“Maaf Nyonya, kesalahan apa yang telah saya buat hingga saya dipecat?” bisik Floryn memberanikan diri bertanya.“Kesalahan apa katamu?” Nathalia menaikan nada suaranya dan menunjuk mata Floryn. “Kau telah membohongiku, aku sudah tahu semuanya sekarang. Kau seorang mantan narapidana, kau seorang pembunuh anak kecil dan kau seorang penjahat berbahaya! Putriku tidak sepantasnya didampingi oleh pembunuh!”Tangan Floryn terkepal kuat, dadanya terasa cukup sesak untuk bernapas sampai seluruh darah dinadinya membeku mendinginkan sekujur tubuhnya.Floryn sudah tahu dengan risiko yang akan terjadi atas kebohongan yang telah dia buat, apa yang terjadi hari ini adalah bagian dari konsekuensi kebohongannya untuk mendapatkan pekerjaan, hanya saja Floryn tidak menyangka jika hatinya akan sesakit ini.Semua orang yang ada di kediamana keluarga Morgan memperlakukannya dengan baik selayaknya manusia. Karena itulah, kini Floryn merasa patah hati kala kebaikan yang sangat membahagiakan akhir-akhir ini
Floryn menyandarkan bahunya pada pintu mobil, gadis itu termenung melihat setiap pemandangan yang terlewat dengan pikiran yang tidak berada di tempatnya. Bulu mata panjangnya bergerak lembut meneduhi sepasang mata yang kini gelap terselimuti banyak luka.Masih bisa Floryn rasakan sisa-sisa sakit yang bersarang di dalam dada meski dia sudah pergi menjauh dari kediaman keluarga Morgan.Floryn akan merindukan rumah itu..Merindukan keberasamaan yang telah menghangatkan jiwanya yang selama ini selalu kesepian, merindukan keramaian canda tawa orang-orang yang bekerja, merindukan omelan Felix yang akan melempar pisau jika seseorang menyisakan makanan mereka.Sepertinya, keputusan untuk dia pergi dari kota ini setelah masalahnya selesai adalah keputusan yang tepat.Tangan Floryn saling bertautan dipangkuan, gadis itu menarik napasnya dengan sesak, air mata kembali lolos membasahi pipinya.“Berhenti disini,” pinta Floryn dengan suara yang serak.Ali melihat spion untuk memastikan keadaan Flo
Alfred duduk diantara kedua orang tuanya yang kini tengah menunggunya untuk berbicara. Ketenangan yang tidak terbaca pria itu membuat Nathalia dan Steve terlihat cemas, sudah cukup sering mereka mengalami situasi seperti ini.Semakin tenang Alfred, maka ledakan masalah yang akan mereka dengar semakin besar.Alfed menarik napasnya dalam-dalam, jarinya bergerak lembut mengusap permukaan kain celananya memikirkan kata apa yang harus dia mulai untuk bercerita.Selama ini Alfred diam karena tidak ingin Floryn terlibat lebih banyak masalah. Alfred sempat berencana untuk mengatakannya setelah masalahnya selesai dan memasukan Floryn ke dalam sekolah agar perbedaan status mereka tidak terlalu mencolok.Alfred tidak menyangka jika Melisa akan datang dan memberitahukan segalanya. Masalah tidak cukup sampai disana, Alfred juga baru mengetahui keadaan penyakit Floryn yang memungkin dia tidak dapat melanjutkan sekolahnya.Alfred harus fokus pada masalah hukum Floryn dan kesehatannya.“Apa yang ing
Nathalia mematung dengan napas tertahan didada, pupil matanya melebar, pengakuan Alfred kian mengguncangnya dan membuat seluruh tubuhnya sakit.Tidak mungkin putranya mencintai wanita yang bermasalah. Mengapa diantara sekian banyak perempuan hebat yang Alfred kenal didunia ini harus Floryn yang berhasil membuatnya jatuh cinta?Seorang perempuan yang memiliki kehidupan rumit, keluarga yang bermasalah dan ini akan menjadi sasaran empuk semua orang untuk menjadikannya skandal besar.Hati Nathalia sesak, tersadar jika ternyata selama ini, selama Floryn menjadi perawat Nara, dia diam-diam memiliki hubungan khusus dengan putranya. “Alfred! Jangan berbicara macam-macam!” teriak Nathalia marah.“Aku hanya berbicara satu macam, aku mencintai Floryn. Apa itu tidak cukup jelas untuk Ibu?” tanya Alfred tidak terpengaruh oleh kemarahan ibunya yang tidak terima.“Ya Tuhan, kepalaku,” erang Nathalia memijat belakang kepalanya merasakan urat-uratnya mulai menegang karena emosional yang tidak bisa d
