PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIAR
Penulis : David KhanzBagian (52)Episode : Kegundahan Seorang HamizanUsai menunaikan ibadah salat Zuhur, Hamizan dan Ammar balik lagi ke ruangan kerja. Semula dipikir oleh temannya suami Arumi tersebut, hanya untuk mengambil bekal makanan dan dibawa ke kantin —sebagaimana biasa—, tapi nyatanya tidak. Lelaki berberewok tipis itu malah kembali duduk di kursi menghadap komputer.“Hari ini kamu puasa, Zan?” tanya Ammar setelah memperhatikan temannya beberapa saat. Tidak ada tanda-tanda akan bergegas ke kantin. Bahkan misting di atas meja pun, belum juga disentuh.Hamizan menoleh sejenak diiringi senyum tipis, lalu menjawab, “Puasa apaan? Ini saya bawa bekel dari rumah.” Dia berbicara tanpa menoleh sama sekali. Malah sibuk membuka-buka halaman kerja melalui layar komputer.Ammar tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian menarik kursi dari tempat kerjanya sendiri dan duduk di sampiPEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (53)Episode : Kehadiran Sosok BaruAmmar dan Hamizan memasuki ruangan rapat. Di sana sudah ada beberapa staf lain yang sudah hadir.“Ternyata bukan dari divisi kita saja, Zan,” kata Ammar berbisik seraya memilih tempat duduk. Hamizan melirik sejenak pada temannya tersebut. “”Berarti … ini bukan pembahasan proyek kerja, dong? Hi-hi,” imbuh lelaki berkacamata minus tersebut cekikikan sendiri.“Ssttt … jangan berisik, ah,” ujar Hamizan mengingatkan. “Rapat sudah mau dimulai, tuh.”Mereka berdua melihat-lihat ke arah deretan kursi-kursi di depan yang biasa digunakan oleh petinggi perusahaan saat rapat.Ammar menyorongkan badan ke dekat Hamizan dan berkata kembali dengan suara pelan. “Kayaknya ada pejabat baru, Zan,” katanya sambil menunjuk pada sosok yang dimaksud di depan mereka.“Mana? Yang perempuan itu?” tanya Hamizan dengan nada suara yang sama, mengikuti arah yang ditunjuk oleh temannya baru saja.Di antara deretan kursi-k
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (54)Episode : Dua Hati PerempuanMengenai kondisi rumah tangga Hamizan dan Arumi —terkhusus dalam soal keturunan—, baik Abah Bashori maupun Umi Afifah jarang sekali mempertanyakan. Kedua orang tua tersebut mempercayakan sepenuhnya pada anak-menantu mereka, sisanya turut berserah diri terhadap Yang Maha Kuasa. Kalaupun pernah dilakukan, paling hanya sebatas obrolan biasa.“Apa kalian berdua di-KB, Nak?” tanya Umi Afifah pada Arumi, sewaktu bertandang ke Tasikmalaya beberapa waktu lalu.Arumi menjawab, “Enggak, Umi. Dari sejak nikah juga, Arumi gak pernah ikut program KB. Mas Izan juga.”“Ooohhh ….,” sahut Umi Afifah hanya membalas jawaban dari anaknya dengan membulatkan bibir. “Umi kira, kalian berdua menunda dulu buat punya anak.”Maksud wanita tua tersebut, mungkin karena kondisi Arumi dan Hamizan sekarang yang belum memungkinkan untuk memiliki anak terleb
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (55)Episode : Kabar GembiraPada pagi hari itu, beberapa ratus meter lagi tiba di depan kantor, tiba-tiba Hamizan merasa laju sepeda motornya tidak stabil. Lekas laki-laki itu menarik pedal rem untuk berhenti di pinggir jalan.‘Yaa Allah, ada apa dengan motorku? Kempes ban mungkin, ya?’ Dia bertanya-tanya sendiri. Lantas segera turun dari atas kendaraan untuk memeriksa sebentar. Benar saja, kondisi ban belakang kempes. ‘Aduh, tanggung banget. Sebentar lagi nyampe.’Laki-laki itu mengamankan posisi berdiri motor dengan menurunkan penyangga tunggal. Kemudian merogoh saku baju untuk mengambil ponsel dan melihat tampilan waktu di layar.‘Kalau ditambal sekarang, mana ada waktu. Agak jauh pula tempat tambal ban. Duh, ‘gimana ya sekarang?’ membatin Hamizan di antara rasa bingung yang melanda.Akhirnya dengan sangat terpaksa, dia menuntun sepeda motornya hingga me
