PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 39)Episode : Kerinduan Seorang IbuSudah hampir sebulan, Hamizan dan Arumi menjalani biduk rumah tangga. Selama itu pula, anak perempuan kedua pasangan Abah Bashori Amanuddin dan Umi Afifah tersebut meninggalkan rumah. Kerinduan hati seorang ibu terhadap anak pun kerap melanda, walaupun sesekali mereka bersua melalui obrolan jarak jauh. Namun tetap saja, wanita tua itu berharap untuk berjumpa secara fisik, sekalian melihat-lihat kondisi kontrakan yang kini ditempati anak-menantunya itu."Apa sebaiknya kita ke sana saja ya, Nak?" tanya Umi Afifah pada Azizah, anak perempuan pertama sekaligus kakak satu-satunya bagi Arumi. "Umi ingin sekali bertemu dengan adikmu itu. Umi kangen sekali, Nak."Azizah yang sedang melipat tumpukan pakaian kering dari jemuran, menoleh dan menatap ibunya. Kemudian, perempuan beranak dua tersebut balik bertanya, "Umi mau nelepon Arumi sekarang?"Umi Afifah mendecak, lantas menjawab, "Umi ingin ketem
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 40)Episode : Prasangka Orang TuaSesuai dengan rencana semula, Umi Afifah pun berbicara pada suaminya, Abah Bashori Amanuddin, untuk mengunjungi Arumi di Jakarta."Tidak," jawab laki-laki tua berjanggut panjang memutih itu usai mendengarkan penuturan istrinya. "Buat apa? Lagipula, belum lama si Enèng pergi sama Anak Muda itu. Biarkan saja mereka belajar mandiri dan merasakan, bagaimana sebenarnya hidup berumahtangga itu, Umi.""Nak Izan, Abah. Namanya menantu kita itu Hamizan. Bukan lagi 'Anak Muda'," ucap Umi Afifah meralat panggilan Abah Bashori terhadap suami dari anak perempuan kedua mereka.Laki-laki tua tersebut melirik sejenak, dingin, lalu mendecak sendiri disertai raut wajah muram."Sepertinya … Abah masih belum bisa menerima kehadiran Nak Izan sebagai bagian dari keluarga kita," ujar Umi Afifah merasa miris. "Walau bagaimanapun juga, Nak Izan itu … menantu kita, Abah. Sama halnya kayak Nak Zakir, suaminya Azizah."
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (41)Episode : Perizinan Dari SuamiTerkait rencana kunjungan Umi Afifah ke Jakarta, Arumi langsung menghubungi Hamizan yang masih berada di tempat pekerjaan.“Wa’alaikumussalām ….,” balas sang suami begitu panggilan dan ucap salam dari Arumi diterima. “Ada apa, Sayang? Kamu di rumah baik-baik saja, ‘kan?”“Alhamdulillāh, Mas, aku baik-baik saja,” jawab perempuan muda tersebut dengan suara semringah. “Begini, Mas … barusan Umi nelepon. Terus, kata Umi … pekan ini mau datang ngunjungin kita.”Hamizan mendengarkan sambil mengerjakan tugas-tugas kantoran. “Alhamdulillāh, kalo begitu. Sama siapa Umi bakal datang, Dik?”Sejenak Arumi menarik napas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari suaminya.“Insyā Allāh, kemungkinan besar … ditemenin sama Kak Izah dan Kak Zakir,” kata Arumi kemudian. “Tapi … aku belum mengiakan dulu sih, Mas.”“Loh, kenapa?” tanya Hamizan langsung mengerut keningnya. Dia menghentikan aktivitas dan f
