Share

Part 4

last update Last Updated: 2024-11-19 12:18:21

Part 4

Berjuta tanya masih ada di benak Raya, ia kembali memutuskan berjalan-jalan kendati dalam keadaan bingung tak karuan, ketika melewati ladang jagung ia merasa seperti ada yang membuntuti, ia menoleh dan tidak melihat siapa pun di belakangnya.

“Anehh, terasa sekali ada yang membuntuti aku, sepertinya aku jalan sudah terlalu jauh sebaiknya aku kembali saja ke rumah Mak Bayah, sepertinya sebentar lagi akan hujan,” gumam Raya lalu melangkah memutar kembali ke jalan menuju ke rumah dukun kampung tersebut.

Saat melewati sungai kecil, Raya kembali melihat perempuan dengan gigi gingsul yang tadi menegurnya, Raya menunduk seraya tersenyum namun sambutan perempuan tadi cuek dan bahkan dengan santainya memalingkan wajahnya, Raya menghela napas panjang.

“Sebaiknya kalau jalan-jalan di kampung jangan terlalu jauh, apa pun yang kamu dengar tidak baik juga langsung kamu percaya begitu saja,” sambut salah satu suami Mak Bayah, Suwito ke pada Raya. Raya mengerutkan alisnya.

Suwito seperti tahu apa yang baru saja dialami oleh Raya, Raya menjawab dengan anggukan kepala, setelahnya ia masuk dan masih melihat begitu banyaknya antrean orang-orang yang ingin berobat. Raya masuk ke dalam kamar untuk mengambil handuk dan membersihkan tubuhnya.

Saat melintasi kamar pengobatan Mak Bayah, langkahnya terhenti saat mendengar dengan jelas suara erangan dan desahan bersahut-sahutan.

Awalnya ia tak peduli namun rasa penasarannya yang begitu besar membuatnya ingin menyingkap sedikit saja tirai yang menutupi pintu, tetapi baru saja tangannya mengambang di udara, suara bentakan membuatnya kaget.

“Kamu … jangan sekali-kali mengintip atau mencoba melihat kamar pengobatan Mak Bayah, apa kamu mau diusir dari sini,” bentakan Rizal dan kilatan matanya yang memerah membuat nyali Raya menciut. Ia gegas berpura-pura tak mendengar dan menuju ke kamar mandi untuk menuntaskan niatnya membersihkan tubuh tadi.

“Ingat, jangan pernah kamu lakukan lagi. Kalau masih mau menginap di sini melihat calon suamimu, kamu harus bisa ikuti aturan Mak Bayah, jangan sampai karena kelakuanmu itu membuat sakit calon suamimu semakin parah,” Raya meneguk saliva nya takut, ia sama sekali tak menjawab.

Rizal terus saja mengekor di belakangnya, membuat Raya risih, apalagi saat Rizal terus menatapnya tajam. Raya segera masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan cepat. Debaran jantungnya tak beraturan.

“Semakin lama di sini, semakin takut aku, nggak sama dukun itu, nggak sama suami-suaminya, semoga saja Ryan cepat sembuh dan aku bisa pergi dari sini secepatnya,” gumam Raya sangat pelan lebih menyerupai bisikan, ia khawatir apa yang ia katakan akan terdengar oleh dukun kampung atau para suaminya.

Dengan perasaan takut, Raya perlahan melepas satu persatu pakaiannya dan mulai menguyur tubuhnya, penasaran ia ingin mengintip dan memastikan Rizal tak lagi mengawasinya, ia mencoba mengintip dari celah angin-angin yang ada di pintu kamar mandi, ia bernapas lega karena sudah tidak ada lagi Rizal di sana.

Akan tetapi semua hanya sebentar saja, selama Raya di kamar mandi ia merasakan ada yang selalu mengawasi gerak geriknya, ia merinding apalagi saat melihat air di keran yang sudah beberapa ia matikan, selalu saja hidup kembali.

Ditambah suara erangan kesakitan yang datangnya entah dari mana membuat Raya semakin bergidik ngeri.

