PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (41)Episode : Perizinan Dari SuamiTerkait rencana kunjungan Umi Afifah ke Jakarta, Arumi langsung menghubungi Hamizan yang masih berada di tempat pekerjaan.“Wa’alaikumussalām ….,” balas sang suami begitu panggilan dan ucap salam dari Arumi diterima. “Ada apa, Sayang? Kamu di rumah baik-baik saja, ‘kan?”“Alhamdulillāh, Mas, aku baik-baik saja,” jawab perempuan muda tersebut dengan suara semringah. “Begini, Mas … barusan Umi nelepon. Terus, kata Umi … pekan ini mau datang ngunjungin kita.”Hamizan mendengarkan sambil mengerjakan tugas-tugas kantoran. “Alhamdulillāh, kalo begitu. Sama siapa Umi bakal datang, Dik?”Sejenak Arumi menarik napas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari suaminya.“Insyā Allāh, kemungkinan besar … ditemenin sama Kak Izah dan Kak Zakir,” kata Arumi kemudian. “Tapi … aku belum mengiakan dulu sih, Mas.”“Loh, kenapa?” tanya Hamizan langsung mengerut keningnya. Dia menghentikan aktivitas dan f
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzaBagian (42)Episode :Adab Dalam Menutup AuratHari Sabtu pagi, Hamizan dan Arumi sudah bersiap-siap menyambut kedatangan Umi Afifah dan keluarga di rumah kontrakan mereka. Namun ada satu hal yang terasa kurang untuk melengkapi kebahagiaan tersebut, yaitu ….“Abah gak ikut, Dik?” tanya Hamizan usai istrinya menghubungi Azizah yang masih berada di perjalanan. Arumi menggeleng. Raut wajah perempuan muda dan cantik itu, tampak murung seraya meletakkan ponsel di atas kasur.Melihat hal tersebut, Hamizan langsung menghampiri dan turut duduk di samping Arumi. Kemudian memeluk dan merengkuh kepala sang istri ke dadanya.“Sabarlah, Sayang,” ucap lelaki tersebut bermaksud menghibur. “Mungkin Abah lagi sibuk ngurus anak-anak santri.” Diusapnya kepala istrinya dengan lembut. “Kita doain saja, semoga semuanya akan berjalan baik dan lancar. Suatu saat, Insyā Allāh, akan beruba
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (43)Episode : Awas, Ada Yang Tersinggung!Akhirnya rombongan Umi Afifah dan keluarga tiba di kediaman Hamizan-Arumi menjelang tiba waktu salat Zuhur. Itu pun setelah melalui drama yang cukup melelahkan, mulai dari tersesat hingga salah jalan. Maka dari itu, waktu yang seharusnya bisa ditempuh selama 5 jam, malah molor sampai hampir 7 jam.“Itu juga sudah pakai bantuan G****e Map, Dik,” kata Azizah pada Arumi sambil tertawa-tawa, diikuti oleh Umi Azizah dan beberapa orang santri yang ikut serta ke sana. Sementara sosok Muzakir malah diam membisu dengan raut wajah kecut.“Iya, Nak. Untung saja Nak Hamizan tadi bela-belain menjemput kami di jalan raya,” timpal Umi Azizah menambahkan.Arumi yang sejak tadi cuma mendengarkan penuturan mereka, akhirnya bertanya pada suaminya, “Memangnya … yang bawa mobil sebelumnya siapa, Mas?”Hamizan melirik pada satu sosok yang duduk agak menjauh dan terdiam. “Kang Zakir, Dik,” jawabnya kemudian
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzaBagian (44)Episode : Misteri Uang TitipanUsai menunaikan ibadah salat Zuhur dan makan siang bersama, Umi Afifah memanggil Hamizan serta Arumi. Keduanya saat itu sedang duduk-duduk bercengkerama dengan Azizah, juga Fadlan dan Amara.“Mas, Umi manggil kita,” ujar Arumi pada Hamizan suaminya. Lantas berpamitan sebentar terhadap kakak kandung perempuan tersebut. “Maaf ya, Kak. Kami tinggal dulu.”“Ya, sudah. Sepertinya, ada sesuatu yang mau Umi sampaikan pada kalian berdua. Kalau begitu, Kakak tunggu di luar saja ya, Dik,” balas Azizah, kemudian mengajak kedua putra-putrinya itu menjauh dari dalam rumah. “Ayo, Fadlan-Amara, kita main dulu sama Abi di luar ya, Anak-anak.”Hamizan dan Arumi pun menghampiri Umi Afifah.“Ada apa, Umi?” tanya Arumi setelah mendekat, didampingi oleh Hamizan.Sebelum menjawab, Umi Afifah menatap lekat keduanya, lalu bertanya, “Boleh Umi meminjam kamar kalian?”Arumi menoleh pada suaminya. Kemudian dijawab ol
