“Halo Ren, ada apa?” sapa Diana saat dia menerima panggilan telepon dari Irene.“Tante ....”Irene menangis mendengar suara Diana. Dia ingin menceritakan apa yang terjadi padanya dengan sangat dramatis.Diana yang mendengar calon menantunya menangi, jadi semakin panik. Dia terus saya memanggil nama Irene yang sepertinya tidak mendengar suaranya karena sibuk menangis.“Ren, kamu kenapa? Kamu kenapa?” panggil Diana yang kini semakin panik.“Tante ... Sandra, Tante. Sandra dateng ke rumah,” ucap Irene pelan sambil terisak.“Apa! Sandra balik ke rumah? Mau apa lagi dia, hah!” Diana emosi.“Dia ngusir Irene, Tante. Dia sok banget tadi dateng ke sini.”“Kurang ajar anak itu. Dia ngapain emangnya tadi?”“Dia marah-marah trus dia bahkan sampe hina-hina Irene, Tan. Sakit hati rasanya Irene, Tan. Bahkan bukan cuma marah-marah aja, tapi ....” Irene sengaja menggantung kalimatnya.“Tapi apa?”“Tante ... huhuhu ... Sandra dorong Irene, Tan. Sekarang Irene harus istirahat total. Kandungan I
“Wati ... gimana sama Sandra? Apa dia beneran mau tinggal di sini?” tanya Irene ingin tahu.Wati meletakkan piring yang sejak tadi ada di pangkuannya ke atas nakas. Kalau sudah seperti ini, Wati sudah hafal kalau Irene pasti akan meminta informasi tentang yang terjadi di rumah ini lewat dia.Irene sangat menantikan apa yang akan diceritakan oleh Wati. Dia berharap, asisten pribadinya itu akan memberikan berita menarik.“Bu Sandra pulang, Bu,” jawab Wati.“Pulang? Kok pulang. Bukannya tadi dia dateng ke sini karena mau balik tinggal di sini ya?” tanya Irene ingin tahu alasan Sandra pergi meninggalkan rumah suaminya.“Saya juga gak tau alasannya kenapa, Bu. Tapi yang pasti, tadi Bu Sandra pulang sambil bawa 2 koper besar. Kayaknya barang-barangnya di bawa deh,” bohong Wati mencoba membuat Irene percaya.“Hah ... dia keluar sambil bawa baran?” Irene semakin tertarik dengan apa yang di kayakan oleh Wati.“Eh tunggu dulu! Emangnya Devan gak nyegak Sandra pergi? Kok bisa Sandra pergi da
“Mas, itu siapa?” tanya Sandra ingin tahu siapa orang yang ada di dalam mobil.“Gak tau. Gak kenal mobilnya,” jawab Devan.Seorang pria keluar dari dalam mobil itu. Usia pria itu tidak lagi muda, sepertinya pria itu berada di usia 40 tahunan.“Selamat siang, Pak Devan. Saya Bram, pengacara Bu Irene,” ucap pria itu memperkenalkan diri.“Pengacara?” Sandra dan Devan saling berpandangan.Devan dan Sandra menjadi sedikit bingung dengan maksud kedatangan seorang pengacara ke rumah mereka. Sejak tadi Devan tidak menghubungi pengacaranya, bahkan dia juga tidak mengenal orang yang ada di hadapannya itu.“Maaf, mau ngapain ya Irene panggil pengacara?” tanya Devan ingin tahu.“Ada sesuatu yang tidak bisa saya jelaskan di sini, Pak. Maaf, apa saya bisa ketemu sama Bu Irene?” tanya Bram sambil melihat ke arah Devan dan Sandra secara bergantian.“Mas,” bisik Sandra sambil melihat ke arah suaminya.“Oh boleh, masuk aja. Mbok, anterin orang ini ke kamarnya Irene,” perintah Devan pada Mbok Darmi
“Ngapain kamu ke sini?” tanya Irene dengan sangat ketus.“Ren, aku pengen tau keadaan kamu,” jawab Bram.“Sekarang udah tau kan keadaan aku. Udah pulang sana, jangan ganggu aku lagi,” pinta Irene mengusir Bram.Bram menghela napasnya panjang. Dia tetap menatap ke arah Irene dengan perasaan bercampur aduk.Irene menatap ke arah Bram dengan tatapan yang tajam. Dia sangat tidak suka dengan sikap Bram yang sama sekali tidak mengindahkan perintahnya untuk pergi meninggalkannya.“Kok masih di sini. Kamu ngerti gak sih tadi aku bilang apa?” sembur Irene.“Ren, kamu kenapa sih ngelakuin ini? Apa kamu gak kasian sama Sandra dan Devan. Mereka ini jadi korban kamu,” protes Bram.“Korban? Korban apa. Justru aku yang jadi korban mereka. Dulu Devan yang pengen aku balik lagi ke dia. Tapi sekarang kenapa pas aku mau Devan balik lagi ke aku, Sandra malah muncul. Harusnya dia gak usah muncul dan balik lagi ke Devan,” gerutu kesal Irene.“Tapi Devan udah ninggalin kamu lama, Ren. Dia udah sadar da