Raya segera menyelesaikan mandinya dengan sangat cepat, ia kemudian berlari menuju ke kamarnya. Baru saja ia masuk ke dalam kamarnya, ia langsung histeris karena melihat bayangan Rizal ada di cermin lemari.

“Arghhhhh,” Raya ingin berteriak namun suaranya tertahan.

Raya mau berlari sekencang mungkin meninggalkan kamar namun langkahnya tertahan dan matanya terus menatap bayangan Rizal yang terasa nyata persis berada di depannya dan dengan mata melotot, tiba-tiba saja Rizal bergerak menuju dinding sebelah kanan dan mulai merayap di sana layaknya binatang melata, setelahnya ia bergerak turun masih dengan menggunakan kedua tangannya.

Tingkah Rizal persis seperti harimau yang siap menerkam mangsanya. Napas Raya terengah-engah, keringat mulai membasahi dahinya.

Saat ada kesempatan, ia nekat ke luar kamar dalam keadaan masih menggunakan handuk di tubuhnya.

“Tolong … tolong aku,” Raya terus berteriak meminta tolong, dan badannya luruh begitu saja di lantai saat sudah di luar kamar.

Raya kaget sebab Rizal yang tadinya ia lihat ada di kamar, justru tengah sibuk dengan baskom di tangannya dan baru saja berlari menuju ke tempatnya dari arah luar. Jadi tadi itu siapa?

“Kamu kenapa, Mbak? Mbak … kamu baik-baik aja, kan? Kamu kenapa?” berondong Rizal. Raya terus menggeleng-gelengkan kepalanya, ketakutan yang teramat sangat.

“Ada apa ini?” Mak Bayah baru saja ke luar dari kamar pengobatan, wajahnya nampak datar saja melihat Raya yang kini tengah terisak-isak menangis ketakutan.

Mak Bayah memberi isyarat dengan menggunakan matanya ke pada Rizal dan Suwito agar segera mengurus Raya.

Raya yang sudah ketakutan melihat penampakan Rizal di kamar, menolak untuk dimasukkan kembali ke dalam kamarnya.

“Bawakan saja pakaiannya ke kamar tamu yang ada di depan, mulai malam ini pindahkan saja dia tidur di sana, sudahlah tidak apa-apa, kamu yang tenang ya, sebentar Mak buatkan air penenang untuk kamu minum,” sebutnya, Raya hanya termangu, belum bisa melupakan apa yang baru saja terjadi padanya.

Rizal dan Suwito bergerak memindahkan Raya ke kamar depan, sebelum masuk Raya memeriksa pemandangan kamar depan yang jauh lebih baik dari kamar yang ia tempati semalam, Raya juga belum berani menutup pintu kamarnya.

“Biarkan saja pintu kamarnya terbuka, aku takut kalau pintunya ditutup,” Rizal menurut. Tak lama Mak Bayah memberi kode ke pada Rizal agar segera menghadapnya.

“Berikan saja air ini ke pada perempuan kota itu, ia akan lebih tenang setelah meminum ini,” Mak Bayah menyerahkan segelas air yang sudah ia mantrai. Saat Rizal membawa air itu, tersungging senyum Mak Bayah bahkan senyumnya semakin melebar saat Rizal kembali dengan gelas yang sudah kosong di tangannya.

“Airnya sudah diminum, Mak,” lapor Rizal.

“Bagus, sekarang saatnya kalian berdua mencatat apa saja kebutuhan orang yang mau berobat, sekarang pergilah, aku masih harus mengobati Ryan sampai dia benar-benar sembuh,” lagi-lagi kedua suaminya menurut, bak kerbau di cucuk hidungnya.