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzaBagian (42)Episode :Adab Dalam Menutup AuratHari Sabtu pagi, Hamizan dan Arumi sudah bersiap-siap menyambut kedatangan Umi Afifah dan keluarga di rumah kontrakan mereka. Namun ada satu hal yang terasa kurang untuk melengkapi kebahagiaan tersebut, yaitu ….“Abah gak ikut, Dik?” tanya Hamizan usai istrinya menghubungi Azizah yang masih berada di perjalanan. Arumi menggeleng. Raut wajah perempuan muda dan cantik itu, tampak murung seraya meletakkan ponsel di atas kasur.Melihat hal tersebut, Hamizan langsung menghampiri dan turut duduk di samping Arumi. Kemudian memeluk dan merengkuh kepala sang istri ke dadanya.“Sabarlah, Sayang,” ucap lelaki tersebut bermaksud menghibur. “Mungkin Abah lagi sibuk ngurus anak-anak santri.” Diusapnya kepala istrinya dengan lembut. “Kita doain saja, semoga semuanya akan berjalan baik dan lancar. Suatu saat, Insyā Allāh, akan beruba
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (43)Episode : Awas, Ada Yang Tersinggung!Akhirnya rombongan Umi Afifah dan keluarga tiba di kediaman Hamizan-Arumi menjelang tiba waktu salat Zuhur. Itu pun setelah melalui drama yang cukup melelahkan, mulai dari tersesat hingga salah jalan. Maka dari itu, waktu yang seharusnya bisa ditempuh selama 5 jam, malah molor sampai hampir 7 jam.“Itu juga sudah pakai bantuan G****e Map, Dik,” kata Azizah pada Arumi sambil tertawa-tawa, diikuti oleh Umi Azizah dan beberapa orang santri yang ikut serta ke sana. Sementara sosok Muzakir malah diam membisu dengan raut wajah kecut.“Iya, Nak. Untung saja Nak Hamizan tadi bela-belain menjemput kami di jalan raya,” timpal Umi Azizah menambahkan.Arumi yang sejak tadi cuma mendengarkan penuturan mereka, akhirnya bertanya pada suaminya, “Memangnya … yang bawa mobil sebelumnya siapa, Mas?”Hamizan melirik pada satu sosok yang duduk agak menjauh dan terdiam. “Kang Zakir, Dik,” jawabnya kemudian
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzaBagian (44)Episode : Misteri Uang TitipanUsai menunaikan ibadah salat Zuhur dan makan siang bersama, Umi Afifah memanggil Hamizan serta Arumi. Keduanya saat itu sedang duduk-duduk bercengkerama dengan Azizah, juga Fadlan dan Amara.“Mas, Umi manggil kita,” ujar Arumi pada Hamizan suaminya. Lantas berpamitan sebentar terhadap kakak kandung perempuan tersebut. “Maaf ya, Kak. Kami tinggal dulu.”“Ya, sudah. Sepertinya, ada sesuatu yang mau Umi sampaikan pada kalian berdua. Kalau begitu, Kakak tunggu di luar saja ya, Dik,” balas Azizah, kemudian mengajak kedua putra-putrinya itu menjauh dari dalam rumah. “Ayo, Fadlan-Amara, kita main dulu sama Abi di luar ya, Anak-anak.”Hamizan dan Arumi pun menghampiri Umi Afifah.“Ada apa, Umi?” tanya Arumi setelah mendekat, didampingi oleh Hamizan.Sebelum menjawab, Umi Afifah menatap lekat keduanya, lalu bertanya, “Boleh Umi meminjam kamar kalian?”Arumi menoleh pada suaminya. Kemudian dijawab ol
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (45)Episode : Harapan Hamizan Untuk Segera Memiliki KeturunanBakda Asar, Umi Afifah dan keluarga, berpamitan untuk kembali pulang ke Tasikmalaya. Dengan perasaan sedih, Arumi mengantar mereka hingga depan rumah."Jaga diri kalian baik-baik. Kalau ada hal yang perlu Umi bantu, jangan sungkan-sungkan untuk memberitahu," pesan wanita tua tersebut sebelum memasuki kendaraan."Iya, Umi. Insyā Allāh," balas Arumi seraya memeluk ibunya dengan erat, lalu disusul Hamizan menyalami dengan takzim. "Terus Umi, mengenai uang itu—""Sssttt …." Umi Afifah menyilangkan telunjuk di bibir. "Jangan pinta Umi buat mengembalikan uang itu pada Abah, Nak. Terus terang saja, Umi gak sanggup. Umi sendiri bingung harus bicara apa nanti sama Abah."Arumi hendak berkata kembali, tapi Hamizan lekas mencolek lengan istrinya tersebut secara diam-diam. Seketika, perempuan itu pun mengurungkan niat semula."Hati-hati di jalan, Umi," ucap Hamizan seraya men
