Part 2
Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?” berondong Mak Bayah. Kedua suaminya mengangguk. “Bagus! Bagaimana dengan persiapan mandi ku?” tanyanya lagi. “Sudah disiapkan Rizal, aku tadi mempersiapkan pengobatan. Apa Mak Bayah mau kami mandikan?” Tanya Suwito sambil memperhatikan kedua manik mata istrinya itu. “Tidak perlu, aku mau mandi sendiri. Nanti kalau aku sudah selesai mandi, kalian mandi lagi bekas air mandiku ya… nanti aku sisakan buat kalian!” serunya. Lagi-lagi mereka hanya manggut-manggut saja. Berselang satu jam, warga yang ingin berobat mulai mengantre. Pengobatan dibuka mulai Pukul 11 siang hingga menjelang maghrib. Setiap hari Mak Bayah melakukan pengobatan dan dia hanya libur sekali dalam sebulan di hari Jumat yang dia tentukan. “Silahkan mengantre dan kami mulai mencatat siapa-siapa saja nama dan asalnya. Jangan lupa bawa dua botol air minum yang sudah masak untuk dipakai pengobatan nanti.” Urai Rizal. Dalam antrean, ada salah satu pemuda seusia Rizal sekitar 25 tahun menggunakan tongkat untuk berjalan. Dia didampingi oleh perempuan cantik yang begitu telaten menyeka keringat pemuda tersebut. Rizal memperhatikan keduanya, sepertinya mereka dari luar kota yang nampak dari pakaiannya yang berbeda dari pakaian orang kampung kebanyakan di tempat mereka. Perempuan tadi melihat ke arah Rizal kemudian bangkit dan menghampirinya. “Mas, apa boleh kami duluan ya soalnya kami berasal dari luar kota dan perjalanan ke sini cukup memakan waktu, kami khawatir jika kelamaan nanti malah kemalaman di jalan.” Tukas perempuan itu memegang tangan Rizal. Rizal jengah dan langsung melepasnya. “Semuanya sesuai antrean, Bu. Semua orang di sini juga semuanya mau cepat. Jika memang berniat berobat sebaiknya ikuti saja caranya dengan yang lainnya.” Jawab Rizal lantas meninggalkan perempuan tadi. Rizal yang berjalan mendekat ke arah pintu pengobatan, tiba-tiba Mak Bayah memintanya untuk masuk dan membisikkan sesuatu ke telinganya. Rizal ke luar menemui perempuan tadi. “Kata Mak Bayah, sebaiknya kalian menginap saja di sini kalau kalian takut kemalaman. Cuaca juga mendung dan sebentar lagi hujan.” Kata Rizal. “Baiklah, terima kasih, Mas. Sampaikan saja sama Mak Bayah jika kami akan menerima tawaran Mak Bayah untuk menginap di sini.” Ungkap perempuan itu. Rizal mengangguk dan meninggalkan perempuan itu kembali, sibuk dengan aktivitasnya membantu istrinya mengobati pasien. “Dia sakit apa?” tanya Mak Bayah. “Ryan, pacarku ini mengalami kecelakaan setahun yang lalu. Dia pelari maraton karena kedua kakinya lumpuh membuatnya tidak bisa lagi berjalan. Semua ini salahku, aku yang membawa mobil dan menyetir tapi tidak memperhatikan jalan.” Perempuan bernama Raya ini menunduk menahan bulir air matanya. Mak Bayah melihat Ryan dari ujung kaki sampai kepala. Matanya berbinar melihat otot kekar Ryan, seketika hasratnya menggelora dan ingin sekali merasakan keperkasaan milik Ryan. Namun kedua kakinya pasti akan menghalangi niat Mak Bayah. “Sebentar ya?” suara Mak Bayah lembut. Dia bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur, dalam sekejap saja di tangannya sudah ada secangkir kopi. Mak Bayah menyerahkan dan meminta Ryan untuk meneguknya sampai habis. “Minumlah ini dulu untuk