Sandra melihat ke arah Irene yang saat ini juga sedang melihat ke arahnya. Suasana di toilet itu mendadak berubah jadi sangat dingin dan tidak nyaman.Sandra mematikan kran air yang ada di depannya, lalu meraih tisu yang ada di sana. Dia ingin segera pergi, karena tidak ingin bicara sedikit pun dengan Irene.“San, waah ... kamu gak liat aku ya. Apa kamu pura-pura gak liat?” sindir Irene sambil mendekati Sandra.“Anggep aja gitu. Aku males ngomong sama orang gak penting.” Sandra segera meraih tasnya agar dia bisa segera pergi.“Yakin aku gak penting? Emangnya kamu gak pengen tau apa yang udah terjadi sama aku dan Devan?” pancing Irene sambil berkaca merapikan penampilannya.“Gak tertarik!” Sandra segera beranjak dan melangkah ke arah pintu.“Aku udah tinggal di rumah Devan sekarang,” ucap Irene saat dia melihat Sandra sudah akan membuka pintu toilet.Ucapan Irene berhasil membuat Sandra menghentikan langkahnya. Sandra sedikit tercengang dengan ucapan wanita yang sudah menghancurkan
Sandra menunggu jawaban Devan dengan jantung yang menderu kencang. Dia berharap semua yang dikatakan Irene tidak benar.Satu pesan masuk dari Devan. Sandra pun segera membuka pesan chat itu.“Lagi di rumah sakit,” ucap Sandra pelan membaca pesan yang dikirimkan Devan.“Siapa yang lagi di rumah sakit, San?” tanya Rio yang mendengar ucapan Sandra.Sandra menoleh ke Rio dan menyimpan ponselnya, “Oh enggak kok, Bang. Cuma baca statusnya temen aja. Makasih, Bang,” ucap Sandra saat menerima obat dari Rio.“Sama-sama. Itu ada obat buat masuk angin, kamu minum dulu gih biar gak mual ntar. Abis itu minum air angetnya.”“Iya Bang, makasih.”Sandra segera membuka saset obat yang dibelikan Rio untuk dia. Sandra kemudian meneguk air putih hangat yang sudah dipesankan Jimmy serta sedikit nasi yang sudah terhidang di hadapannya.Keempat orang itu kembali berbincang sambil menunggu keadaan Sandra sedikit membaik. Mereka takut Sandra akan pingsan kalau mereka nanti meneruskan kegiatan mereka.Saa
“Mama pulang!” sorak Nathan yang sangat senang melihat mamanya datang dari kantor.“Halo sayang. Lagi apa ini?” tanya Sandra setelah dia memberikan ciuman hangat ke putranya.“Lagi mewarnai. Tadi di suruh bu guru mewarnai ini, Ma. Ini rumah bagus, kata Om Devan, ini nanti rumah Nathan,” celoteh Nathan sambil menunjukkan buku yang sedang dia warnai.“Wah ... bagus ya gambarnya, rumahnya juga gede banget. Oh ya, Om Devan mana?” tanya Sandra yang tidak melihat sosok Devan sejak tadi.“Masih mandi, San. Tadi pulang kantor Devan langsung ke sini, terus ibu suruh mandi aja biar dia seger. Kamu temenin Nathan dulu ya, Ibu lagi tanggung nih mau siapin makan malam,” ucap Siska yang keluar dari dapur sambil membawa piring berisi ayam goreng untuk diletakkan di meja makan.“Nathan sini dulu ya, Mama simpan tas dulu ya. Nathan lanjutin mewarnai gambarnya yang bagus. Jangan sampai keluar garis ya ... kayak biasanya yang pernah Mama ajari,” pesan Sandra sambil mencubit pipi Gembul putranya.“
“Sayang, siapa yang telpon?” tanya Devan sambil melongok ke dalam rumah.Tidak ada jawaban dari Sandra. Dia masih terpaku sambil memutar-mutar obat dari dokter kandungan yang ada di tangannya itu. Sandra terluka.“San, dipanggil Devan itu loh,” ucap Siska sambil menepuk lengan Sandra.“Apa itu, San. Devan sakit?” tanya Siska yang memegang botol di tangannya “Oh enggak kok, Bu. Ini vitaminnya Mas Devan. Cuma keinget aja, ternyata dia masih inget vitamin pilihan Sandra,” bohong Sandra yang kemudian segera memasukkan lagi obat itu ke dalam tas Devan.“Oh ... kirain apa. Ya kan emang dia keliatan masih sayang banget sama kamu. Dia keliatan nyesel ama perbuatannya dulu. Dah sana kasih ponselnya ke Devan, dia nungguin tuh.”“Oh iya, Bu.”Sandra melihat ibunya masuk ke dalam kamarnya lagi. Malam ini Nathan tidur cepat dan tadi dia ketiduran di kamar Siska, oleh sebab itu, Siska juga memutuskan langsung tidur sambil menemani Nathan.Sandra berjalan kembali ke depan rumahnya. Ada banyak s
