Sandra tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Diana kepadanya. Dia tidak menyangka kalau mama mertuanya itu akan tetap menunjukkan rasa tidak sukanya pada dirinya, meskipun mereka sudah lama tidak bertemu.Sandra hanya melempar senyum pada Diana lalu menatap ke arah Diana dengan lebih lembut. Dia tidak ingin menyaingi kemarahan Diana karena dia sangat tahu bagaimana watak dari mama mertuanya tersebut.“Mama mau membatalkan proyek milik Mas Devan? Kalau emang Mama pengen ngelakuin itu, sebaiknya Mama langsung bicarakan sama Mas Devan atau atasan Sandra. Jujur Ma, Sandra nggak punya hak apa pun atas proyek ini, karena Sandra hanya orang yang memegang proyek ini aja,” jawab Sandra santai tidak terlalu menanggapi serius apa yang dikatakan oleh Mama mertuanya.“Ya kan kamu bisa nolak ngerjain proyek punya Devan. Kalau kamu nolak, pasti Devan bakalan cabut proyek itu dari perusahaan kamu dan kalian nggak perlu lagi berhubungan,” celetuk Irene yang mendukung keinginan Diana.“Aku ngg
“Kok kamu ngomong gitu, emang apa yang kamu tau, Ta?” tanya Sandra yang sedikit curiga dengan apa yang dikatakan oleh Tata.“Emm ... anu, San. Sebenernya ....”“Tunggu, Pak Beni telpon. Bentar dulu ya,” potong Sandra yang mendapat telepon dari Beni secara tiba-tiba.Tata pun membiarkan Sandra menerima panggilan dari pimpinan mereka. Sambil menunggu, Tata juga mencoba menyimak apa yang sedang dibicarakan Sandra dengan Beni yang tampaknya sedang berdiskusi.“Ada kerjaan baru, San?” tamya Tata.“Iya, orang ini dapet rekomendasi dari Mas Devan. Tapi aku tolak dulu, soalnya kita dah pegang 3 proyek sekarang,” jawab Sandra sambil menyimpan lagi ponselnya di dalam tas.“Kenapa kamu tolak, San? Tim sebelah tuh kadang terima sampe 4 atau 5 proyek loh.”“Sebenernya sih bisa aja. Tapi aku kenal banget siapa Mas Devan, jadi aku mau beresin sampe tenggat waktunya dulu, abis itu kita bisa terima proyek lain. Aku tadi juga udah minta Pak Beni bilang gitu sih dan Pak Beni mau nyoba buat nego dul
“Mama mana bolanya,” teriak Nathan.Pria yang ada di depan Sandra itu otomatis melihat ke arah Nathan yang kini berdiri di pintu pagar. Tatapan pria itu cukup tajam lalu segera berpindah ke Sandra.“Siapa dia, Sandra?!” tanya Devan tegas.Sandra menjadi sangat gugup saat ini. Dia tidak tahu harus menjawab apa pada Devan.Dia tidak menyangka kalau Devan akan datang ke rumahnya. Kedatangan Devan ini juga berarti Sandra tidak bisa lagi menyembunyikan keberadaan Nathan dari Devan.“Siapa dia, Sandra?” ulang Devan sambil menatap tajam pada Sandra.“Kamu gak perlu tau!” jawab Sandra tegas.“Siapa dia!” ulang Devan dengan lebih tegas.Sandra membalas tatapan tajam Devan. Dia ingin menunjukkan pada pria di depannya itu, kalau dia kini bukanlah Sandra yang dulu lagi. Sandra yang sekarang, sudah lebih kuat dan tegas.“Siapa dia, Sandra? Jangan menguji kesabaran aku.” Devan mengetatkan rahang kokohnya.“Dia anakku. Ngapain kamu ke sini? Aku udah bilang, jangan ke rumahku!” hardik Sandra kesal
“Bu, beri tahu Devan cara mendapatkan Sandra lagi. Kali ini Devan serius, Bu. Devan pengen dapetin Sandra lagi dan membangun rumah tangga kami kembali,” pinta Devan sambil memegang tangan Siska.Siska tersenyum menatap menantunya yang tampak sangat tulus dan serius. Sorot mata Devan memancarkan suatu kejujuran dari pria itu untuk kembali pada Sandra.“Van, Ibu seneng ngeliat kamu kayak gini. Ibu juga ngerasa kalo udah saatnya Nathan kenal sama papanya. Tapi semua itu tergantung sama Sandra,” jawab Siska.“Maksud Ibu gimana?” Devan tidak mengerti maksud Siska.“Kalo kamu mau Sandra dan Nathan kembali sama kamu, maka kamu harus memenangkan hati Sandra. Kamu harus mengingat kembali, bagaimana dulu Sandra bertahan sama kamu hingga akhirnya kalian saling mencintai. Pastinya, kamu sudah sangat hafal bagaimana cara kamu membujuk Sandra kan? Maka lakukan itu kembali. Ibu yakin, Sandra bisa menilai sejauh mana kesungguhan kamu untuk meminta Sandra kembali sama kamu.” Siska memberikan penjela