menyegarkan tubuhmu, setelah itu kita akan masuk dalam pengobatan. Untuk malam ini, biar pacarmu ini di sini karena pengobatan tidak bisa dilakukan sebentar, Rizal … kamu tunjukkan kamar yang akan dipakai oleh wanita cantik ini untuk tidur.” Perintah Mak Bayah. Rizal dan Raya meninggalkan Mak Bayah bersama Ryan. Ada ragu di mata Raya namun demi kesembuhan kekasih yang akan dia nikahi bulan depan ini, membuatnya harus yakin dan percaya jika Mak Bayah akan dapat membuat mukjizat kesembuhan bagi Ryan. Begitu Rizal dan Raya pergi, Mak Bayah lantas menutup tirai pintu dan menghampiri Ryan yang nampak seperti mabuk, Mak Bayah tersenyum samar. “Aku pusing, Mak. Aku mau tidur.” Keluh Ryan. Mak Bayah bergerak cepat membaringkan tubuh Ryan lalu membiarkan laki-laki itu masih menikmati turunnya pelet yang dia taruh dalam secangkir kopi barusan. Ryan perlahan gelisah dan mulai membuka bajunya. “Kamu kepanasan? Mak bukakan ya baju dan celananya. Cuaca mendung dan sebentar lagi hujan makanya cuacanya agak panas.” Sebut Mak Bayah terus melakukan aksinya melepas satu persatu pakaian yang membalut tubuh Ryan. Tanpa aba-aba, Ryan langsung mengecup bibir Mak Bayah dan dengan rakusnya meremas lembut gunung kembar yang ada di hadapannya. Mak Bayah tentu saja senang dengan serangan mendadak pasiennya ini. Mak Bayah membuka kain jarik dan kebayanya kemudian membiarkan Ryan mencumbunya. Dengan kaki lumpuhnya, Mak Bayah yang lebih banyak bergerak dan dalam satu jam, mereka penuh dengan peluh, menyelesaikan permainan panas mereka. Setelahnya, Ryan tertidur pulas dan Mak Bayah mulai mengambil cairan kental yang masih ada di tubuhnya kemudian meletakkannya di gelas khusus yang ada di dalam ruangan tersebut. Mak Bayah yang masih dalam keadaan telanjang lantas mengambil minyak urut dan mulai memijat kaki Ryan, sesekali mulutnya berkomat kamit membaca mantera. Tak cukup memijat kakinya, Ryan yang sudah mulai membuka matanya hanya bisa menurut ketika Mak Bayah kembali memijat tubuh bagian belakangnya, beberapa kali terdengar suara tulang beradu halus. Tangan lembut Mak Bayah yang melakukan pengobatan membuat junior Ryan kembali menegang dan mereka kembali melakukan hubungan intim, dua kali melakukannya benar-benar membuat Mak Bayah puas. Ryan pun kembali tertidur. Dari balik gorden, sepasang mata mengintip, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal, matanya terlihat berkilat marah. Siapa kira-kira ya yang mengintip itu?Part 3Keesokan paginya, Raya yang baru saja terbangun kaget karena mendengar suara orang memanggil-manggil namanya dari luar kamar. Raya yang masih mengantuk berusaha beringsut dari tilam kapuk yang lusuh itu.“Ada apa, Mas?” tanyanya saat sudah berhadapan dengan Rizal.“Pacarmu sudah bisa berdiri sendiri. Sebaiknya kamu lihat sana, Mak Bayah juga sudah menunggumu.” Raya tak bisa menahan lajunya air matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Rizal. Dia segera mencuci wajahnya lalu menyusul ke depan melihat keadaan Ryan.Benar saja, begitu ia sampai di ruang tamu yang hanya beralaskan tikar, Raya duduk dan melihat sendiri Ryan sudah berdiri tanpa tongkat penyangga. Mak Bayah melatihnya untuk berjalan.“Kamu masih harus sering latihan, mungkin dalam seminggu kedepan dia benar-benar sembuh, semuanya butuh proses.” Terang Mak Bayah sembari terus memegang kedua tangan Ryan melatihnya berjalan di sekitar ruang tamu berukuran 4 kali 5 meter tersebut.“Ya Allah, terima kasih Mak Bayah. Untu