“Ke rumah? Kamu mau ke rumah?” Devan menjadi gugup.Devan kaget dengan apa yang dikatakan oleh Sandra. Dia bingung harus menjawab apa, karena saat ini ada Irene di rumahnya. Dan tentu saja hal itu akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi jika Sandra mengetahui Irene ada di rumahnya.Namun kalau melarang Sandra untuk datang ke rumahnya, bisa jadi hal itu akan semakin mencurigakan. Karena sejak awal pertemuan mereka dulu, Devan sudah meminta Sandra untuk kembali ke rumah mereka lagi.“Iya Mas, aku pengen ke rumah. Tapi cuma main aja ... pengen lihat suasananya dulu,” ucap Sandra berharap suaminya akan mengatakan yang sejujurnya tentang Irene.“Boleh. Tentu saja boleh kamu ke rumah. Aku bakalan seneng banget ... bahkan Mbok Darmi juga pasti bakalan senang kalau kamu main ke rumah. Kapan kita mau ke sana?” jawab Devan berusaha menyembunyikan kagetnya tadi.“Ntar aja kalau libur. Biar waktunya aman.”“Oke, aku ikut kamu aja. Entar kamu tinggal bilang kapan mau datang ke rumah.” De
Devan duduk termenung sambil bersandar di kepala ranjang. Pikirannya berkelana memikirkan apa yang dikatakan oleh Sandra tadi malam.Permintaan Sandra yang tidak biasa itu membuat Devan hampir tidak bisa tidur sepanjang malam. Ada banyak pertanyaan yang datang kepadanya dan juga serangan rasa takut kehilangan istri dan anak, mulai datang untuk menghantui kehidupan Devan.“Sebenernya dia mau pake buat apa uang itu ya? Kenapa baru sekarang dia mau pake uang itu. Padahal dari dulu, bahkan pas dia ngilang dulu, dia juga gak pake uang itu sama sekali. Tapi kenapa sekarang di malah pengen pake uangnya. Buat apa sih sebenernya?” gumam Devan penuh dengan rasa penasaran.Sebenarnya bukan masalah berapa jumlah uangnya yang akan Sandra pakai, tapi yang menjadi pusat rasa penasaran Devan adalah uang itu akan Sandra gunakan untuk apa, itulah yang menjadi puncak penasaran Devan.Apa lagi saat ini dia sudah ada bersama dengan Sandra dan Nathan. Kehidupan orang-orang tercinta Devan itu sudah ditanggu
“Apa? Apa kamu bilang?”Devan kaget dengan apa yang dikatakan Irene kepadanya. Wanita yang mengaku sedang mengandung anaknya itu sepertinya tidak takut akan kehilangan nyawanya pagi ini.Devan berdiri dan berjalan perlahan mendekati Irene. Dia menatap wanita itu dengan sangat tajam, seolah dia sangat sanggup untuk mengantarkan nyawa wanita itu ke akhirat saat ini juga.“Kamu tadi bilang apa?” tanya Devan sambil menggerutukan giginya.Irene memaksa kursinya untuk mundur. Dia menjadi sangat takut pada tatapan Devan yang seperti pedang tajam, yang siap menembus jantungnya saat ini.Tubuh Irene bergetar saat embusan napas Devan mulai terasa menerpa kulit wajahnya. Sangat dingin dan sangat penuh amarah.“Devan! Mau ngapain kamu?!” pekik Diana yang melihat putranya tampak sedang menjepit Irene.“Tante ... Tante, tolong Irene, Tante,” teriak Irene memanfaatkan keberadaan Diana.“Devan!” panggil Diana sambil menarik lengan Devan agar tidak lagi membuat Irene terancam.Melihat posisi Devan s
Sudah hampir satu minggu ini Sandra dan Nathan tidak bertemu dengan Devan. Pria muda yang tampan dan menyayangi mereka itu saat ini sedang pergi ke luar negeri untuk melakukan kunjungan kerja.Meski mereka sedang berpisah jarak yang sangat jauh, Devan tetap saja sering melakukan video call dengan keluarga kecilnya. Dia tetap ingin mengecek keadaan istri dan anaknya, terutama Nathan. Lewat Nathan, dia juga mencari informasi apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Sandra saat ini.“Raka, menurut kamu ... Sandra itu dah tau belum sih kalo Irene ada di rumahku?” tanya Devan pada asisten pribadinya yang sering dia minta pendapatnya.“Saya tidak begitu yakin, Bos. Karena hingga saat ini pun Bu Sandra juga tidak pernah bertanya tentang ini pada saya. Bahkan Bu Sandra juga tidak terlihat datang ke rumah,” lapor Raka.“Hmm ... lalu gimana sama rekeningnya? Apa ada pengeluaran yang gak biasa?” tanya Devan lagi mencoba sedikit mencari tahu.“Belum ada pengeluaran dalam jumlah besar, Bos. Se
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p