“A-apa? Tut u tuan muda? Tu tuan ingin menikahi Flo?” tanya Piper mendadak gagap.“Mereka diam-diam menjalin hubungan.”Piper menutup mulutnya dengan bekapan menahan teriakan terkejutnya., sudah hampir satu bulan Floryn bekerja dengan keluarga Morgan, setiap jam bekerja Piper selalu berkeliling dan tidak menemukan tanda apapun.Apa yang sudah Piper lewatkan selama ini sampai dia tahu diam-diam tuan mudanya justru mencintai perawat adiknya sendiri?Piper menepuk pipinya beberapa kali, berusaha menyadarkan diri bahwa kini dia tidak sedang tidak terjebak dalam halusinasi buku cerita dongeng Cinderella.Steve mengusap keningnya dengan pijatan, dia sendiri sedang dibuat pusing oleh keinginan Alfred yang kali ini sepertinya akan sulit untuk dihentikan. Steve tidak akan mempermasalahkan pilihan Alfred, hanya saja keinginannya terlalu terburu-buru.Wanita pilihan Alfred harus sekolah dan mendapatkan pernan penting. Ada kelas perbedaan yang sangat mencolok dan memantik orang-orang akan berko
Rerumputan tumbuh tinggi tersapu oleh kuningnya sinar matahari sore yan akan terbenam, hamparan bunga liar poppy dan blue irish tumbuh dengan baik saling bercampur.Ber alaskan sehelai kain, Floryn duduk memeluk lututnya di atas bukit, melihat kesibukan dermaga kota North Emith yang mana kapal-kapal tengah berlayar diantara suara ombak dan nyanyian burung camar.Hangat sinar matahari sore memeluk Floryn dari dinginnya angin yang berhembus.Floryn tidak tahu dengan apa yang kini tengah dia lakukan di tempat ini, namun dia senang dan damai.Lembaran buku bergerak terbuka membuka halaman-halaman yang penuh dengan rangkai kata.Floryn melihatnya dengan serius.Itu adalah buku favoritnya, buku yang telah ayahnya belikan sebagai hadiah karena Floryn telah menjuarai olimpiade tahunan es kating beberapa bulan lalu.Meski itu buku favoritnya..Tapi, Floryn ingin membaca buku baru yang asing dengan lembaran baru yang tidak terduga. Loryn tidak mau membaca buku sama untuk kedua kalinya karena d
Pembicaraan yang terjadi di kamar mandi ternyata masih membuat Floryn canggung, tidak berani untuk memulai percakapan lagi bahkan ketika dia menyiapkan sarapan untuk Alfred. Floryn takut Alfred kembali membahas soal pernikahan.Keduanya hanya saling melihat dan membuang muka tidak berani memulai pembicaraan, berkelut dengan pikiran masing-masing yang memiliki dua arah keinginan berbeda.Alfred percaya bahwa didunia ini masih ada keajaiban, mungkin diagnose dokter tidak tepat sasaran dan Floryn dapat hidup berpuluh-puluh tahun. Akal sehat Alfred tidak pernah berpikir bahwa pernikahan yang dia inginkan tidaklah didasari oleh penyakit yang telah diderita Floryn, Alfred ingin menikahi Floryn karena dia mencintainya. Tetapi insting Alfred tidak dapat menghindari ketakutan bahwa dia akan kehilangan gadis itu.Alfred mulai takut, saat dia menghadapi hari baru, dia tidak dapat melihat sosok Floryn lagi.Tidak dapat mendengar suaranya, tidak dapat memeluknya, tidak dapat melihat senyumannya
Lembaran kertas lusuh dimasukan ke dalam sebuah map, kertas-kertas itu adalah catatan penting milik Floryn yang disengaja tidak diberikan ke kantor polisi. Floryn menulis catatan itu selama di penjara.Catatan itu tentang hari-hari penting yang Floryn lalui dikala dia mendapatkan kesulitan oleh tindakan orang-orang jahat disekitarnya. Floryn menulis menulis lengkap pekerjaan dan nama pekerja lapas yang sering membawa paksa tahanan wanita untuk dijadikan wanita penghibur untuk sipir.Floryn ingin public sendiri yang melacak identitas petugas lapas didalam penjara yang selama ini bertinda amoral. Floryn sudah memperhitungkan setiap balasan yang harus orang-orang terima ketika mereka menyakitinya.Selembar photo yang sudah pudar berada di lipatan lipatan paling bawah.Photo itu Floryn dapatkan dari rumah dinas kejadian Abra meninggal. Photo masa kecilnya yang tengah merayakan ulang tahun ke tujuh bersama keluarganya yang pernah harmonis. Itu adalah satu-satunya photo yang bisa Floryn s