Part 4Berjuta tanya masih ada di benak Raya, ia kembali memutuskan berjalan-jalan kendati dalam keadaan bingung tak karuan, ketika melewati ladang jagung ia merasa seperti ada yang membuntuti, ia menoleh dan tidak melihat siapa pun di belakangnya.“Anehh, terasa sekali ada yang membuntuti aku, sepertinya aku jalan sudah terlalu jauh sebaiknya aku kembali saja ke rumah Mak Bayah, sepertinya sebentar lagi akan hujan,” gumam Raya lalu melangkah memutar kembali ke jalan menuju ke rumah dukun kampung tersebut.Saat melewati sungai kecil, Raya kembali melihat perempuan dengan gigi gingsul yang tadi menegurnya, Raya menunduk seraya tersenyum namun sambutan perempuan tadi cuek dan bahkan dengan santainya memalingkan wajahnya, Raya menghela napas panjang.“Sebaiknya kalau jalan-jalan di kampung jangan terlalu jauh, apa pun yang kamu dengar tidak baik juga langsung kamu percaya begitu saja,” sambut salah satu suami Mak Bayah, Suwito ke pada Raya. Raya mengerutkan alisnya. Suwito seperti tahu
Part 5Sore hari semua pengobatan sudah selesai dan aktivitas Mak Bayah mengajak Ryan berlatih berjalan di halaman rumahnya yang terbilang sangat luas itu, seperti biasa kedua suaminya dengan patuh melihat dan menunggu perintah yang akan diberikan oleh Mak Bayah. Sementara Raya tidak nampak batang hidungnya sama sekali setelah meminum air ramuan dari Mak Bayah.Dia tak peduli dengan pandangan heran para tetangga, Mak Bayah terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta dari caranya menggandeng dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Ryan. Laki-laki dari kota itu sama sekali tak protes, bahkan tetangga melihat keduanya sangat mesra sekali. “Sepertinya ada mangsa baru. Mungkin nasibnya akan sama dengan suami-suaminya terdahulu. Bingung saja melihat kelakuan Mak Bayah, mau sampai kapan dia begitu.” Kata Lela ke pada Wati, tetangga Lusi yang kebetulan melintas dan melihat pemandangan itu.“Aku malah kasihan dengan para suaminya. Selain mereka itu akur, aku juga melihat Mak Bayah
Part 6Sudah dua hari ini Raya merasakan kepalanya terasa berat dan matanya sulit sekali terbuka, ngantuk sekali dan tidak bisa ia tahan. Mulutnya terasa kering karena tidur terlalu lama, ia menyadari sejak meminum air merah yang diberikan Mak Bayah, tidurnya begitu pulas bahkan ia baru terbangun setelah berganti hari. Kali ini ia mencoba bangun dari tempat tidurnya, jalannya masih sempoyongan efek ngantuk dan pusing melanda. Perlahan berpegangan pada dinding, ia melangkah ke luar kamar menuju ke dapur mengambil air minum, baru saja melintas di kamar Mak Bayah, ia mendengar seperti orang yang sedang mengerang diiringi desahan, akan tetapi suaranya tak seperti biasanya.Raya menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada yang memergokinya saat mengintip, ia tak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang kembali. Dengan detak jantung tak karuan, mulailah Raya menyibak sedikit saja tirai penutup pintu di kamar Mak Bayah. Semua pintu di rumah Mak Bayah hanya ditutup oleh gorden
