Beranda / Romansa / Perempuan Bermahar Lima Miliar / Bagian (18) : Acara Lamaran Arumi

Share

Bagian (18) : Acara Lamaran Arumi

Penulis: David Khanz
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-04 02:22:55

PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIAR

Penulis : David Khanz

(Bagian 18)

Genangan air mata Arumi menggenangi kelopak matanya yang terlihat sembap. Mengalir deras menghiasi pipi, mengilap bening bercampur dengan riasan bedak dan turut meleleh laksana banjir magma. Isak sendu pun sesekali menggema di antara suara besar KH. Bashori yang tengah melafalkan kalimat-kalimat mukadimah.

Acara lamaran Basil Basyiruddin bin KH. Anam Al Fathoni terhadap Arumi Nasha Lazeta binti KH. Bashori pada hari Ahad itu, baru saja berlangsung. Hampir semua kepala tertunduk khidmat mendengarkan wejangan dari shahibul bait, serta di antaranya turut larut dalam kesedihan yang dirasakan oleh pihak perempuan. Tidak terkecuali Umi Afifah dan Azizah sendiri. Kedua perempuan ibu dan anak tersebut, sesekali melirik lirih pada Arumi dengan dera hati yang serupa.

"Kamu benar-benar sudah menghubungi Nak Izan 'kan, Izah?" tanya Umi Afifah setengah berbisik pada Azizah, sesaat sebelum acara dimulai di dalam kamar Arumi.

"Sudah, U
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (19) : Kericuhan Di Acara Lamaran

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 19)"Maka dengan ini, saya selaku wakil dari pihak keluarga perempuan, dengan ini menyatakan bahwa saudari Arumi Nasha Lazeta binti Bapak Kiai Haji Bashori, Insyaa Allah, akan menjadi calon istri dari …." Suara pemandu acara lamaran, tiba-tiba terhenti. Seiring dengan munculnya deru suara sebuah kendaraan datang dari arah halaman rumah.Jika saja Arumi tidak langsung bereaksi, mungkin pernyataan dari perwakilan pihak keluarganya tadi akan terus berlanjut."M-mas Izan!" seru gadis itu mengejutkan para tamu undangan, terlebih bagi ayahnya sendiri, KH. Bashori.Arumi lekas bangkit dari duduknya dan menatap lekat ke arah pintu depan. Umi Afifah dan Azizah pun turut berdiri di samping gadis tersebut."Arumi? Duduklah, Nak," pinta Umi Afifah kebingungan dan merasa tidak enak dengan tatapan semua orang yang berkumpul di ruangan tersebut."Umi, itu Mas Izan datang, Umi!" seru Arumi kembali sembari menunjuk-nunjuk ke arah halaman rum

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (20) : Rahasia Hati Umi Afifah Terbongkar

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 20)Semua yang berada di tempat itu serempak terdiam. Tidak ada satu pun yang berani mengeluarkan suara. Bahkan untuk sekadar batuk saja, lebih memilih untuk pergi menjauh sebentar, lalu kembali usai tenggorokannya kembali mereda.KH. Anam menoleh pada putranya, Basil Basyiruddin, yang duduk di samping. Lalu menepuk lengan lelaki muda tersebut."Ada apa, Abi?" tanya Basil usai balik menatap ayahnya. Tampak sekali, raut wajah anak muda itu kuyu. Sorot matanya pun terpancar aura lesu."Sepertinya … kita harus membicarakan lagi perihal antum itu dengan Kiai Abas," kata KH. Anam mengawali pembicaraan."Tapinya … Abah Kiai 'kan, sedang sakit, Bi," balas Basil dengan suara pelan, lantas melirik pada sosok Hamizan yang berdiri tidak jauh dari tempat duduk mereka berdua. Kekasih Arumi itu tertunduk, tanpa mempedulikan orang-orang di sekeliling tempat tersebut. Hanya ada mereka bertiga, serta beberapa orang santri laki-laki.KH. Anam

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (21) : Kekecewaan Seorang Basil