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (46)Episode : Rahasia Hati Seorang AyahPukul tiga dinihari, Arumi sudah bangun tidur lebih awal sebelum Hamizan. Lantas lekas mandi janabah dan menunaikan qiyamulail beberapa rakaat setelahnya. Kemudian dilanjut berdoa, memohon hajat kehadirat Ilahi. Tentu saja di antara untaian kalimat yang terucap, meminta kemaslahatan hidup serta harapan diri untuk segera memiliki momongan, sebagaimana yang diharapkan oleh sang suami tadi sore.“ … Āmīn,” ucap Arumi menutup doa, lalu mengusap kedua telapak tangan ke wajah.Sebelum bangkit dari atas hamparan sajadah, dia menoleh terlebih dahulu ke arah Hamizan yang masih tergolek nyenyak di atas tempat tidur. Raut wajah lelaki itu tampak begitu teduh di mata Arumi. Terpejam dalam buaian alam mimpi.‘Semoga saja, apa yang kamu harapkan itu lekas terwujud, Mas, dan aku bisa menjadi seorang istri yang sempurna bagimu. Mengandung ser
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (123) Episode : Akhir Dari Sebuah MisteriBeberapa hari setelah Arumi melahirkan, Hamizan kedatangan seorang tamu spesial. Dia tiba di sana menjelang siang, bersama dua orang lelaki berbadan tegap, untuk menemui menantu Abah Bashori tersebut sambil membawa sesosok bayi mungil di dalam dekapan. Sosok khusus itu tidak lain adalah Pak Waluyo, bapak kandung Bella Aurora."Pak?" ucap Hamizan kaget bercampur heran. Seolah-olah tidak percaya melihat ketibaan orang tua tersebut di Tasikmalaya. Yang lebih menarik perhatian adalah tentang bayi mungil itu. 'Anak Bella-kah dia?' tanyanya seketika menduga-duga. "Silakan masuk, Pak."Hamizan menyalami ketiganya dan mengajak Pak Waluyo serta kedua orang itu tadi masuk ke dalam rumah."Ada apa ini, Pak? Bagaimana bisa tahu kalo saya ada di sini?" tanya Hamizan masih merasa heran dan bingung dengan kedatangan Pak Waluyo. Lanjut bert
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (122)Episode : Arumi MelahirkanBelum habis memikirkan kejadian misteri penabrakan tadi, tiba-tiba Arumi meringis kesakitan. Perempuan cantik berkulit putih bersih itu menyeringai sembari pegangi perut."M-maasss ….," lenguh Arumi memanggil suaminya.Hamizan menoleh dari arah pandangan pada sosok kendaraannya yang ditabrak tadi."Sayang? A-ada apa, Sayang?" tanya lelaki itu gelagapan. Dia memperhatikan raut wajah Arumi dan elusan di perut buncitnya. "Yaa Allah … k-kamu mau melahirkan?"Arumi menggelengkan kepala dengan bibir tidak berhenti mendesis. "Gak tahu, Mas. Perutku mules banget ini. Aduuhh … aashhh!" jawab Arumi kian menghebat serangan rasa sakit yang mendera perut. Seketika raut wajah perempuan itu berubah memucat disertai keringat mengilap di wajah."Yaa Allah ….!" seru Hamizan mulai panik dan segera memanggil Muzakir. "Kang, s-