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (45)Episode : Harapan Hamizan Untuk Segera Memiliki KeturunanBakda Asar, Umi Afifah dan keluarga, berpamitan untuk kembali pulang ke Tasikmalaya. Dengan perasaan sedih, Arumi mengantar mereka hingga depan rumah."Jaga diri kalian baik-baik. Kalau ada hal yang perlu Umi bantu, jangan sungkan-sungkan untuk memberitahu," pesan wanita tua tersebut sebelum memasuki kendaraan."Iya, Umi. Insyā Allāh," balas Arumi seraya memeluk ibunya dengan erat, lalu disusul Hamizan menyalami dengan takzim. "Terus Umi, mengenai uang itu—""Sssttt …." Umi Afifah menyilangkan telunjuk di bibir. "Jangan pinta Umi buat mengembalikan uang itu pada Abah, Nak. Terus terang saja, Umi gak sanggup. Umi sendiri bingung harus bicara apa nanti sama Abah."Arumi hendak berkata kembali, tapi Hamizan lekas mencolek lengan istrinya tersebut secara diam-diam. Seketika, perempuan itu pun mengurungkan niat semula."Hati-hati di jalan, Umi," ucap Hamizan seraya men
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (46)Episode : Rahasia Hati Seorang AyahPukul tiga dinihari, Arumi sudah bangun tidur lebih awal sebelum Hamizan. Lantas lekas mandi janabah dan menunaikan qiyamulail beberapa rakaat setelahnya. Kemudian dilanjut berdoa, memohon hajat kehadirat Ilahi. Tentu saja di antara untaian kalimat yang terucap, meminta kemaslahatan hidup serta harapan diri untuk segera memiliki momongan, sebagaimana yang diharapkan oleh sang suami tadi sore.“ … Āmīn,” ucap Arumi menutup doa, lalu mengusap kedua telapak tangan ke wajah.Sebelum bangkit dari atas hamparan sajadah, dia menoleh terlebih dahulu ke arah Hamizan yang masih tergolek nyenyak di atas tempat tidur. Raut wajah lelaki itu tampak begitu teduh di mata Arumi. Terpejam dalam buaian alam mimpi.‘Semoga saja, apa yang kamu harapkan itu lekas terwujud, Mas, dan aku bisa menjadi seorang istri yang sempurna bagimu. Mengandung ser
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (47)Episode : Sebuah KejutanSuatu hari di jelang siang, ponsel Hamizan berdering nyaring di atas meja kerja. Lekas lelaki itu memeriksa. Ternyata panggilan dari istrinya sendiri, Arumi.“Assalāmu’alaikum. Halo … dengan Bapak Hamizan di sini. Ada yang bisa dibantu, Ibu Izan?” ucap Hamizan berseloroh.Terdengar cekikik kecil dari balik spiker handphone, lantas Arumi membalas gurauan dari suaminya tersebut. “Wa’alaikumussalām, Bapak. Mohon maaf, apakah saat ini aku mengganggu waktunya Bapak Izan?”Kini balik sang suami yang tertawa di depan ponselnya.“Tergantung, Ibu,” jawab Hamizan masih dengan sisa senyum yang ada, “kalau mengganggunya dalam jangka waktu lama, bisa kita atur nanti di rumah. Bahkan sampai dini hari pun, Insyā Allāh akan aku layani.”“Iiihhh …,” desah Arumi memanja. “Selalu saja begitu Mas Izan ini. Apa yang semalam masih kurang, hh
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (48)Episode : Kejutan Yang Tak DiharapkanSepanjang waktu bekerja, pikiran Hamizan kerap tertuju pada Arumi seorang. Lelaki itu menanti-nantikan kabar dari sang istri dan berharap bahwa berita tersebut sesuai dengan apa yang impikan selama ini.Arumi memang mengirimkan kabar bahwa dia telah kembali ke rumah, sebagaimana yang telah dijanjikan sebelumnya. Alih-alih menunggu panggilan pembicaraan, justru istrinya tersebut memberitahukannya melalui pesan singkat.[Assalāmu’alaikum. Mas, aku sudah ada di rumah lagi, ya. Selesai kerja, Mas langsung pulang. Aku tunggu loh, Sayang.]Berulangkali Hamizan membaca pesan instan dari istrinya tersebut. Sama sekali tidak memberitahukan kabar apa pun, terkecuali kepulangan Arumi ke rumah selepas waktu Zuhur.‘Dari mana sebenarnya Arumi? Apa yang sudah dia lakukan di luar sana tadi?’ Bertanya-tanya Hamizan di dalam hati. S