Roan keluar dari mobilnya, membantu Michael untuk memindahkan kursi roda sebelum Floryn menyadarinya. “Kakak,” rengek Nara menyembunyikan wajahnya dengan memeluk pinggang Alfred begitu melihat Floryn keluar bersama Natty datang membawa beberapa perlengkapan untuk piknik mereka hari ini. Nara senang bisa kembali melihat mantan perawatnya itu, disisi lain dia canggung mengingat perpisahan mereka dimalam itu tidak begitu menyenangkan. Nara sudah mendengar cerita Alfred mengenai alasan Floryn berhenti bekerja karena, Alfred mengatakan jika sebenarnya Floryn tengah sakit dan tidak bisa banyak beraktifitas.Karena cerita itu akhirnya Nara tidak lagi kecewa kepada orang tuanya, dia juga tidak lagi mempertanyakan mengapa Floryn ingkar janji kepadanya.“Tidak apa-apa Nara.” Alfred mengusap rambut Nara, dengan hati-hati dia menuntun adiknya itu untuk menghampiri Floryn.“Nona, apa kabar?” sapa Floryn tersenyum cerah menyambut kedatangan Nara.Nara tertunduk malu dan kembali bersembunyi meme
Emier berdiri di depan sebuah mimbar, berdiri diantara cahaya kerlap kerlip kamera terpusat kepadanya. Emier menatap keseliling dimana semua orang menunggu dia untuk memulai pembicaraan setelah hampir satu menit laminya berdiam diri.Tangan Emier terkepal kuat disisi mengumpulkan banyak kekuatan, Emier tidak memiliki catatan apapun untuk dibacakan. Emier tidak memiliki rencana apapun, dia hanya ingin menyampaikan permintaan maafnya kepada semua orang.Sekali lagi Emier mengatur napasnya sebelum memulai pembicaraan. “Selamat siang semuanya, terima kasih atas kedatangan Anda semuanya yang menerima undangan saya.”Emier kembali terdiam beberapa saat, matanya bergerak pelan melihat penjuru arah kamera, semua orang terdiam menatapnya dengan serius.Wajah Emier terangkat. “Saya tidak tahu harus memulai pembicaraan ini darimana. Satu-satunya hal yang paling ingin saya sampaikan kepada semua orang adalah, saya minta maaf, sungguh-sungguh minta maaf atas kekacauan fatal yang terjadi dalam wak
Melisa menggenggam handponenya dengan kuat, melihat berita yang kini tengah ramai membicarakan kasus pembunuhan lima tahun lalu.Setelah selesai memberitahu identitas Floryn kepada keluarga Morgan, Melisa memutuskan terbang ke Hawai untuk liburan dan menenangkan diri selama beberapa hari, berpikir bahwa kembalinya nanti dari tempat liburan, keluarga Morgan akan menghubunginya dan menyesali pembatalan pertungan Melisa dengan Alfred.Berharap bahwa kabar putusnya hubungan dia dan Alfred hanya akan menjadi berita miring semata dikalangan orang-orang kelas atas karena mereka akan kembali bersama dalam waktu dekat.Alih-alih disambut oleh sesuatu yang menyenangkan, kini justru Melisa geram oleh kenyataan yang tidak sesui dengan rencana. Dia telah tertinggal banyak berita mengenai keluarga Floryn dan kebenaran bahwa dia adalah seorang korban salah tangkap.Pupus sudah harapan Melisa yang ingin menjadi pahlawan untuk keluarga Morgan.Apa lagi yang harus Melisa lakukan untuk bisa mengambil
Alfred masih berdiri di sisi danau, sibuk dengan handponenya dan berbicara dengan seorang kenalan yang memberi kabar bahwa dia telah menemukan dokter yang Alfred cari. “Beri saya kepastian sekarang jika Anda sudah melihat catatan medisnya,” pinta Alfred dengan penuh harapan, Alfred tidak dapat menunggu karena dia akan mencari dokter lain yang bersedia untuk menolong Floryn secepatnya.“Kerusan sel saraf diotaknya memang tidak dapat disembuhkan kembali, saya juga tidak menjamin jika dia akan akan sembuh sepenuhnya, namun saya berjanji bisa membuat dia bertahan hidup melebihi satu tahun lamanya.”Alfred mengusap keningnya dengan penuh tekanan, satu tahun yang dijanjikan akan kehidupan Floryn sangatlah berharga untuk Alfred. “Apa Anda serius?”“Saya serius.”“Apakah sau tahun yang Anda janjikan akan menyakiti Flo dengan alat medis ditubuhnya?” tanya Alfred lagi.“Benar, dia akan mengenakan alat medis untuk menunjang hidupnya.”Alfred meringis sedih, dia sangat ingin Floryn terus panjan
