Share

Part 2

last update Last Updated: 2024-11-19 11:51:45

Part 2

Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?” berondong Mak Bayah. Kedua suaminya mengangguk.

“Bagus! Bagaimana dengan persiapan mandi ku?” tanyanya lagi.

“Sudah disiapkan Rizal, aku tadi mempersiapkan pengobatan. Apa Mak Bayah mau kami mandikan?” Tanya Suwito sambil memperhatikan kedua manik mata istrinya itu.

“Tidak perlu, aku mau mandi sendiri. Nanti kalau aku sudah selesai mandi, kalian mandi lagi bekas air mandiku ya… nanti aku sisakan buat kalian!” serunya. Lagi-lagi mereka hanya manggut-manggut saja.

Berselang satu jam, warga yang ingin berobat mulai mengantre. Pengobatan dibuka mulai Pukul 11 siang hingga menjelang maghrib. Setiap hari Mak Bayah melakukan pengobatan dan dia hanya libur sekali dalam sebulan di hari Jumat yang dia tentukan.

“Silahkan mengantre dan kami mulai mencatat siapa-siapa saja nama dan asalnya. Jangan lupa bawa dua botol air minum yang sudah masak untuk dipakai pengobatan nanti.” Urai Rizal.

Dalam antrean, ada salah satu pemuda seusia Rizal sekitar 25 tahun menggunakan tongkat untuk berjalan. Dia didampingi oleh perempuan cantik yang begitu telaten menyeka keringat pemuda tersebut.

Rizal memperhatikan keduanya, sepertinya mereka dari luar kota yang nampak dari pakaiannya yang berbeda dari pakaian orang kampung kebanyakan di tempat mereka. Perempuan tadi melihat ke arah Rizal kemudian bangkit dan menghampirinya.

“Mas, apa boleh kami duluan ya soalnya kami berasal dari luar kota dan perjalanan ke sini cukup memakan waktu, kami khawatir jika kelamaan nanti malah kemalaman di jalan.” Tukas perempuan itu memegang tangan Rizal. Rizal jengah dan langsung melepasnya.

“Semuanya sesuai antrean, Bu. Semua orang di sini juga semuanya mau cepat. Jika memang berniat berobat sebaiknya ikuti saja caranya dengan yang lainnya.” Jawab Rizal lantas meninggalkan perempuan tadi.

Rizal yang berjalan mendekat ke arah pintu pengobatan, tiba-tiba Mak Bayah memintanya untuk masuk dan membisikkan sesuatu ke telinganya. Rizal ke luar menemui perempuan tadi.

“Kata Mak Bayah, sebaiknya kalian menginap saja di sini kalau kalian takut kemalaman. Cuaca juga mendung dan sebentar lagi hujan.” Kata Rizal.

“Baiklah, terima kasih, Mas. Sampaikan saja sama Mak Bayah jika kami akan menerima tawaran Mak Bayah untuk menginap di sini.” Ungkap perempuan itu. Rizal mengangguk dan meninggalkan perempuan itu kembali, sibuk dengan aktivitasnya membantu istrinya mengobati pasien.

“Dia sakit apa?” tanya Mak Bayah.

“Ryan, pacarku ini mengalami kecelakaan setahun yang lalu. Dia pelari maraton karena kedua kakinya lumpuh membuatnya tidak bisa lagi berjalan. Semua ini salahku, aku yang membawa mobil dan menyetir tapi tidak memperhatikan jalan.” Perempuan bernama Raya ini menunduk menahan bulir air matanya.

Mak Bayah melihat Ryan dari ujung kaki sampai kepala. Matanya berbinar melihat otot kekar Ryan, seketika hasratnya menggelora dan ingin sekali merasakan keperkasaan milik Ryan. Namun kedua kakinya pasti akan menghalangi niat Mak Bayah.

“Sebentar ya?” suara Mak Bayah lembut.

Dia bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur, dalam sekejap saja di tangannya sudah ada secangkir kopi. Mak Bayah menyerahkan dan meminta Ryan untuk meneguknya sampai habis.

