Share

42. Sang Inspirator

Aku dan Mas Anjar saling berpandangan. Aku tak memikirkan sampai hal ini. Ah, aku pasrah saja. Terserah apa yang akan dikatakan Mas Anjar.

Mas Anjar tersenyum.

"Izinkan aku mengurus persiapan dan berkas-berkasnya dulu, pak. Aku butuh waktu dua mingguan lagi agar benar-benar bisa menikahi Winda," jawab Mas Anjar yang terdengar begitu mantap dan tegas.

"Baiklah, kami serahkan semua keputusan padamu, Nak. Kami dukung sepenuhnya. Semoga saja nanti dilancarkan sampai hari H," jawab Pak Wibowo lagi.

"Aamiin ... Aamiin ..." sahut yang lain dengan serempak.

"Mohon maaf, karena kalian belum muhrim, jadi tidak ada acara tukar cincin," tukas Pak Wibowo lagi.

"Kemarikan tanganmu, nak Winda. Biar ibu yang memakaikan cincin di jarimu sebagai tanda tali pertunangan," sahut Ibu Wibowo.

Aku mengangguk dan mengulurkan tanganku. Bu Wibowo melingkarkan cincin di jari manisku. Aku benar-benar terhanyut dalam suasana haru ini.

"Alhamdulillah, acara inti sudah selesai, kalian sudah bertunangan. Tapi ingat,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status