“Papa ... Papa mau tidur sini?” tanya Nathan dengan wajah lucu dan menggemaskan itu.“Iya ... Papa pengen bobo sini. Bobo sama Nathan dan Mama,” pinta Devan mencoba memasang wajah memelas untuk membujuk buah hatinya.“Gak boleh! Papa gak boleh tidur sama Mama,” jawab Nathan dengan tegas.Ada senyum mengembang di bibir Sandra saat dia mendengar apa yang dikatakan oleh putranya. Sepertinya putranya itu sangat mendukung dirinya.Tentu saja hal ini bertolak belakang dengan Devan. Pria yang tadinya sangat bersemangat itu kini mendadak menjadi lemas mendengar larangan keras dari putranya.“Nathan ... kenapa papa gak boleh nginep sini?” tanya Siska ingin tahu.“Gak boleh. Nanti kalo papa bobo di sini, Nathan gak bisa bobi sama mama. Liat ini Eyang.” Putra Devan itu langsung berlari ke kamar Sandra.“Tempat tidur mama kecil. Gak muat buat papa,” lanjut Nathan sambil menepuk-nepuk tempat tidur mamanya lalu kembali keluar kamar.“Oh iya ... aku baru inget kalo tempat tidur aku kecil. Jadi
Mendengar pertanyaan dari Sandra, Devan kini hanya terdiam sambil melihat ke arah istrinya. Pikirannya malah berjalan mencoba untuk menjawab pertanyaan dari Sandra tadi.“Gimana ya? Aku juga nggak tahu sih cuma kalau dia sampai pede bilang dia itu pengacara, mungkin emang beneran. Coba ntar aku suruh Raka untuk mencari tahu soal orang itu ya.” Devan juga tidak bisa menilai apakah orang itu benar-benar seorang pengacara atau bukan.“Iya Mas, kayaknya perlu juga dicari tahu dulu siapa orang itu dan apa sebenarnya hubungan dia sama Irene. Meskipun mereka nantinya cuma seorang teman yang emang beneran dimintai tolong sama Irene, setidaknya kita nggak ragu lagi buat ngenalin orang itu,” ucap Sandra.“Iya, kamu bener. Ya udah kalau gitu nanti aku bilang sama Raka buat nyari orang itu secepatnya aku mandi dulu ya, nanti keburu dingin.”“Mas, maaf ya.”“Maaf buat apa?” tanya Devan tidak mengerti.“Ya maaf, karena rumah aku gak ada air hangatnya. Apa perlu aku rebusin air dulu ya Mas, bu
Badan Sandra membeku ketika dia merasakan ada sesuatu yang lembut menutup mulutnya saat ini. Bahkan dia tidak bisa lagi protes karena mulutnya kini tiba-tiba terasa basah karena Devan.Pagi hari yang dingin dan ditemani oleh seorang istri yang sangat cantik membuat Devan tidak bisa lagi menyiakan kesempatan untuk sedikit meluapkan rasa rindu yang selama ini menggebu di hatinya. Tanpa membuang waktu lagi, Devan meraup bibir Sandra yang ingin protes kepadanya.Tidak ada pergerakan apa pun dari Sandra saat bibir Devan berkelana untuk mengecap dan melumat bibirnya. Namun ketika Sandra mulai memejamkan matanya, rasa rindu yang selama ini dia tahan dengan selimut keegoisan, pecah begitu saja dan membuat mulutnya terbuka untuk membalas ciuman lembut sang suami.Devan melingkarkan tangannya di pinggang Sandra lalu sedikit menarik tubuh wanita itu agar tubuh mereka bisa semakin dekat. Devan masih belum mau melepaskan momen berharga yang entah kapan bisa dia dapatkan lagi. Devan ingin melepaska
“Devan!”Terdengar suara teriakan Diana yang terdengar sedang sangat emosional. Devan sampai menjauhkan ponselnya itu dari telinga, karena teriakan Diana itu berhasil membuat telinganya berdengung saat ini.“Aduuhh. Mulai lagi deh,” ucap Devan sambil melihat ke arah ponselnya.“Urusin aja Mama, Mas. Nathan, kita beli sarapan yuk buat papa. Kita jalan yuk ke warungnya Bu Siti,” ajak Sandra sambil mengulurkan tangannya pada Nathan.Nathan pun langsung menyambut uluran tangan sang mama. Dia juga ingin pergi dengan mamanya, setelah dia mendengar teriakan yang sedikit menakutkan itu. Nathan langsung turun dari atas tempat tidur dan mengajak mamanya pergi tanpa peduli lagi dengan Devan yang masih duduk di tepi tempat tidur sambil memegang ponselnya.“Mama ... itu tadi siapa?” tanya Nathan.“Oh ... itu tadi temennya Papa,” jawab Sandra yang tidak ingin membuat putranya takut pada mama suaminya yang juga nenek putranya.“Kenapa orang itu marah ke papa, Ma? Apa papa udah mukul temennya?” ta
