“Bu, kita mampir sana dulu ya bentar,” ucap Sandra sambil menunjuk ke arah sebuah toko dengan tulisan nama brand mahal asal Perancis terpajang di depan.“Kamu mau beli apa, San?” tanya Siska.“Ada aja. Yuk ah kita ke sana.”Sandra segera menggandeng Nathan untuk pergi bersama ke sebuah toko yang terkenal dengan brand mahal itu untuk membeli sesuatu. Dia ingin melihat koleksi dari toko yang dulu seringkali dia kunjungi dengan Devan, tentu saja hal itu atas paksaan Devan.Siska merasa sedikit aneh dengan putrinya malam ini. Padahal biasanya Sandra tidak pernah menginginkan untuk berbelanja pakaian mahal, kalau tidak dipaksa oleh Devan. Tapi kenapa sekarang Sandra malah ingin berbelanja sendiri di toko mahal itu, bahkan tanpa Devan.“San, kamu nggak ngomong sama Devan dulu mau belanja di situ? Barang yang ada di situ kan mahal, Ibu dengar bahkan harganya bisa sampai ratusan juta untuk sebuah baju,” ucap Siska berusaha untuk mengingatkan putrinya.“Nggak papa Bu, lagian kan kartunya Ma
Devan menatap ke arah Sandra, “Tumben kamu belanja barang brand, mau dipake ke mana?” tanya Devan.“Eemm anu ... mau di pake ke ....”Sandra menghentikan ucapannya. Dia kemudian sedikit memiringkan badannya agar bisa berhadapan dengan sang suami.“Mas Devan keberatan aku belanja banyak dan dari barang brand?” tanya Sandra dengan nada yang sedikit serius.“Loh kok jadi ngomong gitu sih. Aku nggak marah kok dan nggak apa-apa kamu belanja barang brand. Tapi aku cuma nanya doang ini tadi, soalnya nggak biasanya juga kamu belanja sampai habis sebanyak itu cuma buat kamu doang. Selama kita nikah, aku tau ini bukan kebiasaan kamu, sayang. Belanja sampai habis Hampir menyentuh angka 1 miliar, bukan gaya kamu banget,” papar Devan ingin menjelaskan pada sang istri agar tidak terjadi salah paham.“Ya kalau Mas Devan gak ngelarang, kenapa nanyanya kayak gitu. Kesannya tuh mas Devan nggak suka aku pakai uang Mas Devan buat belanja. Tadi aku lagi pengen aja beli baju baru, udah lama juga kan aku
Tok tok tok.“Mas, kok di kunci,” panggil Sandra.“Aduh, mati aku!” Devan menjadi panik mendengar suara ketukan di pintu kamar. Dia langsung buru-buru memasukkan kembali kotak belanjaan milik Sandra ke dalam paper bag. Dia kemudian meletakkan kembali paper bag itu di tempatnya dan menata semirip mungkin, agar Sandra tidak curiga.“Mas ... kamu nggak ketiduran kan, Mas.” Sandra mengetuk pintu kamar lagi.“Iya, bentar,” jawab Devan sambil sedikit mengacak rambutnya dan juga sprei tempat tidur.Devan membuka pintu kamar, “Sorry ... kamarnya kekunci ya,” ucap Devan sambil memasang wajah lelah dan mengantuk.“Kamu udah tidur, Mas?” tanya Sandra.“Ketiduran. Tadi padahal pengennya Cuma rebahan aja, tapi kok malah langsung ketiduran.”“Pintunya kenapa dikunci segala? Kamu lagi ngapain di dalam sih.” Sandra menjadi curiga pada suaminya.“Eem anu, ini ... aku tadi pikir kalau aku lagi di kamar aku sendiri di rumah. Soalnya kan biasanya kalau aku masuk kamar bakal langsung aku kunci git
Sandra keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum mengiringi setiap langkahnya kembali ke dalam kamar.Dia masih melihat Devan tertidur lelap di balik selimut tebal siap menutupi tubuhnya itu. Tampaknya Devan masih sangat kelelahan setelah semalam beradu kekuatan untuk melepaskan semua kerinduan bersama dengan dirinya.Keringin rambut di luar aja deh, ntar kalau di sini malah Mas Devan bangun ucap Sandra yang segera mengambil hairdryernya lalu dia bawa keluar kamar.Sandra menutup pintu kamarnya lagi agar tidak ada orang yang masuk ke dalam kamarnya dia masih merasa tidak enak kalau nanti ada yang menemukan Devan masih tertidur tanpa pakaian termasuk oleh anaknya.Siska keluar dari kamar sambil membawa sepiring ubi goreng di tangannya. Dia melihat Sandra duduk di sofa Tengah sambil mengeringkan rambut dengan hair dryer Siska pun hanya bisa tersenyum malu-malu dan menghidangkan ubi goreng itu di atas meja yang ada di depan Sandra.Pera