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (121)Episode : Arumi TerancamHamizan tidak pernah tahu, ada persoalan apa di antara Bella dan Pak Waluyo. Sementara orang tua itu sendiri belum mau terbuka padanya.Timbul pertanyaan baru, jika saja benar seorang Bella telah berubah, lantas mengapa hubungan dengan bapaknya sendiri justru terkesan tidak harmonis? Bukankah sebelum itu mereka berdua terlihat akur. Setidaknya itulah yang dinilai di mata Hamizan. Namun suami Arumi tersebut tidak ingin mencampuri urusan internal keluarga Pak Waluyo. Terpenting sekarang, sikap Bella sendiri memang tidak seperti beberapa bulan sebelumnya.Baru saja babak kedamaian itu dirasakan oleh keluarga Hamizan, suatu ketika dia menerima sebuah panggilan telepon."Pak Waluyo ….," gumam Hamizan begitu memperhatikan nomor kontak yang tertera di layar. "Assalaamu'alaikum, Pak," ucapnya usai menekan ikon berwarna hijau."Wa'alaik
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (120)Episode : Bella Berubah?Semenjak pembicaraan mereka di pagi hari tersebut, sikap Bella terhadap Hamizan sedikit berubah. Tidak lagi mendayu-dayu sebagaimana biasa, tapi lebih lembut dan santun dalam bertutur kata serta sikap."Maaf, selama ini sikap aku mungkin gak berkenan buatmu, Hamizan. Saya sadari itu dan pastinya justru akan membuatmu makin merasa gak suka sama aku,'kan?" ucap Bella dengan suara datar. "Aku minta maaf. Itu semata karena aku terlalu menuruti kata hati. Terkadang, aku gak ngontrol tentang itu."Hamizan memang merasakan hal demikian, walaupun tidak sepenuhnya perempuan tersebut berubah drastis. Namun setidaknya, kini dia bisa sedikit bernapas lega dan tidak lagi harus didera ketakutan akan perilaku Bella yang sering terlewat batas.'Apakah benar Bella telah berubah? Apa karena ucapanku tempo hari itu?' Benak Hamizan pun dilanda tanda tanya
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (119)Episode : Perlawanan HamizanSesuai perkiraan, ternyata memang benar adanya bahwa pada hari itu Azizah telah melahirkan seorang bayi mungil berjenis kelamin laki-laki."Maaf, Zakir gak sempet ngasih kabar ke rumah, Umi," kata Muzakir saat ditanyai oleh Umi Afifah. Dia ikut sibuk menemani dan mengurus kelahiran istrinya saat Arumi menelepon. "Baru mau dihubungi, eh … ternyata Umi sudah datang," lanjutnya kembali berkata sambil menatap Hamizan dan Arumi yang turut datang bersama-sama."Iya, gak apa-apa, Nak. Terpenting … Alhamdulillah … akhirnya Azizah sudah melahirkan dengan selamat," timpal Umi Afifah seraya tersenyum bahagia melihat cucu ketiganya.Sementara Azizah sendiri masih tergolek lemas di atas ranjang di samping Muzakir suaminya.Hamizan langsung mendekat dan memperhatikan bayi mungil yang sedang terbari
