bodyguard bersamamu?” tanya Rihana menghampiri Dayton dan Angelica.“Lepaskan aku,” bisik Angelica tapi tak di perdulikan Dayton.“Minta maaf-lah sama dia, perlu berlutut di depan kakinya,” ujar Dayton membuat Anjy menghentikan Dayton yang sudah keterlaluan menyuruh artis papan atas berlutut, mendengar hal itu Rihana malah tertawa bak harimau yang siap mengaum mencari mangsa.“Anda siapa? Kenapa datang-datang malah menyuruh artis saya berlutut?” tanya Anjy.“Hentikan, Day,” bisik Angelica lagi-lagi tak di perdulikan Dayton.“Siapa dia, Angel? Suruh dia menghentikan semuanya jika ia tak mau sampai berurusan dengan polisi,” ujar Anjy.“Hei, Angelica, kamu hanya bisa menerima kenyataan sekarang,
Sepeninggalan Joseph, Dayton memijat pelipis matanya, ia benar-benar terlupa telah menyuruh Joseph menelpon Damian."Damian pasti ingin menanyakan tentang apa yang terjadi, aishh... Aku benar-benar bodoh telah melakukan semua itu demi wanita tak tau terima kasih," gumamnya.Angelica masih di kamarnya sedangkan Dayton sudah keluar dari kamar dan menuju ke kantor, ia sudah meninggalkan rapat hanya untuk wanita yang tidak pernah tau terima kasih, Angelica mendesah tak percaya jika ia mengatakan hal yang sudah pasti membuat Dayton tersinggung, Angelica mengacak rambutnya frustasi.Angelica keluar dari kamarnya dan mendapati hanya maid yang ada di dalam apartemen. Maid itu membungkukkan badan melihat Angelica yang keluar kamarnya."Apa anda membutuhka sesuatu?" tanya Maid itu. "Apa Tuanmu sudah pergi?""Iya barusan.""Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu, saya harus ke suatu tempat," ujar Angelica hendak melangkah meninggalkan maid tapi langkahnya tiba-tiba terhenti."Tapi tunggu," ujar Ange
"Kenapa pria ini terlihat tak menyukaiku. Aish ... benar-benar tak akan mudah untuk menggaetnya, tapi tidak apalah, anggap saja ini sebuah perjuangan untuk menjadi orang kaya," batin Arminda."Aku dan Damian sedang membicarakan bisnis dan mom memanggilku kemari untuk menjodohkanku dengan wanita ini? Aku tak suka Mom, Dad ... aku bisa mencari jodoh sendiri selagi Mom dan Dad tak ikut campur, aku tau mana wanita yang baik dan tidak baik," ujar Dayton penuh penekanan. "Sejak kapan kamu terlihat membangkang, Dayton? Dad tak memberikan segalanya untuk membuatmu melawan kata dad dan Mommy mu," ujar Rayoen. Sedangkan Alice tersenyum."Aku tidak suka Dad dan Mom ikut campur dengan siapa jodohku," ujar Dayton. "Sadarlah, Dayton, kamu tidak pernah membangkang tentang apa yang ayahmu putuskan?" tanya Lucia heran. "Mom, Dad .. Kak Dayton memiliki hak untuk memilih dengan siapa dia akan bersama, Kak Dayton bisa mengurusnya, dia akan membawa wanita itu jika dia sudah siap," sambung Alice."Sia
"Aku minta maaf," ujar Angelica membuat Dayton menatapnya."Untuk apa?""Karena kamu sudah mau membelaku di depan semua orang, artikel baru saja muncul," ujar Angelica."Artikel? Tentangku?" tanya Dayton di susul dengan anggukan Angelica."Apa yang mereka katakan tentangku?""Semuanya memujimu.""Memujiku?""Hem, semua orang mengatakan bahwa kamu adalah pahlawan, karena menyelamatkanku, dan karir Rihana sudah berakhir, kontrak kerja dengan Romanov Agency telah di batalkan pihak Romanov," ujar Angelica. "Jadi mereka mengatakan hal itu tentangku?""Semua majalah memuatnya.""Jadi maksudmu sekarang aku sudah di kenal?""Iya, kamu adalah pria satu-satunya idaman mereka.""Mereka?""Hem, mereka mengagumimu.""Dan kamu?""Aku juga," jawab Angelica membuat Dayton tersenyum kecil.Suara ribut dari luar sana terdengar samar-samar, Angelica menghampiri pintu begitu pun dengan Dayton, Angelica sangat tau siapa yang memiliki suara itu, Axen pria yang selama ini selalu mengejarnya."Axen? Aku a