“Minumlah ini dulu untuk menyegarkan tubuhmu, setelah itu kita akan masuk dalam pengobatan. Untuk malam ini, biar pacarmu ini di sini karena pengobatan tidak bisa dilakukan sebentar, Rizal … kamu tunjukkan kamar yang akan dipakai oleh wanita cantik ini untuk tidur.” Perintah Mak Bayah.

Rizal dan Raya meninggalkan Mak Bayah bersama Ryan. Ada ragu di mata Raya namun demi kesembuhan kekasih yang akan dia nikahi bulan depan ini, membuatnya harus yakin dan percaya jika Mak Bayah akan dapat membuat mukjizat kesembuhan bagi Ryan.

Begitu Rizal dan Raya pergi, Mak Bayah lantas menutup tirai pintu dan menghampiri Ryan yang nampak seperti mabuk, Mak Bayah tersenyum samar.

“Aku pusing, Mak. Aku mau tidur.” Keluh Ryan.

Mak Bayah bergerak cepat membaringkan tubuh Ryan lalu membiarkan laki-laki itu masih menikmati turunnya pelet yang dia taruh dalam secangkir kopi barusan. Ryan perlahan gelisah dan mulai membuka bajunya.

“Kamu kepanasan? Mak bukakan ya baju dan celananya. Cuaca mendung dan sebentar lagi hujan makanya cuacanya agak panas.” Sebut Mak Bayah terus melakukan aksinya melepas satu persatu pakaian yang membalut tubuh Ryan.

Tanpa aba-aba, Ryan langsung mengecup bibir Mak Bayah dan dengan rakusnya meremas lembut gunung kembar yang ada di hadapannya. Mak Bayah tentu saja senang dengan serangan mendadak pasiennya ini.

Mak Bayah membuka kain jarik dan kebayanya kemudian membiarkan Ryan mencumbunya. Dengan kaki lumpuhnya, Mak Bayah yang lebih banyak bergerak dan dalam satu jam, mereka penuh dengan peluh, menyelesaikan permainan panas mereka.

Setelahnya, Ryan tertidur pulas dan Mak Bayah mulai mengambil cairan kental yang masih ada di tubuhnya kemudian meletakkannya di gelas khusus yang ada di dalam ruangan tersebut. Mak Bayah yang masih dalam keadaan telanjang lantas mengambil minyak urut dan mulai memijat kaki Ryan, sesekali mulutnya berkomat kamit membaca mantera.

Tak cukup memijat kakinya, Ryan yang sudah mulai membuka matanya hanya bisa menurut ketika Mak Bayah kembali memijat tubuh bagian belakangnya, beberapa kali terdengar suara tulang beradu halus.

Tangan lembut Mak Bayah yang melakukan pengobatan membuat junior Ryan kembali menegang dan mereka kembali melakukan hubungan intim, dua kali melakukannya benar-benar membuat Mak Bayah puas. Ryan pun kembali tertidur.

Dari balik gorden, sepasang mata mengintip, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal, matanya terlihat berkilat marah. Siapa kira-kira ya yang mengintip itu?

Related chapters

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 3

    Part 3Keesokan paginya, Raya yang baru saja terbangun kaget karena mendengar suara orang memanggil-manggil namanya dari luar kamar. Raya yang masih mengantuk berusaha beringsut dari tilam kapuk yang lusuh itu.“Ada apa, Mas?” tanyanya saat sudah berhadapan dengan Rizal.“Pacarmu sudah bisa berdiri sendiri. Sebaiknya kamu lihat sana, Mak Bayah juga sudah menunggumu.” Raya tak bisa menahan lajunya air matanya mendengar apa yang disampaikan oleh Rizal. Dia segera mencuci wajahnya lalu menyusul ke depan melihat keadaan Ryan.Benar saja, begitu ia sampai di ruang tamu yang hanya beralaskan tikar, Raya duduk dan melihat sendiri Ryan sudah berdiri tanpa tongkat penyangga. Mak Bayah melatihnya untuk berjalan.“Kamu masih harus sering latihan, mungkin dalam seminggu kedepan dia benar-benar sembuh, semuanya butuh proses.” Terang Mak Bayah sembari terus memegang kedua tangan Ryan melatihnya berjalan di sekitar ruang tamu berukuran 4 kali 5 meter tersebut.“Ya Allah, terima kasih Mak Bayah. Untu