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 21)“Astaghfirullahal’adziim … a-apa … eh, bicara apa aku barusan? Astaghfirullah … astaghfirullah ….” Berkali-kali Umi Afifah melafalkan istighfar dengan kedua telapak tangan menutupi mulut, dan mata terpejam rapat.‘Ya Allah, mengapa aku bisa selancang ini? Aku benar-benar tidak sadar. Ampuni aku, Gusti Nu Agung,’ imbuh wanita tersebut di dalam hati. ‘Bukankah orang bertanya padaku ini, salah satu istri dari Kiai Anam? Sekaligus, ibu tirinya Nak Basil sendiri.’Jika saja Umi Afifah merasa syok dengan keteledorannya tadi, lain hal dengan Hamizan. Lelaki ini berpikir bahwa ucapan ibu kekasihnya tersebut memang sebuah kejujuran yang pernah didengar sepanjang menjalin hubungan khusus dengan Arumi. Di sisi lain, justru menyayangkan, karena hal itu dilakukan tepat di dekat keluarga Basil sendiri. Terlebih, di belakang sana berdiri dua sosok terkait.Memperhatikan gelagat yang teramat tidak menyenangkan tersebut, buru-buru Kiai

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-09
  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (22) : Obrolan Kiai Anam dan Hamizan Rabbani

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 22)" … Innalillāhi wainnailaihi rāji'uun," ucap Kiai Anam usai mendengarkan penuturan kisah hidup Hamizan. "Jadi Nak Hamizan ini tinggal sendiri di rumah?"Laki-laki muda itu tersenyum, lalu mengangguk pelan. Seolah sudah terbiasa dengan keadaan dirinya sekarang dan sudah merelakan kematian kedua orangtuanya sejak lama."Ada dua orang yang tinggal bersama saya, Pak Kiai. Mang Karta dan Bi Inah. Mereka berdua, sudah lama ikut dengan keluarga kami, sejak saya masih kecil dulu," jawab Hamizan."Masyā Allāh," gumam ayahnya Basil Basyiruddin tersebut. "Mohon maaf sekali ya, Nak Hamizan, saya banyak bertanya-tanya pada antum. Tapi … dengan begini, justru saya jadi tahu, siapa sebenarnya Nak Hamizan ini." Orang tua itu menatap kagum pada sosok Hamizan. "Jujur saja, tadi … saya sempat kaget dengan kedatangan Nak Hamizan ini. Tadinya saya pikir siapa, 'gitu? Bahkan, memperhatikan calon man … —tu—, eh, maksud saya … anak gadisnya Kia

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (23) : Kiai Bashori Memurkai Hamizan

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 23)Setelah mengantar pulang Umi Afifah, Hamizan benar-benar menepati janji dan niatnya untuk bermalam di rumah sakit. Semalaman dia bersama beberapa orang santri menjaga Kiai Bashori.Sambil menunggu kantuk, laki-laki muda itu berbincang-bincang dengan para santri tersebut, sekalian bernostalgia pada saat-saat mengikuti program PKL dahulu.“Kenapa Ustaz tidak mengajar saja di pondok, Taz?” tanya salah seorang dari santri tersebut di tengah percakapan mereka.Lagi-lagi Hamizan tersenyum dengan sapaan kata ‘Ustaz' yang mereka sematkan padanya. “Benar, Ustaz. Kayaknya, dulu lebih enak Ustaz Izan deh, daripada yang mengajar kami itu … Ustaz Zakir,” timpal santri yang lain dan langsung diberi isyarat oleh Hamizan dengan suitan kecil.Tanpa dikomando, semua santri yang berjumlah tiga orang itu, serempak mengiakan.Menjawab kekasih Arumi tersebut merendah dengan suara perlahan dan lembut, “Tidak boleh begitu, Adik-adik. Siapa pun

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (24) : Air Mata Kiai Bashori

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 24)Dua malam dirawat inap di rumah sakit, selama itu pula Hamizan tidak pernah diizinkan untuk mendekati orang tua tersebut. Namun anak muda itu tidak mau menyerah. Dia tetap bertahan di sana dan membantu sebisa mungkin melalui Hasan, Nizar, serta Dayat. Pada keesokan harinya, Kiai Bashori meminta pulang setelah berbincang banyak dengan sahabatnya, Kiai Anam hampir seharian semalaman penuh.“Saya tidak bisa berlama-lama di sini, Nam,” kata Kiai Bashori lirih. “Saya harus segera pulang dan mengawasi Arumi anak saya. Apalagi … pemuda itu masih juga ada di sini dan belum pulang-pulang.”Kiai Anam tersenyum kecil. Dia paham yang dimaksud oleh sahabatnya tersebut, pastilah Hamizan. Balas ayah dari Basil itu kemudian, “Apa yang harus kamu cemaskan, Bas? Sejak dia turut datang di acara lamaran anak-anak kita, Nak Hamizan tidak pernah sekalipun meninggalkan rumah sakit ini. Dia selalu di sini, menjagai kamu.”“Itu ‘kan, cuma akal