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (118)Episode : Kecurigaan Seorang IstriKini perasaan Hamizan sedikit agak lega setelah mencurahkan permasalahannya pada sang Mertua, Abah Bashori. Tidak lupa, dia juga menceritakan kepada orang tua tersebut bahwa khusus tentang kedua video yang dimaksud, belum akan diberitahukan kepada Arumi dengan alasan yang mendasari."Ya, Abah paham maksudmu, Nak. Tapi bukan berarti Abah mendukung usahamu itu," timpal Abah Bashori lebih lanjut. "Sebagai manusia, terkadang kita dituntut untuk gak terlalu jujur dalam bersikap. Abah ngerti kok, kamu ngelakuinnya karena satu sebab. Itu bagus. Hanya saja, suatu saat … kamu harus selalu terbuka pada keluargamu."Hamizan mengangguk pelan mendengarkan petuah mertuanya. "Satu hal lagi yang harus kamu tahu, Nak," imbuh kembali Abah Bashori, "Arumi itu … suka mencari-cari jalannya sendiri jika hendak mengetahui sesuatu. Dia anak pintar.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (117)Episode : Lelah Dalam PasrahTampak jelas sekali jika diperhatikan, sudut kamera yang bergerak-gerak mengambil gambar, itu—pasti—dilakukan oleh pihak orang ketiga. Tidak mungkin Bella melakukannya sendiri, karena posisi dia saat itu sedang (maaf) menindih tubuh Hamizan. Bahkan dengan sengaja mengarahkan mata lensa tepat pada pertautan area aurat inti mereka berdua.Hamizan langsung merasa syok. Tubuhnya gemetar dan langsung menutup layar ponsel.'Tidak mungkin, Yaa Allah. Ini tidak mungkin!' jerit lelaki tersebut pilu. Napasnya sampai terengah-engah sesak. Menyayangkan serta menyesali jika di antara dia dan perempuan tersebut, benar-benar telah terjadi perzinaan farji.Jadi benarkah akibat terjadinya aksi persebadanan tersebut, Bella mengalami kehamilan? Pikir Hamizan.'Dia benar-benar mengandung anakku ….,' membatin kembali suami Arumi tersebut.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (116)Episode : Teror Kedua"Kak Izah sudah harus tinggal di sini, Mas. Baru pembukaan tiga," kata Arumi begitu keluar dari ruang pemeriksaan, usai mengantar Azizah ke dalam. "Kita sendiri bagaimana sekarang? Apa ikut menunggu—""S-sebaiknya kita pulang saja sekarang, Dik," tukas Hamizan tampak gagap. Hal tersebut baru disadari oleh istrinya setelah posisi mereka berdua berhadap-hadapan.Sesaat Arumi mengamati raut wajah suaminya, di bawah terpaan cahaya lampu neon di ruang tunggu. Terlihat agak pucat dan tidak tenang berdiri menyandar di dinding."Kamu kenapa, Mas? Ada apa?" tanya perempuan itu ikut merasakan kekhawatiran atas sikap laki-laki yang teramat dia cintai tersebut. Sebentar Arumi menyapu pandangan ke sekeliling tempat. Tidak ada siapa pun terkecuali mereka berdua di sana. "Ada apa sih, Mas? Kamu melihat sesuatu?"Hamizan melirik, tapi hanya sesaa
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (115)Episode : Hubungan Hamizan dan Kiai Bashori MembaikSelama berada di tengah-tengah keluarga Pondok Pesantren Al Ardul Basyariyah, sesekali Hamizan suka ikut terjun membimbing para santri. Hal tersebut sering diperhatikan oleh sang Mertua Kiai Haji Bashori, secara tidak sengaja pada awalnya. Sampai kemudian menyengaja mengintip serta mengawasi kegiatan menantunya itu. Bahkan pernah beberapa kali, suami dari Arumi tersebut didaulat untuk menjadi imam pada saat shalat Maghrib.Kiai Haji Bashori yang pada saat itu baru saja tiba dari bepergian di luar, sesaat terhenyak mendengar lantunan indah suara milik Hamizan membacakan kalam Ilahi.‘Masyaa Allah … sepertinya aku kenal sekali suara imam itu. Hamizan-kah?’ tanyanya di dalam hati. Sejenak laki-laki tua tersebut menajamkan telinga di antara barisan jamaah shalat. ‘Ah, benar … itu memang Hamizan menantuku.’Lantas