Kamar William adalah yang paling besar di rumah besarnya. Kamar itu terletak di tengah-tengah, dikepung ruangan-ruangan dengan berbagai fungsi.
"Wah!" Prisilla berseru kegirangan begitu masuk ke dalam kamar William dan Amanda.
Ranjang berkanopi terletak di tengah kamar. Di sisinya ada dua lampu yang masih menyala. Ada satu set sofa yang bisa digunakan bersantai di sebelah kanan ranjang. Di sebelah kanan ada karpet bulu dengan perapian otomatis. Di belakang kepala tempat tidur terdapat pintu menuju kamar mandi yang besarnya sama dengan kamar Amanda sebelumnya.
"Tempatnya menyeramkan," gumam Amanda tidak merasa bangga dengan kamar yang di miliki.
Prisilla yang mendengar gumaman tersebut mencubit pinggang Amanda hingga terpekik.
"Kadang-kadang aku heran padamu, kenapa sama sekali tidak bersyukur dengan apa yang sedang didapat!"
Amanda mencebik. Ia tidak mendapatkan apa-apa. William memang berada dengannya di kamar yang sama tapi, sama sekali ti
William cukup kaget dengan kemarahan yang ditunjukan Amanda padanya. Ia sebenarnya sama sekali tak masalah jikalau seadainya Amanda mengatakan sesuatu semacam kemandulan padanya. Ia memang belum ingin memiliki anak. Tidak saat ini, di mana nyawanya sendiri kesulitan untuk diselamatkan.Usianya sekarang tiga puluh tahun. Pada usia yang sama yang Ayah telah mengalami kecelakaan dan meninggal. Sejak saat itu William telah mewarisi semua kekayaan keluarga Derrian. William percaya kecelakaan ayahnya merupakan sebuah konspirasi. Ia mulai menyadari itu saat ibunya pelan-pelan menjauh darinya. Wanita itu bukannya mempercayai William yang merupakan anaknya, malah menyerahkan saham perusahaan miliknya dikelola orang lain. Orang lain yang datang tiba-tiba dan mengambil hati ibunya dengan cepat. Saham itu akhirnya diambil alih oleh William sendiri untuk keamanan sang ibu. Butuh kerja keras untuk merebut saham tersebut.“Kalau begitu aku akan pergi!” Amand
Hari masih belum malam, tetapi William telah mengirimi Stefani pesan. Pasti terjadi sesuatu lagi di rumah besar keluarga Derrian. Anehnya, William tidak mau meninggalkan keluarga yang pemikirannya sudah sakit itu.Stefani: Baiklah! Di tempat biasa, kan?William tidak lagi menjawab. Namun, Stefani yakin kalau William sudah membaca pesannya. Ia juga tak sabar bertemu dengan pria yang mencuri hatinya sejak pertama kali bertemu di masa kecil itu. Pria yang bersikap acuh tak acuh dengan sekitar, tapi pada kenyataan amat sangat baik. Pria yang terus-terusan terluka karena perlakuan ibu kandungnya yang dipengaruhi.“Anda terlihat sangat senang Nona Stefani!” Asistennya menyapa saat lewat dengan gantungan baju yang pakaiannya telah terjual di bagian depan butik.“Karena ada hal yang menyenangkan tentunya! Apa semuanya baik-baik saja di depan?” tanya Stefani. Ia tidak suka ada seseorang yang mencoba membaca apa y
“Eh, tidak ada?”Amanda mengerjap dan menatap Azzar tidak percaya. Pria tua itu mengeleng dan mengatakan kalau William pergi dengan tergesa-gesa. “Jika ada hal yang mendesak, sebaiknya telepon saja Nyonya … Tuan pasti akan mengangkat panggilan dari Anda lekas!”Amanda membayangkan dirinya menelepon William dan meminta maaf. Pasti akan terasa tak sopan. “Tidak, Pak, saya hanya mau mengajak makan malam bersama!” alasannya.Padahal sejak berada di rumah besar William, mereka selalu makan maam bersama. Sebuah alasan yang aneh memang, tetapi Amanda tidak bisa memikirkan hal lain lagi. Prisilla mencubit pinggangnya tanpa ampun, laku kabur lebih dulu dibandingkan Amanda.“Kalau begitu, saya permisi, Pak,” kata Amanda pamit.Mereka saling kejar-kejaran menuju kamar utama yang kini ditempati Amanda dan William. Prisilla melompat ke atas ranjang dan tergelak melihat Amanda yang muncul dengan wajah masam.