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12
  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (25) : Pernikahan Hamizan-Arumi

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 25)“Saya terima, nikah dan kawinnya, Arumi Nasha Lazeta binti Bapak Kiai Haji Bashori Amanuddin dengan mahar uang senilai lima miliar dibayar tunai!” ucap Hamizan Rabbani dengan lancar dan tegas sambil menjabat erat tangan petinggi Pondok Pesantren Al Ardul Basyariyah itu.“Bagaimana para saksi? Apakah ijab kabulnya sah?” tanya seorang naib pada saksi-saksi yang ada, termasuk Kiai Anam Al Fathoni.“Sah! Insyā Allāh sah!” seru ayahnya Basil Basyiruddin tersebut serta satu orang saksi lagi, yakni Ustaz Muzakir, suami dari Azizah.“Alhamdulillāhirabbil’ālamīn ….” Serempak orang-orang yang hadir di ruangan tersebut berucap syukur, lalu mengusap muka masing-masing.Kiai Bashori segera melepaskan tangannya dari genggaman jemari Hamizan. Wajah orang tua itu, tampak kuyu. Tidak terulas sedikit pun, bias senyum dari sosok tersebut.Hamizan melongo. Padahal dia hendak mencium tangan ayah dari Arumi yang kini telah resmi menjadi bapak

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (26) : Di Balik Mahar Lima Miliar

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David Khanz(Bagian 26)Episode : Di Balik Mahar Lima MiliarUsai melaksanakan dan mengikuti acara walimatul ‘urs bersama kedua pengantin, keluarga, serta tamu undangan, Kian Bashori dan Kiai Anam segera berpindah ke ruangan lain. Keduanya bermaksud mengadakan percakapan susulan, sebagaimana yang telah mereka rencanakan sebelumnya.Diikuti tatapan dari Umi Afifah, kedua laki-laki tua tersebut berjalan berdampingan.‘Apa sebenarnya yang akan mereka bicarakan?’ membatin Umi Afifah, masih terduduk di tempat semula. ‘Kelihatannya serius banget.’Wanita tua itu tidak bermaksud untuk membuntuti, cukup memperhatikan sosok suami serta sahabatnya itu dari kejauhan. Lantas menghilang di balik tembok pembatas ruangan.“Di sini saja, Nam,” kata Kiai Bashori setelah berada di sebuah ruangan yang tertutup dan cukup jauh dari bagian-bagian di dalam rumahnya. “Sebenarnya, apa yang ingin kamu bicarakan?”Kiai Anam tertawa, sampai terkekeh-kekeh sendiri. “Sabar,

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-16

Bab terbaru

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (123) : Akhir Dari Sebuah Misteri (TAMAT)

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (123) Episode : Akhir Dari Sebuah MisteriBeberapa hari setelah Arumi melahirkan, Hamizan kedatangan seorang tamu spesial. Dia tiba di sana menjelang siang, bersama dua orang lelaki berbadan tegap, untuk menemui menantu Abah Bashori tersebut sambil membawa sesosok bayi mungil di dalam dekapan. Sosok khusus itu tidak lain adalah Pak Waluyo, bapak kandung Bella Aurora."Pak?" ucap Hamizan kaget bercampur heran. Seolah-olah tidak percaya melihat ketibaan orang tua tersebut di Tasikmalaya. Yang lebih menarik perhatian adalah tentang bayi mungil itu. 'Anak Bella-kah dia?' tanyanya seketika menduga-duga. "Silakan masuk, Pak."Hamizan menyalami ketiganya dan mengajak Pak Waluyo serta kedua orang itu tadi masuk ke dalam rumah."Ada apa ini, Pak? Bagaimana bisa tahu kalo saya ada di sini?" tanya Hamizan masih merasa heran dan bingung dengan kedatangan Pak Waluyo. Lanjut bert