    Last Updated : 2024-11-19
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 4

    Part 4Berjuta tanya masih ada di benak Raya, ia kembali memutuskan berjalan-jalan kendati dalam keadaan bingung tak karuan, ketika melewati ladang jagung ia merasa seperti ada yang membuntuti, ia menoleh dan tidak melihat siapa pun di belakangnya.“Anehh, terasa sekali ada yang membuntuti aku, sepertinya aku jalan sudah terlalu jauh sebaiknya aku kembali saja ke rumah Mak Bayah, sepertinya sebentar lagi akan hujan,” gumam Raya lalu melangkah memutar kembali ke jalan menuju ke rumah dukun kampung tersebut.Saat melewati sungai kecil, Raya kembali melihat perempuan dengan gigi gingsul yang tadi menegurnya, Raya menunduk seraya tersenyum namun sambutan perempuan tadi cuek dan bahkan dengan santainya memalingkan wajahnya, Raya menghela napas panjang.“Sebaiknya kalau jalan-jalan di kampung jangan terlalu jauh, apa pun yang kamu dengar tidak baik juga langsung kamu percaya begitu saja,” sambut salah satu suami Mak Bayah, Suwito ke pada Raya. Raya mengerutkan alisnya. Suwito seperti tahu

    Last Updated : 2024-11-19
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 5

    Part 5Sore hari semua pengobatan sudah selesai dan aktivitas Mak Bayah mengajak Ryan berlatih berjalan di halaman rumahnya yang terbilang sangat luas itu, seperti biasa kedua suaminya dengan patuh melihat dan menunggu perintah yang akan diberikan oleh Mak Bayah. Sementara Raya tidak nampak batang hidungnya sama sekali setelah meminum air ramuan dari Mak Bayah.Dia tak peduli dengan pandangan heran para tetangga, Mak Bayah terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta dari caranya menggandeng dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Ryan. Laki-laki dari kota itu sama sekali tak protes, bahkan tetangga melihat keduanya sangat mesra sekali. “Sepertinya ada mangsa baru. Mungkin nasibnya akan sama dengan suami-suaminya terdahulu. Bingung saja melihat kelakuan Mak Bayah, mau sampai kapan dia begitu.” Kata Lela ke pada Wati, tetangga Lusi yang kebetulan melintas dan melihat pemandangan itu.“Aku malah kasihan dengan para suaminya. Selain mereka itu akur, aku juga melihat Mak Bayah

    Last Updated : 2024-11-19
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 6

    Part 6Sudah dua hari ini Raya merasakan kepalanya terasa berat dan matanya sulit sekali terbuka, ngantuk sekali dan tidak bisa ia tahan. Mulutnya terasa kering karena tidur terlalu lama, ia menyadari sejak meminum air merah yang diberikan Mak Bayah, tidurnya begitu pulas bahkan ia baru terbangun setelah berganti hari. Kali ini ia mencoba bangun dari tempat tidurnya, jalannya masih sempoyongan efek ngantuk dan pusing melanda. Perlahan berpegangan pada dinding, ia melangkah ke luar kamar menuju ke dapur mengambil air minum, baru saja melintas di kamar Mak Bayah, ia mendengar seperti orang yang sedang mengerang diiringi desahan, akan tetapi suaranya tak seperti biasanya.Raya menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada yang memergokinya saat mengintip, ia tak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang kembali. Dengan detak jantung tak karuan, mulailah Raya menyibak sedikit saja tirai penutup pintu di kamar Mak Bayah. Semua pintu di rumah Mak Bayah hanya ditutup oleh gorden