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (56)Episode : Di Balik Kegagalan HamizanKabar menggembirakan itu pun langsung disampaikan kepada Arumi begitu Hamizan pulang. Tentu saja perempuan tersebut menyambutnya dengan penuh sukacita.“Berarti kita gak perlu cari pinjaman uang itu ‘kan, Mas?” tanya Arumi dengan benak penuh harap. “Mungkin harus lebih bersabar saja sambil nabung ya, Mas?”Hamizan mengangguk. “Ya, seperti itulah, Dik. Mudah-mudahan saja kita bisa segera mewujudkannya. He-he. Aamiin.”Entahlah, bagi pasangan suami-istri ini, memiliki keturunan adalah lebih penting ketimbang mempunyai tempat tinggal sendiri. Padahal usia pernikahan mereka sudah memasuki ke-5 tahun.Lantas, apakah pengharapan Hamizan akan perkembangan karirnya di kantor berbuah manis? Kenyataannya tidak. Dari hasil seleksi yang telah dilakukan, dia tidak terpilih ke dalam tim khusus kantor.“Saya minta maaf, Pa
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (57)Episode : Rencana Bellanca Aurora“Kamu gak sholat, Nak?” tanya Pak Waluyo pada Bellanca Aurora, putri semata wayangnya. “Waktu Maghrib cuma dikit, loh.”Jawab perempuan itu diiringi gelengan kepala, “Enggak, Pah. Bella lagi halangan.” Padahal pada saat itu, Bella sama sekali tidak sedang dalam masa haid. Dia hanya merasa malas saja, juga dera lelah yang mengalungi sekujur badan.Pak Waluyo membulatkan bibir sesaat, lalu kembali duduk di sofa. Tidak jauh dari keberadaan Bella sendiri.“Malam ini kamu nginep di sini ‘kan, Nak? Sudah lama sekali kamu gak lagi tidur di rumah sendiri,” ucap lelaki tua itu beberapa saat kemudian. “Semenjak almarhum Mamahmu meninggal dan kamu memilih buat hidup mandiri, Papah jadi sering kesepian.” Lalu dia menyapu pandangan ke sekeliling ruangan rumah. “Tempat seluas ini, gak lagi kayak dulu. Sepi. Paling cuma ada Bi Odah, Mang Sukri
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (58)Episode : Misi Khusus Pertama BellaHari itu, Bella sengaja datang mengunjungi bekas kediaman sahabat ayahnya, yakni keluarga almarhum Bapak Subagyo dan almarhumah Ibu Sulasmini. Diterima oleh Bi Inah dan Mang Karta dengan penuh rasa sukacita.“Kenapa Ibu Bella gak nelepon kami dulu, Bu?” tanya Bi Inah. “Kalo tahu begini, tentu kami akan menyiapkan—”“Jadi kalian berdua belum pada makan?” tukas Bella tanpa ingin mendengarkan sapaan sosok wanita tua tersebut lebih lanjut. Terkesan dingin dan sombong.Bi Inah dan Mang Karta saling berpandangan sesaat.“Bukan begitu maksudnya, Bu,” ucap Mang Karta, kali ini turut berbicara menggantikan istrinya. “Mungkin Ibu ingin kami buatkan masakan.”Bella melihat-lihat sesaat akan kondisi pada ruangan di rumah tersebut. Kemudian mengangguk-angguk dan membalik badan menghadapi kedua suami-istri tua itu tadi.“Sudah berapa lama kalian bekerja pada keluarga Pak Subagyo dulu? Saya dengar-de
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (59)Episode : Rencana Menggapai ImpianArumi memandangi wajah suaminya dengan lekat. Kabar tentang kegagalan dalam perekrutan tim khusus yang disampaikan, sedikit membuat perempuan tersebut turut merasa kecewa. Namun mau bagaimana lagi, semuanya memang harus terjadi dan mau tidak mau mesti diterima dengan lapang dada.“Gak apa-apa, Mas, mungkin memang bukan rezeki kita,” ujar Arumi mencoba menenangkan hati sang suami. “Insyaa Allah, kalo kita mau bersabar dan tetap berusaha dengan baik, Allah akan memberikan jalan terbaik bagi kita.”Hamizan manggut-manggut. Lalu balik menatap istrinya.“Maafin aku ya, Dik. Aku masih belum bisa memperjuangkan impian kita ini,” ujar lelaki tersebut dengan nada lirih. “Tapi aku yakin,” imbuhnya kembali dengan nada optimis, “Allah itu Maha Kaya. Gak ada sesuatu pun yang mustahil bagi-Nya. Jika Allah berkehendak, kun fayakun … pastilah akan terjadi dengan izin-Nya. Insyaa Allah … Insyaa Allah.”