“Apa yang harus aku lakukan agar kau lebih bahagia dari hari ini?” tanya Alfred degan nada bergetar seperti menahan kesedihan.Alfred putus asa dan merasa segala hal yang dia miliki menjadi tidak ada artinya lagi, dia sangat ingin melihat Floryn hidup lebih lama lagi, disisi lain dia benci memikirkan Floryn harus hidup dengan kesakitan yang lebih lama lagi karena alat medis yang terpasang ditubuhnya.Alfred mendesah frustasi, tidak tahu harus dengan cara apa sebenarnya dia malakukan sesuatu untuk Floryn. “Katakan padaku Flo, aku mohon, aku akan memberikan semua yang kau mau jika itu bisa membuatmu bahagia,” bisik Alfred.Kening Floryn mengerut samar, entah mengapa Alfred bertanya seolah dia masih memiliki banyak kekurangan dalam membahagiakan Floryn.Sepertinya Alfred tidak sadar, sesungguhnya hanya dengan menerima perlakuan baik dari orang-orang disekitar Floryn, dia sudah merasa begitu bahagia. “Kau tidak perlu berusaha lebih banyak lagi untuk membuatku bahagia Alfred. Ini semua su
Floryn duduk meringkuk di sisi danau tengah menjemur diri dengan pakaian baru, sementara Nara tengah mencuci buah yang baru dipetiknya lagi di danau.Tiga puluh menit sudah Floryn duduk, dengan sempurna dia menyembunyikan keadaannya dari Alfred hingga penglihatan dan ingatannya perlahan kembali. Floryn memeluk erat lututnya yang menekuk, kini dia tinggal menunggu waktu kakinya kembali mendapatkan kekuatan agar bisa berjalan.Wajah Floryn terangkat melihat matahari yang kini sudah menuju kea rah barat, perasaannya campur aduk memikirkan malam akan segera datang kurang dari lima jam lagi.Hari ini sangat luar biasa untuknya, namun Floryn khawatir menghadapi hari esok.Floryn takut dikalahkan oleh penyakitnya..Michael mengeliat terbangun dari bawah pohon apel, pria itu melirik Floryn yang tengah menjemur diri sambil memperhatikan Nara yang tengah bermain air, sementara Ali dan Roan masih senang menghabiskan waktu mereka ditengah danau dengan pemancing.“Kau sudah selesai bersenang-sen
“Flo, kau mau kemana?” tanya Julliet melihat Floryn keluar.Seluruh tubuh Florynn gemetar berdiri dalam ketegangan, kaki kecil berjalan dengan langkah yang berat dan napas tidak beraturan, pandangan mata Floryn tidak teralihkan pada sosok Kjanet yang kini berhenti berbicara begitu melihat kehadirannya.Kjanet mendekat dengan kebingungan sekaligus senang, gadis yang ingin dia temuinya kini berada dihadapannya.Floryn mendengus sedih, perasaannya campur aduk tidak karuan. Semakin jelas dia melihat sosok Kjanet, rasa sakit semakin kuat menusuk dadanya.Ini seperti mimpi untuknya.Ini bukan sebuah kebetulan yang bisa Floryn terima dengan sepenggal penjelasan. Bukan sebuah kebetulan yang bisa Floryn maklumi dan dia biarkan begitu saja.Didunia ini mungkin ada ribuan lelaki yang bernama Alfred. Tetapi, Alfred Morgan adalah satu-satunya orang yang memiliki hubungan dekat dengan Kjanet. “Flo,” panggil Kjanet dengan senyuman.Tangan Floryn terkepal kuat sampai buku jarinya memutih, matanya be
Satu persatu barang pribadi Emier telah dimasukan ke dalam beberapa koper. Sepanjang hari ini Emier berbenah karena harus segera pergi meski atasannya mengizinkannya untuk tetap tinggal sampai akhir tahun.Emier malu untuk menerima kebaikan yang diberikan negara setelah dia mempermalukan institusi tempatnya bekerja.Setelah melakukan konferensi pers untuk meminta maaf dan mengundurkan diri, Emier menyelesaikan tugas terakhirnya dengan melakukan tanda tangan pelepasan jabatan. Emier memilih pulang menggunakan taksi usai berpamitan pada Andy yang selama ini telah menjadi ajudannya lebih dari delapan tahun lamanya.Emier tidak peduli dengan apapun pandangan public sekarang kepada dirinya, satu-satunya hal yang kini Emier pikirkan adalah meminta maaf kembali kepada Floryn.Memang sudah terlambat untuk Emier menyesali perbuatannya, namun dia tidak ingin menyerah untuk memperbaikinya.Pandangan Emier mengedar melihat penjuru arah dengan napas yang sesak, kini semua barangnya sudah selesai d
Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl
Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu
Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik
Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan
Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah
Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha
Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn
Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi
Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s