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 7

    Part 7Sementara Rizal yang baru saja ke luar dari kamar Raya, tiba-tiba sebuah suara menegurnya.“Dari mana kamu?” Degg. Rizal mematung di tempatnya. Dengan pelan Rizal menoleh, sepersekian detik ia pun bernapas lega.“Kaget kamu, Kan? muka pucat begitu, pasti takut ketahuan kalau kamu lagi sembunyi-sembunyi ke kamar perempuan kota itu?” Suwito tertawa mengolok Rizal yang kepergok baru saja ke luar dari kamar yang ditempati Raya.“Ngapain aja kamu di sana? Ingat jangan coba macam-macam,” Rizal menggelengkan kepalanya.“Aku justru membawa perempuan kota itu tadi langsung masuk ke kamarnya daripada dia berniat mengintip Mak Bayah, pasti kita dianggap lalai juga disuruh berjaga di depan pintu kamar perempuan itu tapi malah membiarkannya mengintip apa yang dilakukan Mak Bayah dengan peliharaannya, kamu jangan mikir yang macam-macam, yakin aku juga nggak berani macam-macam,” “Ya, baguslah. Kamu pasti masih ingat bagaimana Mak Bayah mengancam akan menyakiti kita berdua atau malah orang t

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 8

    Part 8 Rizal dan Suwito mulai mengangkat jenasah Raya ke belakang rumah, dengan tanah yang masih luas di belakang, apalagi ditanami dengan buah-buahan seperti durian, kelapa, rambutan juga mangga membuat kedua suami Mak Bayah leluasa melakukan aksinya. Setelah meletakkan jenasah gadis cantik itu di tanah, mereka berdua mulai menggali tanah sedalam mungkin agar tidak ada warga yang mencurigai pemakaman Raya. Kira-kira hampir satu setengah meter, jenasah mulai diturunkan dan diletakkan bersama sarung yang menutupi tubuh Raya, setelahnya kedua suaminya mulai menimbun dengan cepat karena hari sudah mulai terang dan jam menunjukkan pukul setengah tujuh.Setelah selesai, Suwito mengambil beberapa bibit rambutan yang sudah cukup besar dan mulai menanam persis di kuburan Raya, dengan tujuan agar apa yang mereka tanam tak diketahui warga.“Gimana, aman?” tanya Mak Bayah saat kedua suaminya baru saja selesai dan bersiap membersihkan tubuh mereka yang penuh dengan tanah. Mereka berdua kompak m

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 9

    Part 9 Suwito terus memegangi dadanya yang terasa nyeri, sesekali ia meremas dadanya untuk menghilangkan rasa sakitnya, Rizal yang melihat itu segera membawa Suwito ke kamar dan membaringkannya agar perasaannya lebih baik.Rizal tentu saja panik melihat suami pertama Mak Bayah tersebut. “Zal, rasanya aku sudah tidak kuat lagi, kamu yang sabar ya kalau ku tinggal sendirian,” sebutnya membuat Rizal menggelengkan kepalanya.“Kamu yang kuat ya, kita akan sama-sama menghadapi ini. Ingat kata-katamu kalau kita ini tetap kesayangan Mak Bayah, kamu jangan mikir yang macam-macam, kamu sabar ya … sebentar aku ambilkan kompres an, kamu hanya kaget saja mendengar apa yang dikatakan Mak Bayah, kamu akan sembuh sebentar lagi, tunggu ya aku ke dapur dulu,” Rizal berlari kecil menuju dapur mengambil kain dan air untuk mengompres Suwito nantinya.Baru saja ia selesai mengambil kain juga air, dengan jelas ia melihat sekumpulan asap hitam masuk ke dalam kamar di mana Suwito dibaringkan, langkah Ri