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (60)Episode : Perjalanan Meraih Impian“Assalaamu’alaikum,” ucap Hamizan uluk salam begitu tiba di rumah bersama Ammar. Tidak lantas membuka pintu rumah, tapi menunggu hingga Arumi sendiri yang bergegas menyambut.Tidak berapa lama, terdengar jawaban dari dalam rumah dari sosok istri Hamizan tersebut.“Wa’alaikumussalaam ….,” jawab Arumi dari dalam rumah. “Tunggu sebentar!” serunya kemudian. Kemudian pintu pun terkuak, disusul dengan seraut wajah cantik berhijab, muncul berseri-seri. “Mas Izan, ayo masuk.”Tidak lupa, Arumi meraih tangan suaminya dan menyalaminya dengan takzim. Berlanjut pada peluk-cium hangat menyertai.“Ini … Pak Ammar. Temen yang aku ceritain tadi, Dik,” kata Hamizan memperkenalkan teman kantornya pada Arumi.“O, iya … saya istrinya Mas Izan, Pak,” kata Arumi memperkenalkan diri, seraya menghaturkan salam dari kejauhan tanpa men
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (123) Episode : Akhir Dari Sebuah MisteriBeberapa hari setelah Arumi melahirkan, Hamizan kedatangan seorang tamu spesial. Dia tiba di sana menjelang siang, bersama dua orang lelaki berbadan tegap, untuk menemui menantu Abah Bashori tersebut sambil membawa sesosok bayi mungil di dalam dekapan. Sosok khusus itu tidak lain adalah Pak Waluyo, bapak kandung Bella Aurora."Pak?" ucap Hamizan kaget bercampur heran. Seolah-olah tidak percaya melihat ketibaan orang tua tersebut di Tasikmalaya. Yang lebih menarik perhatian adalah tentang bayi mungil itu. 'Anak Bella-kah dia?' tanyanya seketika menduga-duga. "Silakan masuk, Pak."Hamizan menyalami ketiganya dan mengajak Pak Waluyo serta kedua orang itu tadi masuk ke dalam rumah."Ada apa ini, Pak? Bagaimana bisa tahu kalo saya ada di sini?" tanya Hamizan masih merasa heran dan bingung dengan kedatangan Pak Waluyo. Lanjut bert
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (122)Episode : Arumi MelahirkanBelum habis memikirkan kejadian misteri penabrakan tadi, tiba-tiba Arumi meringis kesakitan. Perempuan cantik berkulit putih bersih itu menyeringai sembari pegangi perut."M-maasss ….," lenguh Arumi memanggil suaminya.Hamizan menoleh dari arah pandangan pada sosok kendaraannya yang ditabrak tadi."Sayang? A-ada apa, Sayang?" tanya lelaki itu gelagapan. Dia memperhatikan raut wajah Arumi dan elusan di perut buncitnya. "Yaa Allah … k-kamu mau melahirkan?"Arumi menggelengkan kepala dengan bibir tidak berhenti mendesis. "Gak tahu, Mas. Perutku mules banget ini. Aduuhh … aashhh!" jawab Arumi kian menghebat serangan rasa sakit yang mendera perut. Seketika raut wajah perempuan itu berubah memucat disertai keringat mengilap di wajah."Yaa Allah ….!" seru Hamizan mulai panik dan segera memanggil Muzakir. "Kang, s-