Amanda memeriksa dadanya karena tidak percaya. Detak jantungnya keras sekali sampai-sampai ia tak mendengar dengan jelas perkataan William padanya. Napas William membuat kulitnya berdenyut pelan seperti memiliki jiwa sendiri. Pelukan William membuanta kesulitan bernapas. Walau begitu Amanda sama sekali tidak mau William menjauh darinya.“Kenapa kamu sampai minum sampai mabuk jika tidak bisa?” Di dalam tengorokannya, Amanda bisa merasakan suaranya gemetar.William mengeliat dan mengecup kulit leher Amanda yang tak tertutupi. Hangat dan basah, membuat jantung Amanda seperti meloncat. Ia pasti wanita paling mesum di dunia karena menginginkan William melakukan hal yang lebih dari itu.“Karena jika sadar aku tidak tahu cara menghadapimu!” kata William.Amanda bertanya-tanya kenapa begitu. Ia tidak menyeramkan> Ia menilai William yang lebih sering membuatnya ketakutan. Sikap dingin dan emosi William yang kadang meledak membuatnya meri
William mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Seluruh tubuhnya seperti habis tabrak truk, sakit. Kepalanya terlebih lagi. Pandangannya sempat berkunang-kunang saat bangun tadi. Ia tak ingat bagaimana caranya pulang semalam. Jelas kalau Stefani yang sudah mengantarnya.Begitu ia menguasai diri, William menarik punggungnya untuk tegak dan menyadari hanya mengenakan celana dalam saja. Ia tidak ingat pernah membuka pakaian seluruhnya. Ia juga yakin tidak punya kebiasaan tidur telajang.Apa aku muntah semalam? William bertanya-tanya sambil menyeret dirinya ke tepi ranjang.Belum sempat menjejakan kaki untuk bisa pergi ke kamar mandi, pintu terbuka dan Amanda masuk dengan nampan. “Sudah bangun?” tanya wanita yang dinikahinya itu sambil tersenyum.Ia tak yakin dengan penglihatannya sendiri. Pasti efek minuman keras yang sebelumnya diminum masih tersisa. Masalahnya bukan itu saja. Ada keinginan aneh yang mendorong William untuk memeluk Amanda, menempatkan wanita itu di dalam pangkuannya.“A
Tidak terjadi apa-apa!Harusnya William senang mendengar hal tersebut meluncur dari mulut Amanda. Sayangnya, ia sama sekali tak senang. Ia mengutuk otaknya yang meminta kejadian yang tak diinginkan terjadi. Ia penasaran apa yang membuat dirinya yang mabuk bertengkar dengan Wyatt. Lalu, ia juga yakin kalau Amanda merahasiakan sesuatu darinya. Ia penasaran apa itu.“Apa aku boleh pergi ke tempatku bekerja?” tanya Amanda hati-hati padanya.William menyipitkan mata Seingatnya mini market tempat Amanda bekerja tersebut telah dibeli dan alih namakan menjadi milik Amanda. Sudah hampir tiga bulan hal itu terjadi, seharusnya keuntungan dari penjualan di mini market telah masuk ke rekening yang dibuat atas nama Amanda.“Tentu saja. Tapi, aku tidak terlalu suka kalau kamu memakai pakaian para pekerja juga. Bisakah kamu ke sana hanya sebagai perwakilanku saja? Aku akan meminta Inel untuk menemanimu!”Dilihatnya Amand
Amanda berencana mengajak Prisilla pergi bersamanya tadi. Namun, ia mengurungkan niatnya itu. Setelah berhasil membuat Prisilla meloncat-loncat kegirangan menceritakan bagaimana magangnya yang hanya beberapa jam setiap hari kini membuahkan hasil, Prisilla kembali ke kamar karena mendapat telepon dari kedua orang tua dan kakaknya. Pasti akan butuh waktu untuk menceritakan semua kegembiraan yang dirasakan Prisilla dan mendengar temannya itu demikian senang karena akan berpisah membuatnya sedih.Amanda tahu kalau Prisilla sama sekali tidak bermaksud demikian. Namun, ia tetap saja sedih. “Selamat pagi, Nyonya! Tuan Azzar meminta saya bersiap untuk menemani Anda!” kata Inel menyambutnya dengan sopan di depan pintu keluar. Inel hanya beberapa tahun saja lebih muda dari pada Amanda. Begitu lulus dari SMK jurusan perhotelan, gadis itu bekerja direkrut Azzar dan masih bekerja bersama William sampai sekarang. Amanda pernah berusaha berbincang dengan Inel. Akan tetapi, sama halnya saat bicara
Berani-beraninya bocah ingusan itu mengancamku!Jari-jari keriput Wyatt terkepal menahan amarah. Ia tidak peduli dengan Esme, sang istri yang memandangnya dengan kebingungan. Ia menusuk-nusuk makanannya dengan garpu, membayangkan kalau itu adalah wajah William.“Wyatt … apa ada masalah?” tanya Esme padanya.Berkali-kali Wyatt tergoda untuk mengatakan sesuatu yang kejam pada Esme. Namun, ia telah membuat rencana yang amat sangat terperinci hingga saat ini. Hal yang melenceng adalah dengan lumpuhnya Esme dan kemudian selamatnya William saat itu. Andai saja kebalikannya yang terjadi, pasti putra Wyatt dan Esme yang akan mengambil alih harta milik Derrian.Wyatt berdehem, mengatakan pada hatinya bahwa ia hanya perlu bersikap baik pada Esme sedikit lagi saja. Saat Amanda, menantu Esme kemudian telah hamil. Ia bisa mengirim Esme ke sisi suami pertamanya dan William juga ke tempat kakek yang amat menyayanginya.“TId