Part 7Sementara Rizal yang baru saja ke luar dari kamar Raya, tiba-tiba sebuah suara menegurnya.“Dari mana kamu?” Degg. Rizal mematung di tempatnya. Dengan pelan Rizal menoleh, sepersekian detik ia pun bernapas lega.“Kaget kamu, Kan? muka pucat begitu, pasti takut ketahuan kalau kamu lagi sembunyi-sembunyi ke kamar perempuan kota itu?” Suwito tertawa mengolok Rizal yang kepergok baru saja ke luar dari kamar yang ditempati Raya.“Ngapain aja kamu di sana? Ingat jangan coba macam-macam,” Rizal menggelengkan kepalanya.“Aku justru membawa perempuan kota itu tadi langsung masuk ke kamarnya daripada dia berniat mengintip Mak Bayah, pasti kita dianggap lalai juga disuruh berjaga di depan pintu kamar perempuan itu tapi malah membiarkannya mengintip apa yang dilakukan Mak Bayah dengan peliharaannya, kamu jangan mikir yang macam-macam, yakin aku juga nggak berani macam-macam,” “Ya, baguslah. Kamu pasti masih ingat bagaimana Mak Bayah mengancam akan menyakiti kita berdua atau malah orang t
Part 8 Rizal dan Suwito mulai mengangkat jenasah Raya ke belakang rumah, dengan tanah yang masih luas di belakang, apalagi ditanami dengan buah-buahan seperti durian, kelapa, rambutan juga mangga membuat kedua suami Mak Bayah leluasa melakukan aksinya. Setelah meletakkan jenasah gadis cantik itu di tanah, mereka berdua mulai menggali tanah sedalam mungkin agar tidak ada warga yang mencurigai pemakaman Raya. Kira-kira hampir satu setengah meter, jenasah mulai diturunkan dan diletakkan bersama sarung yang menutupi tubuh Raya, setelahnya kedua suaminya mulai menimbun dengan cepat karena hari sudah mulai terang dan jam menunjukkan pukul setengah tujuh.Setelah selesai, Suwito mengambil beberapa bibit rambutan yang sudah cukup besar dan mulai menanam persis di kuburan Raya, dengan tujuan agar apa yang mereka tanam tak diketahui warga.“Gimana, aman?” tanya Mak Bayah saat kedua suaminya baru saja selesai dan bersiap membersihkan tubuh mereka yang penuh dengan tanah. Mereka berdua kompak m
Part 9 Suwito terus memegangi dadanya yang terasa nyeri, sesekali ia meremas dadanya untuk menghilangkan rasa sakitnya, Rizal yang melihat itu segera membawa Suwito ke kamar dan membaringkannya agar perasaannya lebih baik.Rizal tentu saja panik melihat suami pertama Mak Bayah tersebut. “Zal, rasanya aku sudah tidak kuat lagi, kamu yang sabar ya kalau ku tinggal sendirian,” sebutnya membuat Rizal menggelengkan kepalanya.“Kamu yang kuat ya, kita akan sama-sama menghadapi ini. Ingat kata-katamu kalau kita ini tetap kesayangan Mak Bayah, kamu jangan mikir yang macam-macam, kamu sabar ya … sebentar aku ambilkan kompres an, kamu hanya kaget saja mendengar apa yang dikatakan Mak Bayah, kamu akan sembuh sebentar lagi, tunggu ya aku ke dapur dulu,” Rizal berlari kecil menuju dapur mengambil kain dan air untuk mengompres Suwito nantinya.Baru saja ia selesai mengambil kain juga air, dengan jelas ia melihat sekumpulan asap hitam masuk ke dalam kamar di mana Suwito dibaringkan, langkah Ri