“Mbok, siapa kemaren yang dateng ke sini?” tanya Diana setelah dia meminum teh hangatnya.“Emm ... anu, Bu. Kemaren itu yang dateng katanya pengacaranya Bu Irene,” jawab Mbok Darmi.“Beneran dia pengacaranya? Orangnya gimana?” selidik Diana.“Waktu memperkenalkan diri sih katanya emang pengacaranya Bu Irene, Bu. Soalnya waktu itu kan ada Pak Devan sama Bu Sandra juga, terus orang itu bilang katanya pengacaranya Bu Irene gitu. Tapi anehnya orangnya datang nggak lama setelah Bu Irene diperiksa sama Dokter.”“Maksudnya nggak aneh itu gimana? Kamu kalo cerita yang jelas dong,” tanya Diana yang sedikit bingung dengan cerita dari asisten rumah tangga putranya.“Ya maksudnya tuh gini, Bu. Kan Bu Irene ngeluh sakit nih, habis itu dibawa sama Wati ke kamarnya. Nah pas Bu Irene di kamar, Pak Raka disuruh sama Bu Sandra untuk nyari dokter buat Bu Irene. Setelah dokter itu memeriksa Bu Irene, terus pengacara itu datang. Kayaknya Bu Irene udah nelpon pengacara itu lebih dulu sebelum kejadian
Diana yang sudah kesal dan kecewa pada Irene segera beranjak dari tempat duduknya untuk menuju ke kamar Irene lagi. Dia ingin menanyakan kebenaran tentang apa yang baru saja diceritakan oleh Mbok Darmi dan Wati kepadanya.Melihat ibu dari majikannya tengah berjalan menuju ke kamar Irene, Mbok Darmi dan Wati menjadi panik. Mereka segera menyusul langkah kaki Diana untuk menghentikan niatan Diana melabrak Irene.“Ibu, jangan Bu. Jangan bilang ke Bu Irene soal ini, Bu,” cegah Mbok Darmi yang langsung berdiri di hadapan Diana.“Minggir,” ucap Diana sambil melotot ke arah Mbok Darmi.“Tolong, Bu. Nanti kalau Ibu ngomong ke Bu Irene, pasti yang kena marah kami. Tolonglah Bu, jangan persulit hidup kami di sini.” Mbok Darmi setengah memohon pada Diana.“Tapi ini udah keterlaluan, Mbok. Saya emang pernah bilang kalau semua yang ada di rumah ini boleh dipakai oleh Irene, tapi saya tidak pernah berpikir kalau dia akan mengartikan ucapan saya itu sejauh itu. Itu barang-barang punya Sandra, mes
Sandra melihat ke arah ponselnya yang kini bertuliskan sebuah nama. Dia melihat ke arah papa sebelum menerima panggilan dari orang tersebut. Sandra sedikit menggeser kursinya agar ya membuat jarak sedikit jauh dengan tata.“Halo,” sapa Sandra.“Ok, atur aja.” Sandra menjawab singkat.“Ok!”Sandra hanya menjawab singkat tanpa bertanya apa pun. Dia seolah hanya menerima sebuah perintah dari seseorang yang menghubunginya itu.Tentu saja hal itu menarik perhatian Tata. Dia melihat ke arah Sandra yang tampak sedikit mencurigakan. Menerima telepon dengan jarak cukup jauh, selain itu tidak ada percakapan panjang di sana.“San, teleponan sama siapa sih?” tanya Tata saat Sandra selesai menerima telepon.“Ada aja. Kepo banget jadi orang,” jawab Sandra sambil menggeser lagi kursinya ke depan meja kerjanya.“Habisnya cara teleponnya tuh mencurigakan tau. Masa iya ampe bisik-bisik gitu. Udah gitu cuma bilang iya enggak iya enggak oke. Apaan tuh kayak gitu. Udah kayak film agen rahasia aja tau
“Bu, kita mampir sana dulu ya bentar,” ucap Sandra sambil menunjuk ke arah sebuah toko dengan tulisan nama brand mahal asal Perancis terpajang di depan.“Kamu mau beli apa, San?” tanya Siska.“Ada aja. Yuk ah kita ke sana.”Sandra segera menggandeng Nathan untuk pergi bersama ke sebuah toko yang terkenal dengan brand mahal itu untuk membeli sesuatu. Dia ingin melihat koleksi dari toko yang dulu seringkali dia kunjungi dengan Devan, tentu saja hal itu atas paksaan Devan.Siska merasa sedikit aneh dengan putrinya malam ini. Padahal biasanya Sandra tidak pernah menginginkan untuk berbelanja pakaian mahal, kalau tidak dipaksa oleh Devan. Tapi kenapa sekarang Sandra malah ingin berbelanja sendiri di toko mahal itu, bahkan tanpa Devan.“San, kamu nggak ngomong sama Devan dulu mau belanja di situ? Barang yang ada di situ kan mahal, Ibu dengar bahkan harganya bisa sampai ratusan juta untuk sebuah baju,” ucap Siska berusaha untuk mengingatkan putrinya.“Nggak papa Bu, lagian kan kartunya Ma
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p