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (122) : Arumi Melahirkan

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (122)Episode : Arumi MelahirkanBelum habis memikirkan kejadian misteri penabrakan tadi, tiba-tiba Arumi meringis kesakitan. Perempuan cantik berkulit putih bersih itu menyeringai sembari pegangi perut."M-maasss ….," lenguh Arumi memanggil suaminya.Hamizan menoleh dari arah pandangan pada sosok kendaraannya yang ditabrak tadi."Sayang? A-ada apa, Sayang?" tanya lelaki itu gelagapan. Dia memperhatikan raut wajah Arumi dan elusan di perut buncitnya. "Yaa Allah … k-kamu mau melahirkan?"Arumi menggelengkan kepala dengan bibir tidak berhenti mendesis. "Gak tahu, Mas. Perutku mules banget ini. Aduuhh … aashhh!" jawab Arumi kian menghebat serangan rasa sakit yang mendera perut. Seketika raut wajah perempuan itu berubah memucat disertai keringat mengilap di wajah."Yaa Allah ….!" seru Hamizan mulai panik dan segera memanggil Muzakir. "Kang, s-

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (121) : Arumi Terancam

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (121)Episode : Arumi TerancamHamizan tidak pernah tahu, ada persoalan apa di antara Bella dan Pak Waluyo. Sementara orang tua itu sendiri belum mau terbuka padanya.Timbul pertanyaan baru, jika saja benar seorang Bella telah berubah, lantas mengapa hubungan dengan bapaknya sendiri justru terkesan tidak harmonis? Bukankah sebelum itu mereka berdua terlihat akur. Setidaknya itulah yang dinilai di mata Hamizan. Namun suami Arumi tersebut tidak ingin mencampuri urusan internal keluarga Pak Waluyo. Terpenting sekarang, sikap Bella sendiri memang tidak seperti beberapa bulan sebelumnya.Baru saja babak kedamaian itu dirasakan oleh keluarga Hamizan, suatu ketika dia menerima sebuah panggilan telepon."Pak Waluyo ….," gumam Hamizan begitu memperhatikan nomor kontak yang tertera di layar. "Assalaamu'alaikum, Pak," ucapnya usai menekan ikon berwarna hijau."Wa'alaik

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (120) : Bella Berubah?

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (120)Episode : Bella Berubah?Semenjak pembicaraan mereka di pagi hari tersebut, sikap Bella terhadap Hamizan sedikit berubah. Tidak lagi mendayu-dayu sebagaimana biasa, tapi lebih lembut dan santun dalam bertutur kata serta sikap."Maaf, selama ini sikap aku mungkin gak berkenan buatmu, Hamizan. Saya sadari itu dan pastinya justru akan membuatmu makin merasa gak suka sama aku,'kan?" ucap Bella dengan suara datar. "Aku minta maaf. Itu semata karena aku terlalu menuruti kata hati. Terkadang, aku gak ngontrol tentang itu."Hamizan memang merasakan hal demikian, walaupun tidak sepenuhnya perempuan tersebut berubah drastis. Namun setidaknya, kini dia bisa sedikit bernapas lega dan tidak lagi harus didera ketakutan akan perilaku Bella yang sering terlewat batas.'Apakah benar Bella telah berubah? Apa karena ucapanku tempo hari itu?' Benak Hamizan pun dilanda tanda tanya

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (119) : Perlawanan Hamizan

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (119)Episode : Perlawanan HamizanSesuai perkiraan, ternyata memang benar adanya bahwa pada hari itu Azizah telah melahirkan seorang bayi mungil berjenis kelamin laki-laki."Maaf, Zakir gak sempet ngasih kabar ke rumah, Umi," kata Muzakir saat ditanyai oleh Umi Afifah. Dia ikut sibuk menemani dan mengurus kelahiran istrinya saat Arumi menelepon. "Baru mau dihubungi, eh … ternyata Umi sudah datang," lanjutnya kembali berkata sambil menatap Hamizan dan Arumi yang turut datang bersama-sama."Iya, gak apa-apa, Nak. Terpenting … Alhamdulillah … akhirnya Azizah sudah melahirkan dengan selamat," timpal Umi Afifah seraya tersenyum bahagia melihat cucu ketiganya.Sementara Azizah sendiri masih tergolek lemas di atas ranjang di samping Muzakir suaminya.Hamizan langsung mendekat dan memperhatikan bayi mungil yang sedang terbari

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (118) : Kecurigaan Seorang Istri