Di kamar, Angelica terdiam karena tak kuasa menahan rasa sedihnya ketika mendengar cerita Alice bahwa Arminda akan di jodohkan dengan Dayton, Angelica tak menceritakan kepada Alice tentang lamaran yang di lakukan Dayton semalam. “Aku tak pernah tau ternyata Arminda itu adalah kakakmu, Angel,” ujar Alice. “Hem, tak akan ada yang tahu, Alice. Karena di manapun aku tak pernah mengatakan bahwa Arminda adalah kakakku dan dia pun tak mengakuiku.” “Aku sudah mendengar semuanya dari Dayton jadi aku tahu bagaimana perasaanmu dan bagaimana hubunganmu dengan Arminda, tapi Dayton sudah menolak perjodohan itu mentah-mentah karena Dayton menentangnya tepat di hadapan ayahku,” ujar Alice mencoba menenangkan Angelica. Angelica terdiam dan tak menanggapi perkataan Alice. Suara ketukan pintu kamar terdengar membuat Alice membuka pintu kamarnya, Alice melihat sang mommy berdiri di depan pintu dengan membawa nampan berisi cemilan dan dua gelas susu. “Apa kalian
Angelica sejak tadi hanya bisa menatap Dayto, tatapan mereka menghujam lembut, ada desir kehangatan menyeruak hebat dalam hati keduanya, tatapan mereka berlangsung lama sampai Dayton tak kuasa menahan keinginannya mencium Angelica.Dayton mencium Angelica. memagutnya pasrah jika ternyata Angelica tak mau dan mendorongnya, tapi tak di sangka angelica membalas pagutan itu dan mereka saling membalas.Desir kehangatan menyeruak hebat, di dalam hati keduanya bersorak gembira, ini kah jodohku? Ini kah yang tuhan persiapkan? Persetan dengan Angelica bukan siapa-siapa. Itu tak penting bagi Daytonl, Angelica wanita … itu saja yang dilihat Dayton dari sosok Angelica.Dayton menghentikan pagutannya begitupun Angelica, pagutan itu terasa sangat manis, sangat-sangat manis, Angelica tak pernah menyangka bahwa Tuhan mempersiapkan jodoh untuknya adalah pria kaya di depannya, pria yang tak akan pernah bisa ia tandingi, pria tampan dan pria idaman semua wanita, Dayton baik hati, tampan, berpendidi
Angelica menatap Dayton, hangat menyeruak hebat dengan tatapan mereka, tatapan yang tidak biasa. Dengan gagahnya, Dayton menangkup bibir Angelica, dan memagutnya pelan, Angelica pun membalas pagutan itu. Tidak ada lagi yang harus ia takutkan, ia sudah bersama seorang pria yang begitu menghargainya, dan akan menjadikannya istri, hal itu membuat Angelica siap memberikan dirinya pada Dayton.Pagutan itu berubah menjadi liar, Dayton mengeratkan rengkuhannya di pinggang Angelica. Angelica mengalungkan kedua tangannya ke leher Dayton, dan merasakan nafsu seketika membangkitkan keduanya. Mereka berjalan menuju kamar yang ada dilantai bawah, tanpa melepas pagutannya. Mereka bagai ayam yang saling mematuk, nafsu menguasai keduanya. Dan, satu persatu mereka menanggalkan pakaian, dan membuangnya kesemberangan tempat. Hanya ada mereka berdua, jadi tak perlu takut untuk terlihat. Dayton menindih Angelica, dan menidurkannya di atas ranjang king size, kamar ini bukan kamar Dayton, namun kamar Ang
Tujuh tahun kemudian.“Angel, kenapa kamu diam saja?” tanya Alice, duduk disamping kakak iparnya.“Aku hanya sedang berpikir, bahwa banyak hal yang sudah ku lalui,” jawab Angelice. “Aku sekarang bahagia.”“Kamu harus bersyukur bahwa kebahagiaan yang kamu alami saat ini, cukup membuktikan bahwa kamu kuat selama ini,” jawab Alice, mengelus punggung kakak iparnya.“Jujur, aku sering mengeluh tentang apa yang tidak aku miliki. Atau bahkan aku sering meminta kepada Tuhan seolah aku mendikte Dia. Padahal … Tuhan pasti sudah tahu dan paling tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik buat kita. Hal ini berhubungan dengan pengalamanku bekerja sebagai make up artis. Aku masuk ke dalam rutinitas yang sangat amat membosankan. Kenapa? Karena aku orangnya memang mudah bosan, dan kalo sudah bosan, pikiran pasti kemana-mana. Salah satunya mengeluh kepada Tuhan, kenapa aku tidak seperti gini tidak seperti itu. Tapi kadang aku sadar bahwa apa yang aku lakukan salah, tapi juga aku tidak bisa
