Sandra dan Siska melihat ke sumber suara. Mereka melihat seorang wanita berdiri di sana, mematung dan terus melihat ke arah mereka berdua.Senyum Sandra mulai mengembang perlahan saat dia mulai mengenali sosok wanita paruh baya yang kini wajahnya semakin dipenuhi dengan guratan usia. Sandra mengajak Siska dan Nathan mendekati orang itu bersama-sama.“Bu Sandra,” panggil Mbok Darmi yang mencoba mengenali majikannya.“Iya Mbok, ini saya. Sandra, majikan Mbok dulu,” jawab Sandra dengan senyum makin lebar sampai deretan giginya terlihat.“Sampe sekarang juga masih majikan saya. Ya ampun Bu, saya kangen banget.” Satu titik air mata turun di pipi Mbok Darmi.“Saya juga kangen. Mbok lagi ....”“Mama ... Mama, Nathan laper,” rengek Nathan sambil menarik tangan mamanya.“Oh iya ... kita makan ya. Mbok, ikut yuk. Kita makan sambil ngobrol,” ajak Sandra yang masih ingin melepas rindu pada pelayan yang dulu selalu menjadi teman di rumahnya.“Gak usah, Bu. Saya tadi udah makan,” tolak Mbok D
“Bu, emang Ibu ada rencana apa?” tanya Mbok Darmi penasaran.Sandra dan ibunya saling berpandangan. Mereka yang sudah beberapa kali berdiskusi berdua untuk menyelesaikan masalah rumah tangga Sandra ini memang sudah memutuskan sebuah cara yang sampai saat ini masih disimpan oleh Sandra dan Siska.Mereka bahkan belum memberitahu Devan karena Sandra ingin Devan bercerita dulu tentang keberadaan Irene di rumah mereka. Namun, Sandra akan tetap melaksanakan rencananya itu, meskipun Devan belum tentu setuju.“Ntar aja lah, Mbok. Mbok ntar pasti tau sendiri apa yang bakalan saya lakukan. Oh ya, boleh minta nomer hp nya Mbok, biar kalo ada apa-apa saya bisa langsung tanya,” pinta Sandra.“Boleh banget, Bu. Tanya apa aja boleh kok,” jawab Mbok Darmi sambil mengambil ponselnya yang ada di dalam tas.“Tapi jangan kasih tau Mas Devan kalo kita dah ketemu ya. Ntar dia pasti nanya ke Mbok Darmi. Saya mau Mas Devan bilang sendiri ke saya tentang Irene.” Sandra memasukkan nomor ponsel Mbok Darmi men
“Ada apa ini? Kenapa kayak ada pesta di sini?” tanya seseorang yang masuk ke teras belakang.Mata Irene membulat besar saat dia melihat ada Diana di hadapannya. Dia tidak menyangka wanita paruh baya itu akan datang ke rumah Devan malam ini. Padahal biasanya Diana tidak pernah datang kalau hari sudah malam.Diana melihat ke arah dua teman Irene. Dia juga melihat ke arah makanan dan minuman yang ada di atas meja, yang sejak tadi di suguhkan Wati atas perintah Irene.“Tante ....” Irene bingung dia harus menjawab apa saat ini.“Ada apa ini? Apa kamu bikin pesta di rumah Devan waktu dia lagi gak di rumah?” tanya Diana ketus.“Eem ... anu, Tan. Irene cuma kesepian aja. Iya ... Irene kesepian, jadi panggil temen-temen Irene ke sini,” jawab Irene sedikit gugup.“Manggil temen? Kamu tau ini udah dam berapa, hah?! Apa masih pantes ibu hamil kayak kamu masih nongkrong di luar rumah kayak gini. Apa kamu gak peduliin anak dalam kandungan kamu?” tegur Diana keras. “Anu Tante ... Irene cuma ...