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (118)Episode : Kecurigaan Seorang IstriKini perasaan Hamizan sedikit agak lega setelah mencurahkan permasalahannya pada sang Mertua, Abah Bashori. Tidak lupa, dia juga menceritakan kepada orang tua tersebut bahwa khusus tentang kedua video yang dimaksud, belum akan diberitahukan kepada Arumi dengan alasan yang mendasari."Ya, Abah paham maksudmu, Nak. Tapi bukan berarti Abah mendukung usahamu itu," timpal Abah Bashori lebih lanjut. "Sebagai manusia, terkadang kita dituntut untuk gak terlalu jujur dalam bersikap. Abah ngerti kok, kamu ngelakuinnya karena satu sebab. Itu bagus. Hanya saja, suatu saat … kamu harus selalu terbuka pada keluargamu."Hamizan mengangguk pelan mendengarkan petuah mertuanya. "Satu hal lagi yang harus kamu tahu, Nak," imbuh kembali Abah Bashori, "Arumi itu … suka mencari-cari jalannya sendiri jika hendak mengetahui sesuatu. Dia anak pintar.

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (117) : Lelah Dalam Pasrah

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (117)Episode : Lelah Dalam PasrahTampak jelas sekali jika diperhatikan, sudut kamera yang bergerak-gerak mengambil gambar, itu—pasti—dilakukan oleh pihak orang ketiga. Tidak mungkin Bella melakukannya sendiri, karena posisi dia saat itu sedang (maaf) menindih tubuh Hamizan. Bahkan dengan sengaja mengarahkan mata lensa tepat pada pertautan area aurat inti mereka berdua.Hamizan langsung merasa syok. Tubuhnya gemetar dan langsung menutup layar ponsel.'Tidak mungkin, Yaa Allah. Ini tidak mungkin!' jerit lelaki tersebut pilu. Napasnya sampai terengah-engah sesak. Menyayangkan serta menyesali jika di antara dia dan perempuan tersebut, benar-benar telah terjadi perzinaan farji.Jadi benarkah akibat terjadinya aksi persebadanan tersebut, Bella mengalami kehamilan? Pikir Hamizan.'Dia benar-benar mengandung anakku ….,' membatin kembali suami Arumi tersebut.

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (116) : Teror Kedua

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (116)Episode : Teror Kedua"Kak Izah sudah harus tinggal di sini, Mas. Baru pembukaan tiga," kata Arumi begitu keluar dari ruang pemeriksaan, usai mengantar Azizah ke dalam. "Kita sendiri bagaimana sekarang? Apa ikut menunggu—""S-sebaiknya kita pulang saja sekarang, Dik," tukas Hamizan tampak gagap. Hal tersebut baru disadari oleh istrinya setelah posisi mereka berdua berhadap-hadapan.Sesaat Arumi mengamati raut wajah suaminya, di bawah terpaan cahaya lampu neon di ruang tunggu. Terlihat agak pucat dan tidak tenang berdiri menyandar di dinding."Kamu kenapa, Mas? Ada apa?" tanya perempuan itu ikut merasakan kekhawatiran atas sikap laki-laki yang teramat dia cintai tersebut. Sebentar Arumi menyapu pandangan ke sekeliling tempat. Tidak ada siapa pun terkecuali mereka berdua di sana. "Ada apa sih, Mas? Kamu melihat sesuatu?"Hamizan melirik, tapi hanya sesaa

  • Perempuan Bermahar Lima Miliar   Bagian (115) : Hubungan Hamizan dan Kiai Bashori Membaik

    PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (115)Episode : Hubungan Hamizan dan Kiai Bashori MembaikSelama berada di tengah-tengah keluarga Pondok Pesantren Al Ardul Basyariyah, sesekali Hamizan suka ikut terjun membimbing para santri. Hal tersebut sering diperhatikan oleh sang Mertua Kiai Haji Bashori, secara tidak sengaja pada awalnya. Sampai kemudian menyengaja mengintip serta mengawasi kegiatan menantunya itu. Bahkan pernah beberapa kali, suami dari Arumi tersebut didaulat untuk menjadi imam pada saat shalat Maghrib.Kiai Haji Bashori yang pada saat itu baru saja tiba dari bepergian di luar, sesaat terhenyak mendengar lantunan indah suara milik Hamizan membacakan kalam Ilahi.‘Masyaa Allah … sepertinya aku kenal sekali suara imam itu. Hamizan-kah?’ tanyanya di dalam hati. Sejenak laki-laki tua tersebut menajamkan telinga di antara barisan jamaah shalat. ‘Ah, benar … itu memang Hamizan menantuku.’Lantas

DMCA.com Protection Status