Bram membuka pintu. Badannya sedikit tersentak saat dia melihat kehadiran Wati di hadapannya yang juga tampak kaget melihat dirinya.“Eh, Bapak,” ucap Wati sambil tersenyum.‘Pelayan ... apa pelayan ini nguping tadi?’ gumam batin Bram.Wati menganggukkan kepalanya sebelum dia masuk ke kamar Irene. Dia kemudian segera meninggalkan Bram sendirian di pintu itu.Bram melihat ke arah Wati. Dia masih ragu tentang Wati, apakah Wati tadi mendengar pembicaraan antara dirinya dan Irene. Namun karena melihat kedekatan antara Irene dan Wati yang mereka tampilkan saat ini, Bram menjadi yakin kalau Irene pasti bisa mengendalikan pelayan pribadinya itu.Bram kemudian keluar dari kamar Irene. Dia bertemu dengan Mbok Darmi dan diantarkan keluar oleh wanita paruh baya itu.“Pak, Bu Irene mau nuntut Bu Sandra beneran, Pak?” tanya Mbok Darmi ingin tahu.“Saya masih belum tahu kepastiannya, Mbok. Tapi tadi sih saya sudah kasih saran sama Irene biar dia memikirkan ulang tentang hal ini. Kalau memang masi
Sandra dan Devan segera menemui satpam sekolah Nathan untuk mencari tahu di mana ruangan Miss Andrea berada. Satpam itu pun segera mengantarkan pasangan yang saat ini sedang menggandeng Nathan itu menuju ke ruang guru tempat Miss Andrea berada.Sandra memberi salam kecil pada beberapa guru Nathan yang ditemuinya. Dia kemudian melihat seorang wanita muda yang sedang merapikan barang-barangnya dan dikenalkan oleh satpam itu sebagai Miss Andrea.“Miss Andrea, Miss Andrea,” panggil Nathan pada guru kelasnya itu.Andrea menaikkan pandangannya, “Eh, Nathan. Selamat sore Bapak Ibu,” sapa Andrea dengan ramah.“Selamat sore, Miss. Maaf Miss, tadi Nathan bilang katanya Miss Andrea ingin ketemu sama kami selaku orang tuanya Nathan. Kalau boleh tahu, ada apa ya, Miss?” tanya Sandra ingin tahu.“Oh, soal itu. Silakan duduk dulu Ibu sama Bapak juga.” Andrea juga ikut Duduk untuk menerima wali murid anak didiknya itu.“Gini Pak ... Bu, sebenarnya sekolah akan mengadakan acara camping dan ini dik
“Siapa, Bu?” tanya Sandra sambil melihat ke arah ibunya.“Nggak tahu. Bentar dulu, Ibu lihat keluar bentar ya.”Siska segera berjalan menuju ke depan rumahnya. Dia ingin melihat siapa tamu yang datang ke rumahnya malam-malam begini. Siska mengintip dulu dari jendela depan untuk mengetahui siapa yang datang.“San, ini loh ada pak RT,” panggil Siska.“Pak RT?” ucap Sandra dan Devan hampir bersamaan.“Ada apa Pak RT ke sini malem-malem?” tanya Devan.“Gak tau, Mas. Paling mau ada acara ato apa gitu. Aku ke depan dulu ya ... kamu terusin makannya aja dulu,” ucap Sandra yang kemudian meletakkan sendoknya dan segera meninggalkan meja makan.Sandra berjalan ke arah ruang tamu rumahnya, di mana dia sudah bisa mendengar secara samar-samar suara ibunya yang sedang berbincang dengan pak RT. “Eeh ... ada Pak Yusuf. Tumben Pak ke sini malem-malem,” sapa Sandra yang kemudian segera duduk di samping ibunya.“Iya Mbak, kebetulan kalo pagi ada urusan di luar,” jawab Pak Yusuf sambil membalas sen
“Emm ... saya itu. Saya sama Sandra ....”Sandra dan Devan saling berpandangan. Mereka bingung akan menjawab apa, karena memang selama ini Devan tidak pernah pergi ke luar negeri seperti yang dikatakan oleh Sandra.Pak Yusuf dan dua rekannya masih menunggu keterangan dari Sandra dan Devan. Sebagai pemangku kerukunan warga di lingkungan tempat tinggal Sandra, mereka wajib mendapatkan informasi lengkap tentang warganya.“Sebenernya saya udah lama dateng dari luar negeri, Pak. Tapi ada sedikit masalah lah sama istri ... bapan paham lah ya, kan kalo rumah tangga pasti juga ada masalah,” ucap Devan sedikit memberikan gambaran jujur tentang keadaan keluarganya saat itu.“Ooh ... iya saya paham. Iya sih emang, saya sama istri juga kadang berantem kalo lagi ada masalah,” jawab Saiful.“Iya bener. Saya juga gitu, tapi itu normal sih. Yang penting jangan berlarut-larut. Apa lagi sekarang udah ada anak juga kan,” sahut Yusuf sambil memberikan sedikit nasehat.“Iya, Pak. Ini juga udah mau mula
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p