“Sandra!” panggil seseorang dari belakang Sandra.Mendengar ada orang yang memanggilnya, Sandra pun segera menoleh ke arah orang itu. Bukan hanya Sandra tapi Siska pun ikut menoleh untuk mencari tahu siapa orang yang memanggil putrinya.Sandra melihat ke arah pria yang saat ini sedang berjalan ke arahnya. Pria yang sepertinya sudah menunggunya.“Kok Rio ada di sana, San? Dia tadi gak bareng kamu pas pulang,” tanya Siska.“Gak Bu, ntar aja Sandra ceritain semuanya,” ucap Sandra.“San, aku mau ngomong sama kamu,” ucap Rio saat dia sudah ada di depan Sandra.“Aku capek, Bang. Maaf, aku pengen istirahat,” tolak Sandra.“Bentar aja, San. Aku cuma pengen nanyain tentang ....”“Maaf Bang, aku belum bisa cerita soal itu.” Sandra memotong ucapan Rio.Ada guratan rasa kecewa di hati Rio saat ini. Dia sengaja menyusul Sandra pulang dan menunggunya di dekat gang demi mendapatkan penjelasan.Tapi saat dia sudah ada di hadapan Sandra pun, wanita cantik itu tetap menolak memberikan penjelasan a
Perhatian Sandra beralih pada suara getar ponsel miliknya yang ada di atas meja. Sandra meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya saat ini.“Siapa ini?” ucap Sandra yang tidak mengenali nomor yang meneleponnya saat ini.“Siapa, San?” tanya Siska ingin tahu.“Gak tau, Bu. Bentar ya, Sandra terima dulu.”“Halo,” sapa Sandra saat dia menerima panggilan telepon dari nomor yang tidak dia kenal. “Sandra! Aku udah peringatkan kamu ya ... jangan berani deketin Devan lagi. Apa masih kurang jelas, hah!” sembur Irene yang langsung memaki Sandra.“Irene ... kok dia bisa tau nomer aku?” gumam Sandra sambil melihat layar ponselnya.“Sandra! Sandra ... kamu denger aku gak?!” Irene terus mengomel di seberang sana.“Heh Irene! Aku sama sekali gak tertarik ya buat godain Mas Devan lagi. Mendingan kamu jagain dia baik-baik dan gak usah ganggu aku lagi,” balas Sandra tidak ingin kalah dari Irene.“Kalo kamu gak kegatelan, pasti Devan gak akan mau deketin kamu lagi.”“Jangan semba
Tok tok tok.“Masuk,” ucap Sandra yang duduk membelakangi pintu ruangan.Sandra menoleh ke belakang saat dia tidak mendengar suara orang yang datang ke belakang. Dia ingin tahu siapa orang yang datang ke ruangannya saat jam istirahat.“Bang,” sapa Sandra pelan.“Kamu sendirian? Apa kamu lagi sibuk banget?” tanya Rio sambil melihat ke arah meja kerja Sandra.“Ya gitu lah. Eh ya, makasih ya Bang atas kiriman makan siangnya,” sahut Sandra berbasa-basi.Rio tidak menjawab. Dia melihat ke arah meja dan menemukan dua makanan ada di sana. Satu makanan tentu saja dia kenali, karena itu adalah makanan yang tadi dia pesan untuk Sandra dari kantor. Namun, Rio lebih memilih untuk melihat ke arah makanan yang masih berada dalam kotak tertutup itu.“Kamu udah pesen makanan sendiri?” tanya Rio dengan nada yang dingin.“Emm anu, Bang. Itu ....”“Emang aku salah sih. Harusnya tadi aku bilang dulu ya ke kamu kalo mau kirim makanan ke kamu.” Rio memotong ucapan Sandra.Sandra tidak menjawab apa yang
Sandra membeku mendengar pertanyaan Rio. Dia sampai tidak bisa menggerakkan mulutnya untuk menjawab apa yang saat ini sedang dinantikan oleh Rio.Rio tersenyum melihat reaksi Sandra. Dia menganggukkan kepalanya sendiri menyesali apa yang sudah dia tanyakan sebelumnya.“Aku udah tau jawabannya. Ya udah, kamu makan dulu gih. Jangan sampe sakit ya,” ucap Rio mencoba tegar.“Bang, bukan gitu maksud aku.” Sandra berusaha untuk membuat Rio tidak berpikiran buruk pada dirinya.“Gak papa kok, San. Itu wajar, kan kalian emang udah nikah. Dan kalo pun kamu masih cinta sama suami kamu itu juga hal yang wajar.”“Tapi itu bukan suatu ukuran, Bang.”Rio melihat ke netra Sandra. Dia ingin mencari sebuah kejujuran atas apa yang Sandra katakan.“San, kalo sekarang pertanyaannya aku balik jadi ... apa aku masih boleh deket sama kamu? Deket sebagai pria dan wanita meski sekarang aku tau kalo kamu sudah bersuami,” tanya Rio dengan serius.Lagi-lagi Sandra dibuat mati kutu oleh Rio. Dia terdiam tanpa k