“Ngapain dia telpon, bikin males aja,” gerutu Devan sambil meletakkan ponselnya di jok mobil.Devan yang sedang berbahagia karena dia baru tahu kalau saat ini dia memiliki seorang putra yang sangat lucu dan tampan seperti dirinya, tidak ingin kebahagiaannya itu di rusak oleh orang lain. Sesuai dengan tekadnya tadi di depan Siska, Devan akan segera mempersiapkan rumahnya untuk menyambut kedatangan Sandra dan Nathan di istana mereka nanti.“Aku pasti akan segera membawa kalian balik lagi ke rumah. Aku gak akan biarkan kamu terus di luar sana sama anak aku, San. Kamu siap-siap pindah ya, kalo aku bilang kamar buat Nathan udah siap,” gumam Devan pelan sambil tersenyum sendiri.Saat Devan sedang dalam suasana hati yang sangat bahagia, Sandra saat ini sedang duduk di dalam rumahnya sambil melihat layar laptopnya. Dia melanjutkan sisa pekerjaannya sambil menemani Nathan melihat film kartun kesukaannya.Siska menyodorkan teh hangat dan sepiring pisang goreng pada Sandra dan dia letakkan di a
Devan membulatkan matanya melihat sosok yang kini ada di hadapannya. Dia tidak menyangka, tamu yang dia larang masuk ke rumahnya itu, berani masuk ke dalam rumahnya tanpa ijin.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Devan dengan tatapan berang.Irene tersenyum manis, berusaha mengabaikan tatapan sinis Devan, “Kok ngapain? Ya aku mau tinggal di sini lah. Biar deket ama kamu dan biar kamu. Kamu gak lupa kan kalau kamu punya anak yang ada di rahim aku dan harus kamu pertanggungjawabkan, jawab Irene santai.“Jangan kurang ajar kamu! Udah berkali-kali aku bilang, jangan pernah menginjakkan kaki kamu di rumah ini lagi. Pergi kamu, selagi aku masih baik sama kamu!” Devan menahan geram sampai dia mengetatkan rahangnya dan sedikit mengerucukan giginya.“Nggak mau! Aku mau di sini. Habis ini kamu harus nemenin aku ke dokter untuk periksa kandungan aku. Pokoknya aku bakalan tinggal di sini. Mbok Darmi, bawa koperku masuk ke kamarnya Devan!” perintah Irene memanggil asisten rumah tangga Devan.“Jangan
“Mama!”Devan murka mendengar apa yang dikatakan oleh mamanya. Dia tidak menyangka wanita paruh baya yang seharusnya bisa membelanya sebagai seorang putra, kini malah menentangnya habis-habisan. Devan sampai mengepalkan kedua tangannya untuk mencegah amarahnya lepas begitu saja pada sang mama.Mata Devan sudah sangat merah karena emosinya benar-benar sedang di bangkitkan oleh Diana yang datang dengan membawa Irene. Diana yang yakin dan percaya kalau anak yang ada dalam kandungan Irene itu adalah cucunya, tidak peduli dengan kemarahan Devan saat ini.“Aduh, perutku sakit,” keluh Irene tiba-tiba.“Irene, kamu kenapa?” tanya Diana yang langsung menghampiri Irene.“Sakit, Tante. Perut Irene sakit,” keluh Irene sambil meringkuk dan memegangi perutnya.“Ya ampun ... kamu pasti kaget ya ngelihat Devan marah-marah. Mbok, bawa Irene ke kamar sekarang,” perintah Diana ada Mbok Darmi.“Jangan keterlaluan, Ma! Devan udah bilang jangan bawa dia ke rumah Devan. Bawa dia keluar!” usir Devan yang
Perasaan Sandra pagi ini sedang tidak begitu baik. Keberadaan Nathan kini sudah diketahui oleh Devan, padahal selama ini dia mati-matian untuk menyembunyikan keberadaan putranya itu dari sang suami.Sandra masih menyimpan rasa kecewa dan sakit hati pada Devan yang lebih memilih kekasihnya saat itu padahal dia sedang hamil. Hal itu otomatis memupuk kebencian Sandra pada Devan meski saat dia sedang hamil dulu, Sandra sering mengingat Devan.“Sandra ... San, kamu nggak apa-apa,” panggil Tata ketika melihat sahabatnya itu sedang melamun di depan meja kerjanya.Sandra menoleh ke arah Tata, “Eh iya, kenapa, Ta,” jawab Sandra sedikit gelagapan.“Kamu kenapa? Aku perhatiin kayaknya kamu banyak ngelamun dari pagi,” ucap Tata sedikit mengkhawatirkan tentang sahabat sekaligus atasannya itu.“Aku nggak papa kok, mungkin cuma agak kecapean aja dikit,” jawab Sandra tidak ingin membuat Tata khawatir dengan dirinya.“Beneran kamu nggak papa? Kalau emang ada yang bisa aku bantu, kamu nggak perlu s
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p