Part 10Sesuai rencana Mak Bayah, setelah sepekan kematian Suwito, suaminya pertama. Tiba-tiba saja Mak Bayah mulai mengumumkan akan menikah kembali dengan Ryan, laki-laki dari kota tersebut. Tentu saja hal ini segera menjadi buah bibir warga kampung. Tak terkecuali Lela, Wati dan Lusi. Setelah mendengar gosip tersebut, Lela gegas datang menjemput Lusi untuk mencuci sekaligus mandi di sungai, seperti aktivitas mereka setiap harinya. Lela membawa sebakul penuh cucian kotor. Begitu juga dengan Lusi. Setelahnya Lusi pun pamit dengan kedua orang tuanya.“Kamu sudah dengar ya berita kalau Mak Bayah katanya mau menikah lagi dengan laki-laki kota itu,” Lusi memandang wajah Lela kemudian mengangguk pelan.“Aku sama Wati dua hari yang lalu melihatnya dengan mata kepala, perempuan tua itu dengan mesranya menggandeng, baringkan kepalanya di dada laki-laki itu, aku sama Wati jijik melihatnya, tua-tua keladi dia … makin tua makin jadi,” Lusi fokus mencuci pakaiannya.“padahal baru saja dia diting
Part 13 “Sabar, Bu. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana mengobati Mas Rizal supaya dia kembali sembuh, Ibu jangan mengambil tindakan gegabah, Ibu tahu sendiri bagaimana dukun di kampung kita itu, ia tak akan pernah membiarkan siapa saja merusak hidupnya, lebih baik sekarang kita urus bersama-sama Mas Rizal dan usahakan agar dia pelan-pelan bisa kembali normal,” saran Lusi. Suri nampak menghela napas panjang.“Baiklah, betul apa yang kamu katakana, Ibu sangat berterima kasih sekali karena kamu dan Lela sudah repot-repot membawa Rizal ke sini, melihatnya begini rasanya Ibu tidak tega, ada apa dengan kamu, Nak? Apa yang sudah dilakukan oleh perempuan itu?” Suri tak lagi mau menyebut nama Mak Bayah di depan anaknya.Ia khawatir Rizal akan kembali histeris dan ketakutan, hal ini akan semakin memperburuk keadaannya saja. “Jadi apa yang harus kita lakukan, Nak?” tanya Suri ke pada Lusi.“Biar aku dan Lela nanti mencari mantri desa di kampung sebelah, semoga saja ada mantri yang bisa
Part 12Ikat saja kedua tangan dan kakinya dengan cepat, setelah itu kalian buatkan pasung dari kayu buat dia,” titah Mak Bayah kali ini membuat Parman juga Tejo melongo. Rizal ingin dipasung?“Tapi … tapi, Mak ….” Belum selesai Parman berbicara, Rizal tiba-tiba menggigit lengan Parman sehingga Parman mengaduh kesakitan. Dengan cepat Rizal melepaskan diri kemudian berlari ke belakang hutan yang ada di belakang rumah Mak Bayah.“Apa kubilang, Rizal tidak akan bisa baik-baik saja kecuali dia dipasung, aku tidak mau tahu, sekarang juga kalian kejar dia sampai dapat jangan sampai ada warga yang tahu keadaan Rizal, cepat … kalian tunggu apalagi,” Parman yang masih shock terkena gigitan Rizal, mau tak mau mengejar Rizal bersama Tejo. Parman dan Tejo terus mengejar Rizal yang larinya sangat cepat dan lincah, berbeda dengan kedua orang pesuruh Mak Bayah tadi yang sudah berumur 40 tahunan pasti kewalahan dengan Rizal yang masih muda. “Waduh, lari ke mana dia tadi, Jo. Kalau tidak ketemu bisa
Part 11Apa maksudmu berbicara begitu dengan Ryan?” Rizal tak berkutik saat menoleh dan mendapati Mak Bayah persis berdiri di belakang mereka. Tamatlah riwayatmu, Rizal. Rizal membeku, ia tak menyangka Mak Bayah sudah kembali secepat itu.Wajah Rizal pias, ia tak menyangka jika Mak Bayah akan kembali dengan cepat dari rumah Julaeha, padahal baru saja beberapa menit pergi, ia sudah kembali lagi. Rizal bingung akan menjawab apa, dengan rasa keberaniannya yang tersisa hanya sedikit, ia pun dengan berani membuka mulut.“Bicara apa, Mak? Aku tidak ada berbicara apa pun dengan Ryan, betul kan Ryan aku tidak berbicara apa pun denganmu, aku hanya membahas soal rencana pernikahan kalian saja, tidak lebih,” tutur Rizal dengan gugup, bahkan tangannya terasa gemetar. Mak Bayah memindainya dan juga Ryan bergantian.“Suami Mak mencoba menggoda aku dengan mengatakan bahwa aku adalah calon istri Raya, entah Raya itu siapa? Aku sudah bilang padanya kalau aku akan setia dengan Mak, tapi tetap saja dia