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (121)Episode : Arumi TerancamHamizan tidak pernah tahu, ada persoalan apa di antara Bella dan Pak Waluyo. Sementara orang tua itu sendiri belum mau terbuka padanya.Timbul pertanyaan baru, jika saja benar seorang Bella telah berubah, lantas mengapa hubungan dengan bapaknya sendiri justru terkesan tidak harmonis? Bukankah sebelum itu mereka berdua terlihat akur. Setidaknya itulah yang dinilai di mata Hamizan. Namun suami Arumi tersebut tidak ingin mencampuri urusan internal keluarga Pak Waluyo. Terpenting sekarang, sikap Bella sendiri memang tidak seperti beberapa bulan sebelumnya.Baru saja babak kedamaian itu dirasakan oleh keluarga Hamizan, suatu ketika dia menerima sebuah panggilan telepon."Pak Waluyo ….," gumam Hamizan begitu memperhatikan nomor kontak yang tertera di layar. "Assalaamu'alaikum, Pak," ucapnya usai menekan ikon berwarna hijau."Wa'alaik
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (120)Episode : Bella Berubah?Semenjak pembicaraan mereka di pagi hari tersebut, sikap Bella terhadap Hamizan sedikit berubah. Tidak lagi mendayu-dayu sebagaimana biasa, tapi lebih lembut dan santun dalam bertutur kata serta sikap."Maaf, selama ini sikap aku mungkin gak berkenan buatmu, Hamizan. Saya sadari itu dan pastinya justru akan membuatmu makin merasa gak suka sama aku,'kan?" ucap Bella dengan suara datar. "Aku minta maaf. Itu semata karena aku terlalu menuruti kata hati. Terkadang, aku gak ngontrol tentang itu."Hamizan memang merasakan hal demikian, walaupun tidak sepenuhnya perempuan tersebut berubah drastis. Namun setidaknya, kini dia bisa sedikit bernapas lega dan tidak lagi harus didera ketakutan akan perilaku Bella yang sering terlewat batas.'Apakah benar Bella telah berubah? Apa karena ucapanku tempo hari itu?' Benak Hamizan pun dilanda tanda tanya
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (119)Episode : Perlawanan HamizanSesuai perkiraan, ternyata memang benar adanya bahwa pada hari itu Azizah telah melahirkan seorang bayi mungil berjenis kelamin laki-laki."Maaf, Zakir gak sempet ngasih kabar ke rumah, Umi," kata Muzakir saat ditanyai oleh Umi Afifah. Dia ikut sibuk menemani dan mengurus kelahiran istrinya saat Arumi menelepon. "Baru mau dihubungi, eh … ternyata Umi sudah datang," lanjutnya kembali berkata sambil menatap Hamizan dan Arumi yang turut datang bersama-sama."Iya, gak apa-apa, Nak. Terpenting … Alhamdulillah … akhirnya Azizah sudah melahirkan dengan selamat," timpal Umi Afifah seraya tersenyum bahagia melihat cucu ketiganya.Sementara Azizah sendiri masih tergolek lemas di atas ranjang di samping Muzakir suaminya.Hamizan langsung mendekat dan memperhatikan bayi mungil yang sedang terbari
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (118)Episode : Kecurigaan Seorang IstriKini perasaan Hamizan sedikit agak lega setelah mencurahkan permasalahannya pada sang Mertua, Abah Bashori. Tidak lupa, dia juga menceritakan kepada orang tua tersebut bahwa khusus tentang kedua video yang dimaksud, belum akan diberitahukan kepada Arumi dengan alasan yang mendasari."Ya, Abah paham maksudmu, Nak. Tapi bukan berarti Abah mendukung usahamu itu," timpal Abah Bashori lebih lanjut. "Sebagai manusia, terkadang kita dituntut untuk gak terlalu jujur dalam bersikap. Abah ngerti kok, kamu ngelakuinnya karena satu sebab. Itu bagus. Hanya saja, suatu saat … kamu harus selalu terbuka pada keluargamu."Hamizan mengangguk pelan mendengarkan petuah mertuanya. "Satu hal lagi yang harus kamu tahu, Nak," imbuh kembali Abah Bashori, "Arumi itu … suka mencari-cari jalannya sendiri jika hendak mengetahui sesuatu. Dia anak pintar.