Dayton menatap wajah istrinya yang kini sedang menatapnya, karena mengerti, semuanya keluar dari kamar perawatan, dan membiarkan Dayton dan Angelica berduaan karena mereka sudah lama tidak pernah saling menatap.“Sayang, aku baik-baik saja,” kata Angelica. “Aku malu jika kamu terus melihatku seperti itu.”“Aku bahagia sekali kamu sudah sadar, Sayang, dan aku benar-benar takut kehilangan kamu,” lirih Dayton, menggenggam tangan istrinya dan menciuminya beberapa kali, ia duduk di hadapan Angelica istrinya yang kini menyerendengkan tubuhnya di ranjang pasien. “Aku melangkahkan kaki bersama dengan harapan. Dan, aku menunggumu dalam sepi, meski ditemani ketidakpastian. Terkadang hatiku perih, namun aku yakin kamu akan baik-baik saja.”“Aku bersyukur sekali memiliki dirimu, Sayang,” lirih Angelica.“Aku yang bersyukur bahwa kamu masih ada di sini, dan menatapku.”Angelica menganggukkan kepala.“Aku mohon sama kamu, jangan pernah menemui perempuan itu lagi, aku tidak akan bisa hidup j
Dayton tengah duduk diam dan menatap wajah pucat istrinya, ia menitikkan air mata, dan menggenggam tangan dingin itu lalu menciuminya sesekali.“Aku mohon. Kamu harus sadar, Sayang,” kata Dayton, menciumi pipi istrinya. “Aku menunggumu di sini. Dan, aku sangat merindukanmu.”Sesaat kemudian, Alice kembali dan membawa dua kotak makanan, Dayton menoleh melihat adiknya sesaat dan kembali menatap istrinya.“Kak, makan dulu,” kata Alice, membuat Dayton menghela napas.“Aku sudah makan tadi siang,” jawab Dayton.“Itu makan siang, Kak, ini makan malam,” kata Alice, menggelengkan kepala, dan menaruh dua kotak makanan itu di atas meja dekat sofabed.“Aku masih kenyang, taruh saja,” kata Dayton.“Kamu tidak pulang, Kak? Ganti baju dan menjenguk Alden,” tanya Alice.“Besok pagi aku akan pulang.”“Baiklah. Kalau begitu aku taruh makanannya di sini,” kata Alice.“Iya.”“Aku pulang dulu, Kak, besok pagi aku akan datang menggantikanmu.”“Hem.”Alice lalu melangkah meninggalkan Dayton
Beberapa hari telah berlalu, namun Angelica belum juga sadarkan diri, semua keluarga hanya berdoa dan menunggu Angelica sadar dan setelah itu ia bisa kembali pada keluarganya. Alden terus menangis, semua keluarga tahu, bahwa Alden peka terhadap musibah yang dihadapi ibu dan ayahnya saat ini.Dayton tak pernah berhenti untuk menemani istrinya, ia akan ke kantor dan mengerjakan pekerjaannya secepatnya dan kembali ke rumah sakit. Ia hanya akan ke mansion berganti pakaian dan mengecek Alden, setelah itu ia akan ke rumah sakit dan menemani istrinya.Semua urusan perusahaan akan di urus oleh Sas—direktur utama.Gunting yang menyayat perutnya melukai organ lainnya, dan ditambah lagi gunting itu adalah gunting yang sangat berkarat yang mampu membuat luka itu terinfeksi seperti luka Angelica.Kebaikan hati Angelica membuatnya terlupa bahwa Arminda tak akan berubah secepat itu, ia sampai melupakan bahwa Arminda tidak pernah menyukainya, dan dendam dihati Arminda sudah mengakar dihatinya s
Dayton kini tengah menandatangani semua dokumen yang kini memenuhi mejanya, semua harus selesai, dan ia amati agar tak ada kesalahan dalam proyek yang di jalankan perusahaannya. Dayton harus mengamatinya dengan teliti agar tak ada yang tumpang tindih.Kepanikan Joseph membuat Dayton menoleh dan menatap asistennya itu.“Ada apa, Joshep?” tanya Dayton. “Kau mengganggu konsentrasiku.”“Tuan, sesuatu terjadi,” kata Joseph, entah kenapa bibirnya seperti terkunci dan tidak bisa mengatakan sesuatu.“Ada apa? Apa yang terjadi? Apa kau tak bisa berbicara lebih jelas?” tanya Dayton, membuat Joseph menganggukkan kepala.“Tuan, Nyonya kini sedang di rumah sakit, beliau tertikam di kantor polisi,” jawab Joseph, membuat Dayton berdiri dari duduknya dan menatap taham ke arah asistennya itu.“Apa? Apa maksudmu?”“Saya mendapatkan telpon dari rumah sakit,” jawab Joseph.“Kau jangan bercanda, Jo,” kata Dayton.“Saya tidak bercanda, Tuan,” jawab Joseph.“Ya sudah. Kita ke rumah sakit sekaran