“Sayang, kamu beneran nggak pengen datang ke rapat pemegang saham? Sampai sekarang kamu masih salah satu pemegang saham sebagian saham punyaku lho,” ucap Devan berusaha untuk tetap membujuk istrinya.Sandra menggelengkan kepalanya lalu tertunduk sejenak. Dia kemudian mengangkat kepalanya kembali dan melihat ke arah suaminya sambil tersenyum.“Maaf Mas, aku ....”“Sandra ... dicari sama Bu Dewi ini loh,” suara Siska terdengar hingga ke dalam kamar.“Oh iya Bu, suruh tunggu sebentar,” sahut Sandra yang tidak melanjutkan ucapannya tadi untuk menjawab Devan.“Siapa itu Bu Dewi?” tanya Devan ingin tahu.“Tetangga dekat sini, Mas. Aku pesen kue buat anak-anak kantor. Aku tinggal bentar ya, Mas.” Sandra berpamitan pada suaminya.“Oke, santai aja ...nggak papa kok.”Sandra segera keluar dari kamar untuk menemui tamunya. Dia hari ini sengaja memesan kue basah untuk dia bawa ke kantor sebagai penyemangat para anggota timnya untuk bekerja. Saat rapat kemarin, Sandra meminta kepada timnya un
“Eeh ... itu kan ....”Tampak di depan Devan dan orang-orang yang ada di lobi kantor Pasifik grup saat ini, seorang wanita mengenakan rok berwarna gelap dan kemeja lengan panjang dengan hiasan tali pita di lehernya masuk ke dalam lobi perusahaan. Sebuah tas menggantung di tangan wanita yang berjalan dengan sepatu berhak tinggi yang membuatnya semakin terlihat sangat anggun dan cantik.Wanita itu berjalan dengan sangat percaya diri memasuki area lobby kantor sambil sesekali menyapa orang-orang yang ada di sana lewat senyumannya. Tampak sekali aura berbeda dari wanita cantik itu sehingga membuat Devan sangat terpesona.“Sandra,” gumam Devan pelan.“Pak Devan, itu bukannya Bu Sandra ya?” tanya salah seorang pemegang saham yang sedang berdiri di dekat Devan.“Iya Pak, itu Bu Sandra kan. Bu Sandra istri Bapak kan.”Devan menatap ke arah orang yang bertanya kepadanya, “Iya, itu istri saya. Sandra Wijayac ucap Devan sambil melemparkan pandangannya lagi untuk menyambut kedatangan sang istr
Diana datang sedikit terlambat ke rapat umum perusahaan peninggalan mendiang suaminya. Sebelum datang ke rapat ini, Diana harus menghadiri acara yang diadakan oleh yayasan sosial, yang dia dirikan bersama dengan teman-temannya.Diana menyapa beberapa orang yang duduk dekat jalan yang dibuat menuju ke arah podium. Langkahnya sedikit cepat agar rapat yang sempat terjeda itu bisa segera dilanjutkan kembali.Namun langkah kaki Diana terhenti ketika dia melihat ada sosok yang sudah lama tidak dia lihat menghadiri rapat umum pemegang saham Pacific group ini. Langkah Diana jadi lebih melambat sambil melihat ke arah Sandra.“Sandra, kamu ngapain ada di sini?” tanya Diana sambil melihat ke arah menantunya.“Sandra dapat undangan untuk datang, Mah,” jawab Sandra.“Tapi kamu ....”“Ma, udah ya. Ntar aja ngobrolnya,” celetuk Devan berusaha agar mamanya tidak membuat masalah di ruangan ini.“Van, dia ....”“Ma,” ucap Devan lagi sambil menatap Mamanya tegas.Diana tahu kalau saat ini putranya
“Sandra,” panggil Diana saat Sandra dan Devan sudah berada di dalam lift.Sandra langsung mengangkat pandangannya dan melihat ke arah luar lift. Tampak di sana ada mama mertuanya yang sedang melihat ke arahnya.Diana tidak tampak melihat ke arah Devan sama sekali dan tentu saja hal itu membuat Sandra menjadi sedikit lebih gugup. Sandra hanya mencoba untuk menarik kedua sudut bibirnya itu agar membentuk senyum yang sangat canggung.“Aduh, Mas. Gimana ini?” gumam Sandra pelan saat melihat mertuanya berdiri di hadapannya.“Mama,” sapa Devan berusaha untuk biasa saja.“Mama mau ke atas? Ikut kami makan siang di atas mau nggak, Ma.” Devan menawarkan makan siang bersama dengan mamanya sambil menggenggam erat tangan Sandra.“Boleh, kebetulan Mama tadi juga belum sempat makan.”Diana langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift, di mana di sana ada putra dan menantunya serta para sekretaris dari putranya. Dia langsung berdiri di dekat Devan yang sempat beralih posisi dengan Sandra.Sa
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p