Emier mengusap keningnya sedikit panas, kepalanya pening karena tengah banyak pikiran. Emier sama sekali tidak mengerti mengapa kasus lima tahun lalu harus kembali melakukan penyelidikan ulang. Apa ini ada hubungannya dengan kedatangan Floryn tadi pagi? Lantas apa yang mendasari untuk melakukan penyelidikan ulang ketika pengadilan sudah ketok palu menyatakan Floryn tersangka tunggal dan menghukumnya lima tahun dipenjara.Emier sudah cukup sangat lelah dengan masalahnya sendiri yang tengah dihadapi, perceraiannya dengan Issabel dan penangkapan yang akan segera dilakukan. Penangkapan Issabel akan menjadi skandal yang sangat memalukan jika itu terjadi Emier belum menceraikannya.Emier tidak ingin menambah masalah, apalagi harus kembali mengorek luka lama yang sampai detik ini sulit untuk dia smebuhkan. Anehnya, jika ini tidak begitu penting mengapa seorang peminpin satuan reserse dan criminal sendiri yang datang kepadanya hingga membawa dua orang ajudannya?“Tampaknya laporan itu sanga
“Dimana Flo?” tanya Alfred.“Beliau ada di kamarnya,” jawab Natty tesenyum menyambut kedatangan Alfred yang langsung menanyakan keberadaan Floryn, “Tuan Muda.”Langkah Alfred terhenti, melihat Natty yang telah memanggilnya. “Ada apa Natty?”“Tadi Flo mimisan dan sepertinya keram. Sebaiknya Anda membujuknya untuk segera memeriksa keadaannya,” cerita Natty dengan ragu-ragu.Wajah Alfred menggelap, dengan terburu-buru dia berlari pergi ke kamar.Dari waktu ke waktu, kekhawatiran Alfred semakin membesar, Alfred sangat takut, kekhawatiran itu akan menjadi sebuah ledakan yang tidak dapat dihindarkan seperti sebuah bom waktu.Hari ini Alfred tidak segera datang menemui Floryn karena dia ingin memberi waktu dan ruang untuk Floryn menenangkan diri setelah kejadian tidak menyenangkan yang harus dia hadapi di rumahnya.Kini, sudah tidak ada waktu lagi untuk Alfred berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi pada penyakit Floryn. Apapun caranya Alfred harus berhasil membawa Floryn pergi ke rumah sak
“Duduklah Alfred,” pinta Edith memanggil.Dengan berat Alfred duduk, menghadap Edith yang terhalan meja. Tangan Alfred terkepal kuat dibawah meja, melihat kecemasan Edith yang kini melihat setiap hasil dari CT scan kepala, beberapa hasil rontgen hingga hasil sinar X yang mendeteksi keadaan mata Floryn yang telah dikirimkan oleh dokter-dokter spesialis.Sejujurnya pada saat pertama kali bertemu dengan Floryn, Edith tidak memikirkan apapun karena ketenangannya. Edith terkejut begitu sadar jika ini bukanlah sebuah permasalah yang sederhana. Pasiennya tidak hanya sakit, dia juga korban kekerasan.“Katakan saja,” pinta Alfred dengan napas memberat menguatkan diri untuk mendengarkan apapun yang akan diucapkan oleh teman baik ayahnya itu.“Ini sangat buruk Alfred,” bisik Edith memberitahukan.“Aku akan mendengarkannya.”“Sel saraf otaknya yang rusak tidak langsung menyerang sumsum tulang belakangnya yang mempengaruhi motoriknya, tapi sel sarafnya lebih dulu menyerang sebagian mata, teling
“Rachel!” panggil Oscar dari dalam kamar apartementnya.Rachel yang tengah memasak segera mematikan kompornya dan melepakan celemek. “Ada apa?” tanya Rachel.“Lihat ini!” tunjuk Oscar menunjukan forum grup perusahaan yang kini penuh dengan photo dan video tidak senonoh Rachel yang dulu sering dia kirimkan kepada Kurt setiap kali menggodanya.“Lihat baik-baik!” perintah Oscar menaikan nada suaranya begitu menunjukan photo porno Rachel bersama Kurt.Pupil mata Rachel terbelalak, sekujur kulitnya menggigil, wanita itu menutup mulutnya dengan bekapan kuat.“Satu perusahaan sudah mengetahuinya!” teriak Oscar marah “kau bilang hanya hubungan biasa, kau pikir ini disebut biasa Rachel? Kau pelacur yang telah merusak rumah tangga atasanmu sendiri!”“Oscar..” bisik Rachel tidak mampu melanjutkan ucapannya.“Cukup Rachel, sebaiknya kau pergi dari apartementku malam ini juga. Aku tidak ingin terlibat masalah apapun denganmu.”“Dengarkan penjelasan aku dulu!” teriak Rachel panik.“Aku bilang kelua
Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl
Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu
Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik
Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan
Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah
Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha
Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn
Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi
Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s