Related chapters

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 5

    Part 5Sore hari semua pengobatan sudah selesai dan aktivitas Mak Bayah mengajak Ryan berlatih berjalan di halaman rumahnya yang terbilang sangat luas itu, seperti biasa kedua suaminya dengan patuh melihat dan menunggu perintah yang akan diberikan oleh Mak Bayah. Sementara Raya tidak nampak batang hidungnya sama sekali setelah meminum air ramuan dari Mak Bayah.Dia tak peduli dengan pandangan heran para tetangga, Mak Bayah terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta dari caranya menggandeng dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Ryan. Laki-laki dari kota itu sama sekali tak protes, bahkan tetangga melihat keduanya sangat mesra sekali. “Sepertinya ada mangsa baru. Mungkin nasibnya akan sama dengan suami-suaminya terdahulu. Bingung saja melihat kelakuan Mak Bayah, mau sampai kapan dia begitu.” Kata Lela ke pada Wati, tetangga Lusi yang kebetulan melintas dan melihat pemandangan itu.“Aku malah kasihan dengan para suaminya. Selain mereka itu akur, aku juga melihat Mak Bayah

    Last Updated : 2024-11-19
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 6

    Part 6Sudah dua hari ini Raya merasakan kepalanya terasa berat dan matanya sulit sekali terbuka, ngantuk sekali dan tidak bisa ia tahan. Mulutnya terasa kering karena tidur terlalu lama, ia menyadari sejak meminum air merah yang diberikan Mak Bayah, tidurnya begitu pulas bahkan ia baru terbangun setelah berganti hari. Kali ini ia mencoba bangun dari tempat tidurnya, jalannya masih sempoyongan efek ngantuk dan pusing melanda. Perlahan berpegangan pada dinding, ia melangkah ke luar kamar menuju ke dapur mengambil air minum, baru saja melintas di kamar Mak Bayah, ia mendengar seperti orang yang sedang mengerang diiringi desahan, akan tetapi suaranya tak seperti biasanya.Raya menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada yang memergokinya saat mengintip, ia tak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang kembali. Dengan detak jantung tak karuan, mulailah Raya menyibak sedikit saja tirai penutup pintu di kamar Mak Bayah. Semua pintu di rumah Mak Bayah hanya ditutup oleh gorden

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 7

    Part 7Sementara Rizal yang baru saja ke luar dari kamar Raya, tiba-tiba sebuah suara menegurnya.“Dari mana kamu?” Degg. Rizal mematung di tempatnya. Dengan pelan Rizal menoleh, sepersekian detik ia pun bernapas lega.“Kaget kamu, Kan? muka pucat begitu, pasti takut ketahuan kalau kamu lagi sembunyi-sembunyi ke kamar perempuan kota itu?” Suwito tertawa mengolok Rizal yang kepergok baru saja ke luar dari kamar yang ditempati Raya.“Ngapain aja kamu di sana? Ingat jangan coba macam-macam,” Rizal menggelengkan kepalanya.“Aku justru membawa perempuan kota itu tadi langsung masuk ke kamarnya daripada dia berniat mengintip Mak Bayah, pasti kita dianggap lalai juga disuruh berjaga di depan pintu kamar perempuan itu tapi malah membiarkannya mengintip apa yang dilakukan Mak Bayah dengan peliharaannya, kamu jangan mikir yang macam-macam, yakin aku juga nggak berani macam-macam,” “Ya, baguslah. Kamu pasti masih ingat bagaimana Mak Bayah mengancam akan menyakiti kita berdua atau malah orang t

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 8

    Part 8 Rizal dan Suwito mulai mengangkat jenasah Raya ke belakang rumah, dengan tanah yang masih luas di belakang, apalagi ditanami dengan buah-buahan seperti durian, kelapa, rambutan juga mangga membuat kedua suami Mak Bayah leluasa melakukan aksinya. Setelah meletakkan jenasah gadis cantik itu di tanah, mereka berdua mulai menggali tanah sedalam mungkin agar tidak ada warga yang mencurigai pemakaman Raya. Kira-kira hampir satu setengah meter, jenasah mulai diturunkan dan diletakkan bersama sarung yang menutupi tubuh Raya, setelahnya kedua suaminya mulai menimbun dengan cepat karena hari sudah mulai terang dan jam menunjukkan pukul setengah tujuh.Setelah selesai, Suwito mengambil beberapa bibit rambutan yang sudah cukup besar dan mulai menanam persis di kuburan Raya, dengan tujuan agar apa yang mereka tanam tak diketahui warga.“Gimana, aman?” tanya Mak Bayah saat kedua suaminya baru saja selesai dan bersiap membersihkan tubuh mereka yang penuh dengan tanah. Mereka berdua kompak m