Berkat bantuan Julliet dan Roan yang cepat tanggap, akhirnya Rachel dapat dibekukan ditempat dalam keadaan terluka cukup parah, wanita itu memberontak dengan teriakan meminta dilepaskan begitu kedua tangannya terborgol.Floryn berdiri dalam ketegangan, melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaiamana kini Rachel diseret dengan kasar oleh dua orang polisi.Floryn mengusap sikunya dengan penuh tekanan, seluruh kulitnya meremang sakit teringat bagaimana dimalam itu, dia juga mengalami hal yang sama. Bedanya, saat malam Floryn ditangkap, disaksikan oleh banyak orang dan disoraki pembunuh.Rachel cukup beruntung, karena penangkapannya tidak menjadi bahan tontonan. Wajah Rachel berlumuran darah yang mengering, dengan sisa-sisa tenaganya wanita itu memberontak menatap Floryn dengan begitu tajam penuh kebencian. Dibandigkan menyesal, Rachel semakin marah dan tidak terima menerima kenyataan bahwa kini keberuntungan sudah tidak lagi berpihak padanya. Floryn telah mengalahkannya…“Apa kau sen
“Aku tidak salah, kenapa kalian menangkapku? Kalian salah orang!” teriak Issabel memberontak sekuat tenaga sampai tongkatnya terjatuh ke lantai. “Lepaskan aku, aku tidak melakukan kejahatan apapun!” jerit Issabel menolak untuk masuk ke dalam mobil.Dengan kuat Issabel didorong masuk ke dalam sampai tubuhnya tersungkur.“Apa kalian sudah gila! Aku tidak bersalah, kenapa diperlakukan seperti ini!” jerit Issabel mulai menangis, kakinya bergerak memberontak tetap berusaha keluar dan melepaskan diri.“Tutup mulutnya.”Seseorang langsung melakban mulut Issabel agar wanita itu tidak membuat keributan.“Diam!” teriak seorang lelaki membentak dan memaksa Issabel melihat ke sisi, melihat keberadaan seorang lelaki yang kini tengah babak belur tidak sadarkan diri. Dia adalah teman mucikarinya Issabel.Dada Issabel bergerak naik turun menahan tangisan, pupil matanya membulat sempurna melihat keberadaan Dany ada di kursi belakang dengan keadaan terluka parah.“Lihat dia, dia teman dan adikmu. Jika
Kerlap kerlip cahaya kamera memudarkan pandangan Floryn, dengan tangan gemetar di bawah meja dia meremas kuat permukaan pakaianna menyalurkan kegugupan dan takut yang meningkat.Seorang pengacara mulai membuka konferensi pers, menjelaskan detail permasalah yang kini tengah hangat diperbincangkan. Salah satu pengacara yang mendampingi Floryn mulai angkat bicara memberitahukan poin-poin yang sekarang ingin Floryn capai setelah Rachel ditangkap hari ini dan langsung ditetapkan sebagai tersangka.Sampai pada akhirnya sesi tanya jawabpun dimulai.Floryn yang gugup beberapa kali harus mengatur napas menguatkan diri untuk bisa menjawab apapun yang ditanganyakan karena ini adalah kesempatan untuk dirinya berbicara.Seorang pria paruh baya mengangkat tangannya memperkenalkan diri sebelum akhirnya mengajukan sebuah pertanyaan. “Nona Floryn, apakah Anda sudah pernah berkomunikasi dengan ayah Anda setelah keluar dari penjara?”Floryn menggeleng malu, terlalu menyakitkan untuknya memberitahu jika
“Apa kau pernah bertemu dia sebelumnya?” tanya Roan penasaran, melihat kepergian Daia usai memberikan kartu namanya kepada tim pengacara Floryn.“Aku juga baru pertama kali melihatnya,” jawab Floryn dengan jujur. “apa dia terkenal? Orang-orang terlihat berantusias kepadanya.”“Dia pengacara senior yang terpandang, suatu keberuntungan besar kau memiliki dukungan dari orang sehebat dia,” jelas Roan memberitahu.Seketika Floryn tersenyum. “Pengacara yang mendampingiku hari ini juga hebat, aku sangat bersyukur kau telah mempercayakan aku kepada mereka.”Bibir Roan menekan tidak dapat tersenyum selepas Floryn, sepanjang konferensi pers berlangsung, Roan menyadari jika kondisi kesehatan Floryn semakin memburuk, ketenangan palsu Floryn begitu mengkhawatirkannya. Butuh waktu lama untuk Floryn bisa menjawab pertanyaan, suaranya yang bergetar terdengar begitu kesulitan untuk menyelesaikan setiap kalimat yang ingin dia sampaikan.Roan sangat khawatir, penyakit Floryn akan datang dan menyerang
Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl
Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu
Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik
Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan
Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah
Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha
Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn
Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi
Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s