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 10

    Part 10Sesuai rencana Mak Bayah, setelah sepekan kematian Suwito, suaminya pertama. Tiba-tiba saja Mak Bayah mulai mengumumkan akan menikah kembali dengan Ryan, laki-laki dari kota tersebut. Tentu saja hal ini segera menjadi buah bibir warga kampung. Tak terkecuali Lela, Wati dan Lusi. Setelah mendengar gosip tersebut, Lela gegas datang menjemput Lusi untuk mencuci sekaligus mandi di sungai, seperti aktivitas mereka setiap harinya. Lela membawa sebakul penuh cucian kotor. Begitu juga dengan Lusi. Setelahnya Lusi pun pamit dengan kedua orang tuanya.“Kamu sudah dengar ya berita kalau Mak Bayah katanya mau menikah lagi dengan laki-laki kota itu,” Lusi memandang wajah Lela kemudian mengangguk pelan.“Aku sama Wati dua hari yang lalu melihatnya dengan mata kepala, perempuan tua itu dengan mesranya menggandeng, baringkan kepalanya di dada laki-laki itu, aku sama Wati jijik melihatnya, tua-tua keladi dia … makin tua makin jadi,” Lusi fokus mencuci pakaiannya.“padahal baru saja dia diting

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 22

    Part 22“Ya ampun, Lus. Ibu pikir kamu akan menolak lagi lamarannya Dahlan, ya sudah kalau begitu besok pagi-pagi Ibu sama Bapakmu akan ke rumah Dahlan memberi tahu berita baik ini,” Ayu menghambur memeluk anaknya dengan penuh haru. Dedi bernapas lega. ***Sekira pukul Sembilan pagi, Ayu dan Dedi mendatangi rumah Aminah, Ibunya Dahlan untuk menyampaikan berita baik mengenai diterimanya lamaran anaknya beberapa minggu yang lalu, Ayu dan Dedi begitu tampak bahagia, saat melintasi rumah Mak Bayah terlihat sangat ramai dan suara orang menangis bersahut-sahutan, mereka berdua juga tidak tahu apa namun mereka tak peduli dan terus melanjutkan perjalanan mereka menuju ke rumah Aminah yang bakal menjadi besan mereka nantinya.Kedatangan mereka disambut oleh Aminah juga putranya, Dahlan. Dahlan yang mengetahui kujungan kedua orang tua tentu saja menjadi deg-degan, ia khawatir jika Lusi menolak pinangannya karena kemarin tidak ada tanda-tanda Lusi akan menyukainya, dia merasakan juga jika

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 21

    Part 21Ke luar dari rumah Mak Bayah, Dahlan mengedarkan pandangan kea rah luar, ia takut ada yang memergokinya berkunjung ke rumah dukun kampung. Beruntung keadaan jalan sepi, Dahlan gegas berjalan dan kini menuju rumah Lusi. Ia sendiri masih bingung apa yang harus ia lakukan supaya Lusi mau meminum air yang sudah dimantera oleh Mak Bayah. Saat berjalan, mendadak ia punya ide untuk membawakan makanan ke rumah Lusi jadi nanti akan dihidangkan bersama dengan air yang ada di tangannya. Dahlan singgah ke warung membeli aneka jajanan dan dengan tersenyum senang ia berharap agar Lusi bisa meminum dan akan terus mengingat Dahlan di hatinya. “Ehh, Dahlan apa kabar?” sambut Ibunya Lusi, Ayu. Dahlan celingak celinguk mencari keberadaan Lusi, tapi sepertinya Lusi sedang tidak ada di rumah.“Kabarku baik, Bu. Oya Lusi mana, Bu? Aku ke sini mau ketemu sama dia, mau lebih dekat mengenal dia,” Ayu tersenyum.“Lusi ada di kamarnya, tadi baru saja pulang dari mencuci di sungai, biasalah kegiatannya

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 20

    Part 20 “Sudah ada jawaban si Lusi kah, Mak?” tanya Dahlan mengenai lamarannya ke pada Lusi, mantan Rizal. Sebelumnya saat melamar, kedua orang tua Lusi meminta waktu selama tiga minggu, hanya saja sudah hampir tiga minggu lamanya, belum jua kunjung ada tanda-tanda lamarannya akan diterima, Dahlan sendiri sudah lama memendam perasaan ke pada gadis bergigi gingsul tersebut, hanya saja dulu keburu pacaran dengan Rizal.Kali ini Dahlan tidak mau kehilangan kesempatan mendapatkan Lusi, hanya Lusi yang terus menari-nari di pelupuk matanya, selalu hadir di dalam mimpi indahnya, Dahlan yang seharusnya menerima pekerjaan di luar kota pun terpaksa ia tolak karena berharap Lusi akan menerima lamarannya dulu, menikah barulah ia akan pergi jauh bersama Lusi dari kampung ini di mana ada Rizal, mantan Lusi yang bisa saja sewaktu-waktu akan mengambil Lusi lagi darinya, hal itulah yang harus dia cegah.“Sampai sekarang belum ada kabarnya, Nak? Coba saja kamu jalan-jalan ke rumahnya, tanyakan sama o