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 9

    Part 9 Suwito terus memegangi dadanya yang terasa nyeri, sesekali ia meremas dadanya untuk menghilangkan rasa sakitnya, Rizal yang melihat itu segera membawa Suwito ke kamar dan membaringkannya agar perasaannya lebih baik.Rizal tentu saja panik melihat suami pertama Mak Bayah tersebut. “Zal, rasanya aku sudah tidak kuat lagi, kamu yang sabar ya kalau ku tinggal sendirian,” sebutnya membuat Rizal menggelengkan kepalanya.“Kamu yang kuat ya, kita akan sama-sama menghadapi ini. Ingat kata-katamu kalau kita ini tetap kesayangan Mak Bayah, kamu jangan mikir yang macam-macam, kamu sabar ya … sebentar aku ambilkan kompres an, kamu hanya kaget saja mendengar apa yang dikatakan Mak Bayah, kamu akan sembuh sebentar lagi, tunggu ya aku ke dapur dulu,” Rizal berlari kecil menuju dapur mengambil kain dan air untuk mengompres Suwito nantinya.Baru saja ia selesai mengambil kain juga air, dengan jelas ia melihat sekumpulan asap hitam masuk ke dalam kamar di mana Suwito dibaringkan, langkah Ri

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 10

    Part 10Sesuai rencana Mak Bayah, setelah sepekan kematian Suwito, suaminya pertama. Tiba-tiba saja Mak Bayah mulai mengumumkan akan menikah kembali dengan Ryan, laki-laki dari kota tersebut. Tentu saja hal ini segera menjadi buah bibir warga kampung. Tak terkecuali Lela, Wati dan Lusi. Setelah mendengar gosip tersebut, Lela gegas datang menjemput Lusi untuk mencuci sekaligus mandi di sungai, seperti aktivitas mereka setiap harinya. Lela membawa sebakul penuh cucian kotor. Begitu juga dengan Lusi. Setelahnya Lusi pun pamit dengan kedua orang tuanya.“Kamu sudah dengar ya berita kalau Mak Bayah katanya mau menikah lagi dengan laki-laki kota itu,” Lusi memandang wajah Lela kemudian mengangguk pelan.“Aku sama Wati dua hari yang lalu melihatnya dengan mata kepala, perempuan tua itu dengan mesranya menggandeng, baringkan kepalanya di dada laki-laki itu, aku sama Wati jijik melihatnya, tua-tua keladi dia … makin tua makin jadi,” Lusi fokus mencuci pakaiannya.“padahal baru saja dia diting

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 11

    Part 11Apa maksudmu berbicara begitu dengan Ryan?” Rizal tak berkutik saat menoleh dan mendapati Mak Bayah persis berdiri di belakang mereka. Tamatlah riwayatmu, Rizal. Rizal membeku, ia tak menyangka Mak Bayah sudah kembali secepat itu.Wajah Rizal pias, ia tak menyangka jika Mak Bayah akan kembali dengan cepat dari rumah Julaeha, padahal baru saja beberapa menit pergi, ia sudah kembali lagi. Rizal bingung akan menjawab apa, dengan rasa keberaniannya yang tersisa hanya sedikit, ia pun dengan berani membuka mulut.“Bicara apa, Mak? Aku tidak ada berbicara apa pun dengan Ryan, betul kan Ryan aku tidak berbicara apa pun denganmu, aku hanya membahas soal rencana pernikahan kalian saja, tidak lebih,” tutur Rizal dengan gugup, bahkan tangannya terasa gemetar. Mak Bayah memindainya dan juga Ryan bergantian.“Suami Mak mencoba menggoda aku dengan mengatakan bahwa aku adalah calon istri Raya, entah Raya itu siapa? Aku sudah bilang padanya kalau aku akan setia dengan Mak, tapi tetap saja dia

    Last Updated : 2024-12-01
  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 12