Angelica menggendong Alden di pangkuannya, ia jadi tidak kesepian jika Dayton beranjak kerja, karena Alden selalu menemaninya, atau Alice yang datang ketika dibutuhkan.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Angelica berseru. “Masuk!”Alice masuk membawa kantong kertas di tangannya.“Aku tidak mengganggu, ‘kan?” tanya Alice, duduk disamping Angelica.“Ya tidak lah, Alice, kamu ini kayak sama siapa aja.”“He he,” kekeh Alice. “Aku bawa sesuatu untuk Alden.”Alice membuka kantong kertas yang di tangannya dan membuka beberapa lembar pakaian dan sepatu, membuat Angelica terkekeh ketika melihat antusias Alice membelikan sesuatu untuk putranya.“Ya ampun, Alice, lihat itu lemari Alden jadi full karena pakaian yang kamu beli, semuanya juga belum ada yang Alden pakai,” kekeh Angelica, menggeleng melihat Alice antusias.“Ini kan bisa di pakai di rumah, jalan-jalan, atau pas Alden sudah besar baru dipake,” jawab Alice. “Aku beli di babyshop yang bagus loh.”“Babyshop mana?”“Aku p
“Nak, ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Lucia.“Aku akan mengambil makan untuk Angelica, Mom,” jawab Dayton.“Biarkan Kemal yang mengambilkannya,” kata Lucia. “Kemal, ambilkan makan untuk menantuku.”“Iya, Nyonya,” jawab Kemal, lalu melangkah meninggalkan majikannya.“Apa yang di lakukan Alden, Kak?” tanya Alice.“Dia tertidur di pelukanku,” jawab Dayton.“Ternyata kakakku ini sudah bisa menjadi Ayah,” kekeh Lucia, membuat semuanya tersenyum.“Dad akan menyewa babysitter untuk Alden,” sambung Rayoen—sang Papa.“Iya. Benar kata ayahmu, agar Angelica bisa bebas bergerak, dan tidak terkungkung,” kata Lucia, menimpali.“Aku menyerahkan semuanya ke Dad dan Mom,” jawab Dayton.“Bagaimana rasanya menjadi seorang Ayah, Bro?” tanya Zach.“Apa kau sudah menginginkannya?” tanya Dayton, kembali.“Jika di beri kesempatan, tentu saja aku mau,” jawab Zach, membuat Alice menyikut suaminya agar diam.“Itu akan terjadi jika benar kau menginginkannya, Nak,” kata Rayoen.“Ini, Nyo
Sampai di rumah sakit, semua perawat juga beberapa dokter menghampiri Dayton, membuat semua pengunjung keheranan melihat kesigapan mereka.“Istri saya mau melahirkan,” kata Dayton, membuat beberapa perawat mengambil ranjang pasien yang bisa di dorong dan membawanya ke hadapan Dayton dan Lucia.Dayton meletakkan istrinya dengan pelan di atas ranjang dorong, lalu menggenggam jari jemari suaminya.“Antarkan pasien ke ruang bersalin,” perintah salah satu dokter.Semua perawat pun sigap dan membawa Angelica ke ruang bersalin.“Tuan jangan khawatir, semua akan baik-baik saja,” kata dokter Hammers.“Lakukan yang terbaik untuk istriku, Tuan Hammers,” pintah Dayton.“Tentu.”Lucia menepuk punggung putranya. “Kamu tak usah khawatir, Nak, begitu juga Mommy melahirkanmu dulu,” kata Lucia.“Mom, apa semua akan baik-baik saja?”“Pasti, Nak, kan kamu dengar sendiri apa yang di katakan Hammers,” jawab Lucia.Dayton menyapu wajahnya dengan kedua tangannya, karena merasa khawatir atas apa
Dayton lagi-lagi mengabaikan istrinya dan terus berjalan. Ia tidak suka melihat istrinya keluar dari kamar tanpa memberitahukannya, lalu dengan santai Angelica mengobrol dengan lelaki lain, hal itu membuat hati Dayton terluka. Meski berlebihan, tapi seperti itulah Dayton yang sangat mencintai istrinya. “Sayang, kenapa kau diam saja? Kau tidak percaya ‘kan aku sedang hami dan mau mengobrol dengan lelaki lain?” tanya Angelica, berusaha mengejar suaminya yang masih berjalan didepannya. Angelica menggelengkan kepala berusaha sabar karena sepenuhnya adalah kesalahannya. “Kita kembali ke London saja,” kata Dayton. “Kok mendadak?” tanya Angelica. “Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan.” “Kita ‘kan baru seminggu di sini, sisa seminggu juga ‘kan jadwal cuti kamu?” tanya Angelica. “Pokoknya kita harus pulang. Seminggu saja sudah membuatku muak di sini.” “Ada apa denganmu? Kenapa berubah seperti