Part 10Sesuai rencana Mak Bayah, setelah sepekan kematian Suwito, suaminya pertama. Tiba-tiba saja Mak Bayah mulai mengumumkan akan menikah kembali dengan Ryan, laki-laki dari kota tersebut. Tentu saja hal ini segera menjadi buah bibir warga kampung. Tak terkecuali Lela, Wati dan Lusi. Setelah mendengar gosip tersebut, Lela gegas datang menjemput Lusi untuk mencuci sekaligus mandi di sungai, seperti aktivitas mereka setiap harinya. Lela membawa sebakul penuh cucian kotor. Begitu juga dengan Lusi. Setelahnya Lusi pun pamit dengan kedua orang tuanya.“Kamu sudah dengar ya berita kalau Mak Bayah katanya mau menikah lagi dengan laki-laki kota itu,” Lusi memandang wajah Lela kemudian mengangguk pelan.“Aku sama Wati dua hari yang lalu melihatnya dengan mata kepala, perempuan tua itu dengan mesranya menggandeng, baringkan kepalanya di dada laki-laki itu, aku sama Wati jijik melihatnya, tua-tua keladi dia … makin tua makin jadi,” Lusi fokus mencuci pakaiannya.“padahal baru saja dia diting
Part 9 Suwito terus memegangi dadanya yang terasa nyeri, sesekali ia meremas dadanya untuk menghilangkan rasa sakitnya, Rizal yang melihat itu segera membawa Suwito ke kamar dan membaringkannya agar perasaannya lebih baik.Rizal tentu saja panik melihat suami pertama Mak Bayah tersebut. “Zal, rasanya aku sudah tidak kuat lagi, kamu yang sabar ya kalau ku tinggal sendirian,” sebutnya membuat Rizal menggelengkan kepalanya.“Kamu yang kuat ya, kita akan sama-sama menghadapi ini. Ingat kata-katamu kalau kita ini tetap kesayangan Mak Bayah, kamu jangan mikir yang macam-macam, kamu sabar ya … sebentar aku ambilkan kompres an, kamu hanya kaget saja mendengar apa yang dikatakan Mak Bayah, kamu akan sembuh sebentar lagi, tunggu ya aku ke dapur dulu,” Rizal berlari kecil menuju dapur mengambil kain dan air untuk mengompres Suwito nantinya.Baru saja ia selesai mengambil kain juga air, dengan jelas ia melihat sekumpulan asap hitam masuk ke dalam kamar di mana Suwito dibaringkan, langkah Ri
Part 8 Rizal dan Suwito mulai mengangkat jenasah Raya ke belakang rumah, dengan tanah yang masih luas di belakang, apalagi ditanami dengan buah-buahan seperti durian, kelapa, rambutan juga mangga membuat kedua suami Mak Bayah leluasa melakukan aksinya. Setelah meletakkan jenasah gadis cantik itu di tanah, mereka berdua mulai menggali tanah sedalam mungkin agar tidak ada warga yang mencurigai pemakaman Raya. Kira-kira hampir satu setengah meter, jenasah mulai diturunkan dan diletakkan bersama sarung yang menutupi tubuh Raya, setelahnya kedua suaminya mulai menimbun dengan cepat karena hari sudah mulai terang dan jam menunjukkan pukul setengah tujuh.Setelah selesai, Suwito mengambil beberapa bibit rambutan yang sudah cukup besar dan mulai menanam persis di kuburan Raya, dengan tujuan agar apa yang mereka tanam tak diketahui warga.“Gimana, aman?” tanya Mak Bayah saat kedua suaminya baru saja selesai dan bersiap membersihkan tubuh mereka yang penuh dengan tanah. Mereka berdua kompak m