    Part 12Ikat saja kedua tangan dan kakinya dengan cepat, setelah itu kalian buatkan pasung dari kayu buat dia,” titah Mak Bayah kali ini membuat Parman juga Tejo melongo. Rizal ingin dipasung?“Tapi … tapi, Mak ….” Belum selesai Parman berbicara, Rizal tiba-tiba menggigit lengan Parman sehingga Parman mengaduh kesakitan. Dengan cepat Rizal melepaskan diri kemudian berlari ke belakang hutan yang ada di belakang rumah Mak Bayah.“Apa kubilang, Rizal tidak akan bisa baik-baik saja kecuali dia dipasung, aku tidak mau tahu, sekarang juga kalian kejar dia sampai dapat jangan sampai ada warga yang tahu keadaan Rizal, cepat … kalian tunggu apalagi,” Parman yang masih shock terkena gigitan Rizal, mau tak mau mengejar Rizal bersama Tejo. Parman dan Tejo terus mengejar Rizal yang larinya sangat cepat dan lincah, berbeda dengan kedua orang pesuruh Mak Bayah tadi yang sudah berumur 40 tahunan pasti kewalahan dengan Rizal yang masih muda. “Waduh, lari ke mana dia tadi, Jo. Kalau tidak ketemu bisa

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 22

    Part 22“Ya ampun, Lus. Ibu pikir kamu akan menolak lagi lamarannya Dahlan, ya sudah kalau begitu besok pagi-pagi Ibu sama Bapakmu akan ke rumah Dahlan memberi tahu berita baik ini,” Ayu menghambur memeluk anaknya dengan penuh haru. Dedi bernapas lega. ***Sekira pukul Sembilan pagi, Ayu dan Dedi mendatangi rumah Aminah, Ibunya Dahlan untuk menyampaikan berita baik mengenai diterimanya lamaran anaknya beberapa minggu yang lalu, Ayu dan Dedi begitu tampak bahagia, saat melintasi rumah Mak Bayah terlihat sangat ramai dan suara orang menangis bersahut-sahutan, mereka berdua juga tidak tahu apa namun mereka tak peduli dan terus melanjutkan perjalanan mereka menuju ke rumah Aminah yang bakal menjadi besan mereka nantinya.Kedatangan mereka disambut oleh Aminah juga putranya, Dahlan. Dahlan yang mengetahui kujungan kedua orang tua tentu saja menjadi deg-degan, ia khawatir jika Lusi menolak pinangannya karena kemarin tidak ada tanda-tanda Lusi akan menyukainya, dia merasakan juga jika

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 21

    Part 21Ke luar dari rumah Mak Bayah, Dahlan mengedarkan pandangan kea rah luar, ia takut ada yang memergokinya berkunjung ke rumah dukun kampung. Beruntung keadaan jalan sepi, Dahlan gegas berjalan dan kini menuju rumah Lusi. Ia sendiri masih bingung apa yang harus ia lakukan supaya Lusi mau meminum air yang sudah dimantera oleh Mak Bayah. Saat berjalan, mendadak ia punya ide untuk membawakan makanan ke rumah Lusi jadi nanti akan dihidangkan bersama dengan air yang ada di tangannya. Dahlan singgah ke warung membeli aneka jajanan dan dengan tersenyum senang ia berharap agar Lusi bisa meminum dan akan terus mengingat Dahlan di hatinya. “Ehh, Dahlan apa kabar?” sambut Ibunya Lusi, Ayu. Dahlan celingak celinguk mencari keberadaan Lusi, tapi sepertinya Lusi sedang tidak ada di rumah.“Kabarku baik, Bu. Oya Lusi mana, Bu? Aku ke sini mau ketemu sama dia, mau lebih dekat mengenal dia,” Ayu tersenyum.“Lusi ada di kamarnya, tadi baru saja pulang dari mencuci di sungai, biasalah kegiatannya