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 19

    Part 19 Nurhayati yang pingsan membuat Anisa juga Mbok Ijah menjadi panik, mereka mencoba membaringkan Nurhayati ke sofa, Anisa meminta Mbok Ijah membawakan minyak angin.“Bu … Bu Nur, bangunlah … bangun, Bu,” Anisa mencoba membangunkan Nurhayati sembari menggosokkan telapan tangannya, tak lama Nurhayati bangun dan begitu membuka mata ia kembali menangis.“Anakku, Raya. Aku tak mau terjadi sesuatu padanya, Bu. Kita harus kembali ke kampung itu, aku ingin menjemput Raya secara langsung, tolong Bu Anisa diam-diam dulu ya, aku maunya Papanya Raya tidak tahu akan hal ini, lagipula Beliau masih bertugas ke luar daerah,” lirih Nurhayati, Anisa hanya bisa mengangguk setuju. “Semoga saja anakku masih hidup,” harap Nurhayati.“Ya, Bu. Semoga saja, sebab saat menumpang di mobil, kata Raya dia ingin kembali ke kampung Mak Bayah itu karena ingin mengambil barangnya yang tertinggal di sana, semoga saja itu pertanda kalau Raya masih hidup dan memang dia masih ada di sana, kemarin mungkin saja kar

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 18

    Part 18 Ibunya Ryan, Anisa segera membawa Ryan pergi dari kampung di mana Mak Bayah berada, sepanjang perjalanan Ryan terlihat gelisah, bahkan dia nekat ingin membuka pintu mobil. Sepertinya Ryan melakukannya tanpa sadar, yang ada di otaknya kini bagaimana ia kembali pada Mak Bayah, calon istrinya.“Apa yang kamu cari dari manusia tua seperti itu, otakmu memang sudah dicucinya supaya tidak mengenali calon istrimu, Raya. Bahkan kamu menolak perintah Ibu, biasanya kamu selalu menurut apa saja yang kami katakan, tapi tidak lagi sejak kamu diobati dukun kampung itu, sekarang ini Ibu harus mengurusmu dulu, nanti urusan Raya akan Ibu kasih tahu sama Papanya biar dijemput langsung,” Ryan nampak melotot tak senang ketika Ibunya menyebut nama Raya, baginya Raya adalah tukang selingkuh yang membuat hatinya hancur, beruntung ada Mak Bayah yang mau mengobati luka hatinya, selain itu Ryan selalu teringat pada kenangannya bersama Mak Bayah terutama saat memadu mesra di ranjang, Ryan merasakan sen

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 17

    Part 17“Kalian itu yang sopan kalau mau masuk rumah orang, belum lagi aku mempersilahkan masuk, kalian sudah seenaknya main masuk tanpa permisi, atau mau aku teriak memanggil orang sekampung biar kalian digebuk warga di sini,” Langkah Ibunya Ryan tadi terhenti, ia tersenyum sinis kemudian dengan santainya menyingkap tirai pintu kamar yang ditempati oleh Ryan. Ia sempat terdiam melihat sekitar kamar, Mak Bayah merasa gugup sekali, khawatir jika calon suaminya akan ditemui di sana dan diambil paksa darinya mengingat ia sudah merencanakan akan menikah dengan laki-laki kota tersebut. “Tidak ada siapa-siapa di sini, baguslah berarti mungkin mereka ada di dalam,” Mak Bayah kaget tak menyangka jika Ryan yang semula masih tertidur pulas di dalam kamar justru tak ada, Mak Bayah ikut melihat mencari ke dalam kamar, memang tidak ada Ryan di sana. Mak bayah merasa lega dan kembali merasakan detak jantungnya tak beraturan saat Ibunya Ryan kembali melangkah cepat menuju dapur dan kamar yang lai