Part 7Sementara Rizal yang baru saja ke luar dari kamar Raya, tiba-tiba sebuah suara menegurnya.“Dari mana kamu?” Degg. Rizal mematung di tempatnya. Dengan pelan Rizal menoleh, sepersekian detik ia pun bernapas lega.“Kaget kamu, Kan? muka pucat begitu, pasti takut ketahuan kalau kamu lagi sembunyi-sembunyi ke kamar perempuan kota itu?” Suwito tertawa mengolok Rizal yang kepergok baru saja ke luar dari kamar yang ditempati Raya.“Ngapain aja kamu di sana? Ingat jangan coba macam-macam,” Rizal menggelengkan kepalanya.“Aku justru membawa perempuan kota itu tadi langsung masuk ke kamarnya daripada dia berniat mengintip Mak Bayah, pasti kita dianggap lalai juga disuruh berjaga di depan pintu kamar perempuan itu tapi malah membiarkannya mengintip apa yang dilakukan Mak Bayah dengan peliharaannya, kamu jangan mikir yang macam-macam, yakin aku juga nggak berani macam-macam,” “Ya, baguslah. Kamu pasti masih ingat bagaimana Mak Bayah mengancam akan menyakiti kita berdua atau malah orang t
Part 6Sudah dua hari ini Raya merasakan kepalanya terasa berat dan matanya sulit sekali terbuka, ngantuk sekali dan tidak bisa ia tahan. Mulutnya terasa kering karena tidur terlalu lama, ia menyadari sejak meminum air merah yang diberikan Mak Bayah, tidurnya begitu pulas bahkan ia baru terbangun setelah berganti hari. Kali ini ia mencoba bangun dari tempat tidurnya, jalannya masih sempoyongan efek ngantuk dan pusing melanda. Perlahan berpegangan pada dinding, ia melangkah ke luar kamar menuju ke dapur mengambil air minum, baru saja melintas di kamar Mak Bayah, ia mendengar seperti orang yang sedang mengerang diiringi desahan, akan tetapi suaranya tak seperti biasanya.Raya menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada yang memergokinya saat mengintip, ia tak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang kembali. Dengan detak jantung tak karuan, mulailah Raya menyibak sedikit saja tirai penutup pintu di kamar Mak Bayah. Semua pintu di rumah Mak Bayah hanya ditutup oleh gorden
Part 5Sore hari semua pengobatan sudah selesai dan aktivitas Mak Bayah mengajak Ryan berlatih berjalan di halaman rumahnya yang terbilang sangat luas itu, seperti biasa kedua suaminya dengan patuh melihat dan menunggu perintah yang akan diberikan oleh Mak Bayah. Sementara Raya tidak nampak batang hidungnya sama sekali setelah meminum air ramuan dari Mak Bayah.Dia tak peduli dengan pandangan heran para tetangga, Mak Bayah terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta dari caranya menggandeng dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Ryan. Laki-laki dari kota itu sama sekali tak protes, bahkan tetangga melihat keduanya sangat mesra sekali. “Sepertinya ada mangsa baru. Mungkin nasibnya akan sama dengan suami-suaminya terdahulu. Bingung saja melihat kelakuan Mak Bayah, mau sampai kapan dia begitu.” Kata Lela ke pada Wati, tetangga Lusi yang kebetulan melintas dan melihat pemandangan itu.“Aku malah kasihan dengan para suaminya. Selain mereka itu akur, aku juga melihat Mak Bayah