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (117)Episode : Lelah Dalam PasrahTampak jelas sekali jika diperhatikan, sudut kamera yang bergerak-gerak mengambil gambar, itu—pasti—dilakukan oleh pihak orang ketiga. Tidak mungkin Bella melakukannya sendiri, karena posisi dia saat itu sedang (maaf) menindih tubuh Hamizan. Bahkan dengan sengaja mengarahkan mata lensa tepat pada pertautan area aurat inti mereka berdua.Hamizan langsung merasa syok. Tubuhnya gemetar dan langsung menutup layar ponsel.'Tidak mungkin, Yaa Allah. Ini tidak mungkin!' jerit lelaki tersebut pilu. Napasnya sampai terengah-engah sesak. Menyayangkan serta menyesali jika di antara dia dan perempuan tersebut, benar-benar telah terjadi perzinaan farji.Jadi benarkah akibat terjadinya aksi persebadanan tersebut, Bella mengalami kehamilan? Pikir Hamizan.'Dia benar-benar mengandung anakku ….,' membatin kembali suami Arumi tersebut.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (116)Episode : Teror Kedua"Kak Izah sudah harus tinggal di sini, Mas. Baru pembukaan tiga," kata Arumi begitu keluar dari ruang pemeriksaan, usai mengantar Azizah ke dalam. "Kita sendiri bagaimana sekarang? Apa ikut menunggu—""S-sebaiknya kita pulang saja sekarang, Dik," tukas Hamizan tampak gagap. Hal tersebut baru disadari oleh istrinya setelah posisi mereka berdua berhadap-hadapan.Sesaat Arumi mengamati raut wajah suaminya, di bawah terpaan cahaya lampu neon di ruang tunggu. Terlihat agak pucat dan tidak tenang berdiri menyandar di dinding."Kamu kenapa, Mas? Ada apa?" tanya perempuan itu ikut merasakan kekhawatiran atas sikap laki-laki yang teramat dia cintai tersebut. Sebentar Arumi menyapu pandangan ke sekeliling tempat. Tidak ada siapa pun terkecuali mereka berdua di sana. "Ada apa sih, Mas? Kamu melihat sesuatu?"Hamizan melirik, tapi hanya sesaa
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (115)Episode : Hubungan Hamizan dan Kiai Bashori MembaikSelama berada di tengah-tengah keluarga Pondok Pesantren Al Ardul Basyariyah, sesekali Hamizan suka ikut terjun membimbing para santri. Hal tersebut sering diperhatikan oleh sang Mertua Kiai Haji Bashori, secara tidak sengaja pada awalnya. Sampai kemudian menyengaja mengintip serta mengawasi kegiatan menantunya itu. Bahkan pernah beberapa kali, suami dari Arumi tersebut didaulat untuk menjadi imam pada saat shalat Maghrib.Kiai Haji Bashori yang pada saat itu baru saja tiba dari bepergian di luar, sesaat terhenyak mendengar lantunan indah suara milik Hamizan membacakan kalam Ilahi.‘Masyaa Allah … sepertinya aku kenal sekali suara imam itu. Hamizan-kah?’ tanyanya di dalam hati. Sejenak laki-laki tua tersebut menajamkan telinga di antara barisan jamaah shalat. ‘Ah, benar … itu memang Hamizan menantuku.’Lantas