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 16

    Part 16“Argggggg,” suara erangan kesakitan begitu nyata terdengar. Rasanya Suri ingin terkencing dalam celana melihat penampakan yang mengerikan itu. Suri menahan tubuhnya agar tidak ambruk, beruntung bayangan hitam tadi langsung pergi setelah tak berhasil menyelesaikan misinya mendekati Rizal dan ingin merampas tasbih yang diberikan Pak Hidayat tersebut. Suri gegas memeluk anaknya, Rizal yang masih saja ketakutan dan terus menyembunyikan wajahnya. Suri menangis melihat apa yang terjadi pada anaknya.“Ya Tuhan, semoga saja ada keajaiban yang akan membawamu pada kesembuhan, Nak,” Rizal terdengar mengumam tak karuan, berulang kali menyebut Thorin, entah siapa yang dia maksud dengan Thorin.***“Jadi betul si Rizal sudah diambil sama Ibunya? Tidak masalah … yang penting kamu berhasil menghabisinya, tidak masalah kamu pulang dalam keadaan luka begini,” sebut Mak Bayah seakan ia sedang berbincang dengan peliharaan sekaligus suami gaibnya, Thorin.Gumpalan asap hitam itu terlihat menge

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 15

    Part 15“Kalian mencariku? Ada apa?” pertanyaan justru terdengar dari mulut laki-laki muda tadi, mereka bertiga bengong dan saling memandang. Apa tidak salah ini Pak Hidayat?Mereka bertiga bingung, biasanya seorang tabib atau yang biasa mengobati orang, pasti orangnya sudah berumur karena banyaknya pengalaman, namun yang di hadapan mereka ini masih sangat muda, rasa-rasanya tak mungkin jika ia yang dimaksud sebagai Pak Hidayat. “Rasanya tidak mungkin orang semuda begini bisa dipercaya mengobati, takut aja uangmu nanti malah habis hanya untuk mengongkosi dia mengobati tapi hasilnya nol buat Rizal, gimana ini?” Lela nampak ragu. “Ya, aku juga ragu … begini saja, sebaiknya kita tidak usahlah bertemu dengan orang ini, kita bilang saja kalau kita salah alamat,” bisik Wati lagi, Lusi dan Lela setuju.“Maaf, Kak. Sepertinya kami salah alamat, tadi niatnya mau mencari Pak Hidayat yang lainnya, bukan Kakak, maaf ya kami salah alamat,” ujar Lusi dengan cepat sambil mengangguk ingin pamit.“K

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 14

    Part 14 Pagi-pagi sekali Lusi, Lela juga Wati berencana akan pergi ke desa sebelah untuk mencari mantri yang bisa menyembuhkan Rizal. Lela dan Lusi sudah memberitahu Wati apa yang sudah terjadi dengan Rizal. Mereka sengaja bepergian bersama supaya tidak menimbulkan kecurigaan pada orang tua mereka masing-masing. “Hari ini ada undangan pelatihan di desa sebelah, makanya kami harus jalan pagi-pagi supaya tidak ketinggalan materi pelatihan menjahit yang dimulai pukul delapan ini,” alasan mereka dan orang tua masing-masing tidak curiga.“Syukur saja dari awal kita sudah janjian untuk satu bahasa, satu kalimat jadi tidak ada orang tua yang curiga kalau kita ke desa sebelah untuk mencari mantri, mungkin akan memakan waktu tapi biasanya ada angkutan pagi yang akan ke pasar kota, dan kita bisa menumpang di sana. Aku juga sudah bilang sama Mang Idris agar kita bisa ikut dan dia setuju, hanya saja kita harus menunggu persis di depan gapura sana,” sebut Lela. Lusi dan Wati pun bergegas. Dalam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status