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 20

    Part 20 “Sudah ada jawaban si Lusi kah, Mak?” tanya Dahlan mengenai lamarannya ke pada Lusi, mantan Rizal. Sebelumnya saat melamar, kedua orang tua Lusi meminta waktu selama tiga minggu, hanya saja sudah hampir tiga minggu lamanya, belum jua kunjung ada tanda-tanda lamarannya akan diterima, Dahlan sendiri sudah lama memendam perasaan ke pada gadis bergigi gingsul tersebut, hanya saja dulu keburu pacaran dengan Rizal.Kali ini Dahlan tidak mau kehilangan kesempatan mendapatkan Lusi, hanya Lusi yang terus menari-nari di pelupuk matanya, selalu hadir di dalam mimpi indahnya, Dahlan yang seharusnya menerima pekerjaan di luar kota pun terpaksa ia tolak karena berharap Lusi akan menerima lamarannya dulu, menikah barulah ia akan pergi jauh bersama Lusi dari kampung ini di mana ada Rizal, mantan Lusi yang bisa saja sewaktu-waktu akan mengambil Lusi lagi darinya, hal itulah yang harus dia cegah.“Sampai sekarang belum ada kabarnya, Nak? Coba saja kamu jalan-jalan ke rumahnya, tanyakan sama o

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 19

    Part 19 Nurhayati yang pingsan membuat Anisa juga Mbok Ijah menjadi panik, mereka mencoba membaringkan Nurhayati ke sofa, Anisa meminta Mbok Ijah membawakan minyak angin.“Bu … Bu Nur, bangunlah … bangun, Bu,” Anisa mencoba membangunkan Nurhayati sembari menggosokkan telapan tangannya, tak lama Nurhayati bangun dan begitu membuka mata ia kembali menangis.“Anakku, Raya. Aku tak mau terjadi sesuatu padanya, Bu. Kita harus kembali ke kampung itu, aku ingin menjemput Raya secara langsung, tolong Bu Anisa diam-diam dulu ya, aku maunya Papanya Raya tidak tahu akan hal ini, lagipula Beliau masih bertugas ke luar daerah,” lirih Nurhayati, Anisa hanya bisa mengangguk setuju. “Semoga saja anakku masih hidup,” harap Nurhayati.“Ya, Bu. Semoga saja, sebab saat menumpang di mobil, kata Raya dia ingin kembali ke kampung Mak Bayah itu karena ingin mengambil barangnya yang tertinggal di sana, semoga saja itu pertanda kalau Raya masih hidup dan memang dia masih ada di sana, kemarin mungkin saja kar

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 18

    Part 18 Ibunya Ryan, Anisa segera membawa Ryan pergi dari kampung di mana Mak Bayah berada, sepanjang perjalanan Ryan terlihat gelisah, bahkan dia nekat ingin membuka pintu mobil. Sepertinya Ryan melakukannya tanpa sadar, yang ada di otaknya kini bagaimana ia kembali pada Mak Bayah, calon istrinya.“Apa yang kamu cari dari manusia tua seperti itu, otakmu memang sudah dicucinya supaya tidak mengenali calon istrimu, Raya. Bahkan kamu menolak perintah Ibu, biasanya kamu selalu menurut apa saja yang kami katakan, tapi tidak lagi sejak kamu diobati dukun kampung itu, sekarang ini Ibu harus mengurusmu dulu, nanti urusan Raya akan Ibu kasih tahu sama Papanya biar dijemput langsung,” Ryan nampak melotot tak senang ketika Ibunya menyebut nama Raya, baginya Raya adalah tukang selingkuh yang membuat hatinya hancur, beruntung ada Mak Bayah yang mau mengobati luka hatinya, selain itu Ryan selalu teringat pada kenangannya bersama Mak Bayah terutama saat memadu mesra di ranjang, Ryan merasakan sen

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 17

    Part 17“Kalian itu yang sopan kalau mau masuk rumah orang, belum lagi aku mempersilahkan masuk, kalian sudah seenaknya main masuk tanpa permisi, atau mau aku teriak memanggil orang sekampung biar kalian digebuk warga di sini,” Langkah Ibunya Ryan tadi terhenti, ia tersenyum sinis kemudian dengan santainya menyingkap tirai pintu kamar yang ditempati oleh Ryan. Ia sempat terdiam melihat sekitar kamar, Mak Bayah merasa gugup sekali, khawatir jika calon suaminya akan ditemui di sana dan diambil paksa darinya mengingat ia sudah merencanakan akan menikah dengan laki-laki kota tersebut. “Tidak ada siapa-siapa di sini, baguslah berarti mungkin mereka ada di dalam,” Mak Bayah kaget tak menyangka jika Ryan yang semula masih tertidur pulas di dalam kamar justru tak ada, Mak Bayah ikut melihat mencari ke dalam kamar, memang tidak ada Ryan di sana. Mak bayah merasa lega dan kembali merasakan detak jantungnya tak beraturan saat Ibunya Ryan kembali melangkah cepat menuju dapur dan kamar yang lai