“Itu kan ....”Sandra menghentikan langkah kakinya saat dia melihat sosok yang dia kenal di depan matanya. Seseorang di masa lalu yang sekarang muncul kembali.Tata yang sejak tadi bersama dengan Sandra menoleh ke samping dan tidak menemukan Sandra di sebelahnya lagi. Dia pun segera melihat ke belakang untuk mencari keberadaan Sandra.“Heh, kamu kenapa?” tanya Tata yang kembali mendatangi Sandra.“Hmm ... oh enggak kok, aku gak papa. Yuk kita jalan,” ucap Sandra mencoba bersikap biasa saja.Tata pun menganggukkan kepalanya. Dia kemudian segera menyusul langkah kaki Sandra yang kini malah sudah berjalan menuju ke arah lobi lebih dulu.Sandra berjalan sambil sedikit menata rambutnya yang tergerai itu ke samping. Dia ingin sedikit menutupi wajahnya dari orang yang dia kenal, di mana orang itu kini sedang berbincang dengan orang lain di depannya.‘Moga mama gak tau aku,’ gumam Sandra dalam hati.Sandra berjalan sedikit cepat agar dia bisa segera keluar dari hotel. Dia sudah menghubungi s
Sandra tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Diana kepadanya. Dia tidak menyangka kalau mama mertuanya itu akan tetap menunjukkan rasa tidak sukanya pada dirinya, meskipun mereka sudah lama tidak bertemu.Sandra hanya melempar senyum pada Diana lalu menatap ke arah Diana dengan lebih lembut. Dia tidak ingin menyaingi kemarahan Diana karena dia sangat tahu bagaimana watak dari mama mertuanya tersebut.“Mama mau membatalkan proyek milik Mas Devan? Kalau emang Mama pengen ngelakuin itu, sebaiknya Mama langsung bicarakan sama Mas Devan atau atasan Sandra. Jujur Ma, Sandra nggak punya hak apa pun atas proyek ini, karena Sandra hanya orang yang memegang proyek ini aja,” jawab Sandra santai tidak terlalu menanggapi serius apa yang dikatakan oleh Mama mertuanya.“Ya kan kamu bisa nolak ngerjain proyek punya Devan. Kalau kamu nolak, pasti Devan bakalan cabut proyek itu dari perusahaan kamu dan kalian nggak perlu lagi berhubungan,” celetuk Irene yang mendukung keinginan Diana.“Aku ngg
“Kok kamu ngomong gitu, emang apa yang kamu tau, Ta?” tanya Sandra yang sedikit curiga dengan apa yang dikatakan oleh Tata.“Emm ... anu, San. Sebenernya ....”“Tunggu, Pak Beni telpon. Bentar dulu ya,” potong Sandra yang mendapat telepon dari Beni secara tiba-tiba.Tata pun membiarkan Sandra menerima panggilan dari pimpinan mereka. Sambil menunggu, Tata juga mencoba menyimak apa yang sedang dibicarakan Sandra dengan Beni yang tampaknya sedang berdiskusi.“Ada kerjaan baru, San?” tamya Tata.“Iya, orang ini dapet rekomendasi dari Mas Devan. Tapi aku tolak dulu, soalnya kita dah pegang 3 proyek sekarang,” jawab Sandra sambil menyimpan lagi ponselnya di dalam tas.“Kenapa kamu tolak, San? Tim sebelah tuh kadang terima sampe 4 atau 5 proyek loh.”“Sebenernya sih bisa aja. Tapi aku kenal banget siapa Mas Devan, jadi aku mau beresin sampe tenggat waktunya dulu, abis itu kita bisa terima proyek lain. Aku tadi juga udah minta Pak Beni bilang gitu sih dan Pak Beni mau nyoba buat nego dul
“Mama mana bolanya,” teriak Nathan.Pria yang ada di depan Sandra itu otomatis melihat ke arah Nathan yang kini berdiri di pintu pagar. Tatapan pria itu cukup tajam lalu segera berpindah ke Sandra.“Siapa dia, Sandra?!” tanya Devan tegas.Sandra menjadi sangat gugup saat ini. Dia tidak tahu harus menjawab apa pada Devan.Dia tidak menyangka kalau Devan akan datang ke rumahnya. Kedatangan Devan ini juga berarti Sandra tidak bisa lagi menyembunyikan keberadaan Nathan dari Devan.“Siapa dia, Sandra?” ulang Devan sambil menatap tajam pada Sandra.“Kamu gak perlu tau!” jawab Sandra tegas.“Siapa dia!” ulang Devan dengan lebih tegas.Sandra membalas tatapan tajam Devan. Dia ingin menunjukkan pada pria di depannya itu, kalau dia kini bukanlah Sandra yang dulu lagi. Sandra yang sekarang, sudah lebih kuat dan tegas.“Siapa dia, Sandra? Jangan menguji kesabaran aku.” Devan mengetatkan rahang kokohnya.“Dia anakku. Ngapain kamu ke sini? Aku udah bilang, jangan ke rumahku!” hardik Sandra kesal
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p