“Nathan,” panggil Devan sambil tersenyum.Nathan melihat ke arah Devan, “Papa!” teriak Nathan.“Papa?” ucap Devan kaget dengan panggilan Nathan kepadanya.“Dia barusan panggil aku papa?” tanya Devan pada Raka karena dia tidak percaya dengan pendengarannya.“Iya, Bos.”Hati Devan terasa hangat saat dia mendengar teriakan Nathan saat memanggilnya. Panggilan yang sudah sangat lama ingin dia dengar, panggilan dari anak-anaknya bersama Sandra.Tanpa terasa juga air mata hangat menggenang di pelupuk matanya. Sudah ada kabut yang mengiasi bola mata cerahnya itu saat dia berjongkok, siap memeluk putra tercintanya.“Papa,” panggil Nathan lagi sambil masuk ke dalam pelukan Devan.“Adduuh ... kenceng banget peluknya,” ucap Devan sedikit mengaduh karena kepalanya terkena sabetan tas bekal Nathan.“Papa udah dateng ya. Papa jemput Nathan?” tanya Nathan dengan suara riang tanpa rasa bersalah setelah dia memukul kepala Devan.“Udah, makanya sekarang bisa jemput Nathan.”Nathan menggerak-gerak
“Mama, Mama,” panggil Nathan saat dia melihat Sandra masuk ke dalam rumah.“Loh Mas, kok kamu udah di sini? Kapan datengnya?” tanya Sandra yang sedikit kaget melihat Devan yang saat ini sedang bermain bersama dengan putranya.“Aku dateng sore tadi. Trus aku langsung jemput Nathan di sekolah,” jawab Devan dengan senyum yang lebar.“Kamu jemput Nathan? Bearti belum pulang dong?” tanya Sandra sambil duduk di kursi makan karena dia hendak minum.“Pulang ke mana? Kan ini rumah aku juga,” jawab Devan sambil tersenyum.Sandra hanya membalas jawaban Devan dengan senyuman sinis. Dia tahu sekali kalau suaminya itu memang sangat ingin tinggal di sini bersama mereka. Tapi Sandra masih tidak mau menerima suaminya itu dulu untuk saat ini.Sandra masuk ke dalam kamar untuk meletakkan semua barang-barangnya. Dia juga akan mengambil baju ganti, karena dia ingin segera mandi sebelum nanti mereka akan makan malam bersama.“Papa, ini gimana pasanganya?” tanya Nathan.“Papa?” ucap Sandra sedikit kage
“Eeh, apa ini?” ucap Devan yang melihat ada sebuah map di dalam laci di dalam lemari Sandra.Devan meletakkan kotak beludru yang tadi dia bawa itu di atas tumpukan baju Sandra. Dia kemudian mengambil map berwarna biru terang yang ada di dalam laci itu.Devan duduk di atas tempat tidur Sandra lalu membaca surat berharga yang ada di dalam map tersebut. Bibir Devan sedikit tersenyum ketika dia melihat ada namanya di dalam surat berharga itu.“Ternyata dia nggak lupa siapa bapak anaknya,” ucap Devan sedang melihat akte lahir milik Nathan.“Mas, kamu ngapain?” tanya Sandra yang sedikit kaget melihat suaminya sedang membaca akte kelahiran milik putra mereka.“Oh ... ini aku tadi nggak sengaja nemuin ini di lemari kamu. Makasih ya,” ucap Devan sambil tersenyum lebar.“Makasih?”“Iya, makasih. Makasih karena kamu nggak melupakan siapa bapak dari anak kita. Tadinya aku sempet mikir kalau kamu belum mendaftarkan kelahiran anak kita, makanya kemarin pas Nathan mau sekolah pengen aku tanyain.
Mata Irene melotot melihat ke arah Wati. Dia sedang kesal karena dia tidak menemukan gelang milik Sandra yang juga merupakan gelang favoritnya.“Bu, bukannya kemaren Pak Devan masuk sini ya? Mungkin Pak Devan yang ambil,” ucap Wati menjawab pertanyaan Irene.“Gak mungkin. Lagian Devan ke sini Cuma buat marah-marah doang kok. Dia gak ambil apa-apa. Dan pas Devan pergi, barang itu masih ada. Tapi kenapa sekarang barang itu malah gak ada,” tampik Irene.Irene maju mendekati Wati, “Kamu yang ambil ya? Kamu yang ambil trus kamu kasih ke Devan ya?” tuduh Irene sambil menatap tajam ke arah Wati.“Enggak, Bu. Sumpah demi Tuhan saya gak ambil,” bantah Wati.“Kalo kamu gak ambil, trus siapa yang ambil? Pasti kamu yang ambil! Karena yang biasanya masuk kamar ini cuma kamu. Jadi, pasti kemu yang ambil! Ngaku kamu!” paksa Irene.“Sumpah saya gak ambil, Bu. Buat apa juga saya ambil, saya masih butuh kerjaan, Bu.”“Kalo kamu gak ambil, trus siapa yang ambil, hah!”Irene marah besar dan berteri
“Pergi sekarang juga dari rumahku! Dasar perempuan ular! Mbok, bereskan semua barang yang ada di kamar tamu. Dan jangan lupa, seret juga sampah besar di depan saya ini keluar rumah!” perintah Sandra dengan tatapan tajam penuh kuasa.Irene tercengang dengan keberanian Sandra mengucapkan kalimat yang seharusnya dia ucapkan untuk Sandra. Wanita yang pernah dia usir dari rumah Devan kini malah berbalik mengusirnya di depan semua pelayan.Tentu saja Irene tidak terima dengan perlakuan Sandra kepadanya. Dia yang merasa memiliki kuasa di rumah ini, tidak akan mudah untuk disingkirkan oleh Sandra begitu saja.Hahaha Apa kamu bilang? Mau ngusir aku dari sini? Ngaca dulu biar jelas Kamu itu siapa di rumah ini cemooh Irene menertawakan Sandra“Aku pemilik rumah ini. Dan selamanya aku menjadi pemilik rumah ini!” tegas Sandra.“Hahaha ... jangan bikin aku ketawa siang-siang, Sandra. Tidurmu terlalu miring, sayang. Asal kamu tau ya ... sejak kamu pergi sari rumah ini, kamu udah bukan lagi pemilik
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p