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 16

    Part 16“Argggggg,” suara erangan kesakitan begitu nyata terdengar. Rasanya Suri ingin terkencing dalam celana melihat penampakan yang mengerikan itu. Suri menahan tubuhnya agar tidak ambruk, beruntung bayangan hitam tadi langsung pergi setelah tak berhasil menyelesaikan misinya mendekati Rizal dan ingin merampas tasbih yang diberikan Pak Hidayat tersebut. Suri gegas memeluk anaknya, Rizal yang masih saja ketakutan dan terus menyembunyikan wajahnya. Suri menangis melihat apa yang terjadi pada anaknya.“Ya Tuhan, semoga saja ada keajaiban yang akan membawamu pada kesembuhan, Nak,” Rizal terdengar mengumam tak karuan, berulang kali menyebut Thorin, entah siapa yang dia maksud dengan Thorin.***“Jadi betul si Rizal sudah diambil sama Ibunya? Tidak masalah … yang penting kamu berhasil menghabisinya, tidak masalah kamu pulang dalam keadaan luka begini,” sebut Mak Bayah seakan ia sedang berbincang dengan peliharaan sekaligus suami gaibnya, Thorin.Gumpalan asap hitam itu terlihat menge

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 15

    Part 15“Kalian mencariku? Ada apa?” pertanyaan justru terdengar dari mulut laki-laki muda tadi, mereka bertiga bengong dan saling memandang. Apa tidak salah ini Pak Hidayat?Mereka bertiga bingung, biasanya seorang tabib atau yang biasa mengobati orang, pasti orangnya sudah berumur karena banyaknya pengalaman, namun yang di hadapan mereka ini masih sangat muda, rasa-rasanya tak mungkin jika ia yang dimaksud sebagai Pak Hidayat. “Rasanya tidak mungkin orang semuda begini bisa dipercaya mengobati, takut aja uangmu nanti malah habis hanya untuk mengongkosi dia mengobati tapi hasilnya nol buat Rizal, gimana ini?” Lela nampak ragu. “Ya, aku juga ragu … begini saja, sebaiknya kita tidak usahlah bertemu dengan orang ini, kita bilang saja kalau kita salah alamat,” bisik Wati lagi, Lusi dan Lela setuju.“Maaf, Kak. Sepertinya kami salah alamat, tadi niatnya mau mencari Pak Hidayat yang lainnya, bukan Kakak, maaf ya kami salah alamat,” ujar Lusi dengan cepat sambil mengangguk ingin pamit.“K

  • Perempuan Bersuami Dua (Mak Bayah)   Part 14

    Part 14 Pagi-pagi sekali Lusi, Lela juga Wati berencana akan pergi ke desa sebelah untuk mencari mantri yang bisa menyembuhkan Rizal. Lela dan Lusi sudah memberitahu Wati apa yang sudah terjadi dengan Rizal. Mereka sengaja bepergian bersama supaya tidak menimbulkan kecurigaan pada orang tua mereka masing-masing. “Hari ini ada undangan pelatihan di desa sebelah, makanya kami harus jalan pagi-pagi supaya tidak ketinggalan materi pelatihan menjahit yang dimulai pukul delapan ini,” alasan mereka dan orang tua masing-masing tidak curiga.“Syukur saja dari awal kita sudah janjian untuk satu bahasa, satu kalimat jadi tidak ada orang tua yang curiga kalau kita ke desa sebelah untuk mencari mantri, mungkin akan memakan waktu tapi biasanya ada angkutan pagi yang akan ke pasar kota, dan kita bisa menumpang di sana. Aku juga sudah bilang sama Mang Idris agar kita bisa ikut dan dia setuju, hanya saja kita harus menunggu persis di depan gapura sana,” sebut Lela. Lusi dan Wati pun bergegas. Dalam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status