Share

145. Pertandingan

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 18:40:52

“O-Oke! Aku akan pulang denganmu!” tukas Yara dengan cepat sebelum Oliver berbuat lebih jauh lagi.

Yara ingat kejadian yang ia alami di The Luxe Hotels di hari pertamanya bertemu dengan Oliver, beberapa hari yang lalu. Dan hal itu membuat pipi Yara terasa memanas.

“Tolong menjauh dariku!” pinta Yara dengan tegas.

Oliver tersenyum puas. Pria itu mundur dan memberi ruang bagi Yara untuk melanjutkan kegiatannya.

Yara kembali merapikan meja dengan jantung berdebar-debar. Sebelum akhirnya ia keluar lebih dulu mendahului Oliver. Pria itu mengikutinya di belakang dengan langkah lebar dan tenang.

Setibanya di depan mobil sport milik Oliver, Yara tidak menunggu dibukakan pintu. Tangan Yara terulur, hendak meraih handle pintu, akan tetapi Oliver menahannya.

“Jangan membuat harga diriku jatuh, Yara,” ucap Oliver sambil tersenyum miring, lalu membukakan pintu untuk Yara.

Yara mendengus, sebelum akhirnya memasuki mobil Oliver. Dan Oliver tidak lupa meminta kunci mobil Yara, untuk kemudian
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Lucya Kurnialin Ha
yara..qm gak pingin apa tanya ke marshall slma 6thn itu ada kejadian apa aja?
goodnovel comment avatar
Mutia
semangat oliver
goodnovel comment avatar
Ryanab Nie
Sabar adalah kunci ..sabar ya oliver ntar jg luluh. buat yara emang sakit sih tapi ayolah lunakin dikit dong hati nya demi si kembar.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   146. Di Sini Untukmu

    Yara berkali-kali melirik arloji sambil menggigit bibir bawahnya. Lalu melihat ke sekeliling lahan hijau luas yang telah dipenuhi oleh orang tua dan murid-murid TK yang memakai seragam hijau tosca dan putih. Namun, dari sekian banyak orang yang hadir dan yang baru saja berdatangan, Yara tidak melihat seseorang yang ia cari.Yara mengembuskan napas kasar sambil bergumam, “Apa yang aku harapkan? Dia nggak mungkin datang ke acara yang menurutnya nggak penting ini.” Lalu menyugar rambutnya dengan kasar.Meski Yara telah melarang Oliver datang ke acara Family Gathering ini, tapi entah mengapa setelah melihat keluarga anak lain yang lengkap, Yara jadi mengharapkan kehadiran Oliver.“Mommy, kenapa Daddy tidak datang?” tanya Arthur dengan ekspresi kecewa. “Padahal Daddy sudah janji akan datang. Teman-teman aku yang lain datang bersama daddy mereka, kita tidak.”Yara menggigit bibirnya, bingung apa yang har

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   147. Keluarga Kompak

    “Dari mana kamu dapat kaos itu?” Yara menatap curiga pada Oliver yang duduk di sampingnya. Kini mereka duduk beralaskan tikar yang dibawa Oliver, dengan makanan yang terhidang di atasnya, persis seperti piknik keluarga. Oliver mengedikkan bahu. “Nggak ada yang nggak bisa kulakukan, Yara, kecuali... menemukanmu selama enam tahun ini. Itu hal tersulit yang pernah aku lakukan.” Yara berdehem dan memilih mengalihkan pandangannya ke arah MC yang sedang bercuap-cuap di depan. Apa jadinya jika Oliver tahu bahwa Marshall-lah yang membantunya bersembunyi selama ini? Apakah Oliver akan marah pada Marshall? Mengingat hal itu, Yara pun menghela napas panjang. Ia harus jujur pada Oliver mengenai hal tersebut. “Baiklah! Hari ini kita akan menyaksikan salah satu lomba paling seru dan menghibur di acara Family Gathering kita, yaitu Keluarga Kompak Challenge!” seru MC yang dibalas oleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   148. Menginap

    Diam-diam Oliver melirik Yara yang duduk di sampingnya. Lalu menghela napas berat, karena wanita itu tampaknya enggan sekali menatapnya. Sementara si kembar sedang tertidur di kursi belakang. Mereka tampak kelelahan setelah seharian mengikuti acara.Yara yang merasa dirinya terus menerus ditatap Oliver, akhirnya bersuara tanpa menatap pria itu. “Tadi, kenapa kamu terlambat?”Oliver menghela napas lega sebab akhirnya Yara mau berbicara dengannya. “Aku kejebak macet.”Yara mendengus. “Jangan jadikan macet sebagai alasan. Itu alasan klise.”“Aku sungguh-sungguh, Yara.” Oliver mengelus dada, berusaha mempertebal kesabarannya menghadapi wanita keras kepala yang satu ini. “Tadi aku hampir sampai, tapi tiba-tiba ada pohon tumbang yang menghalangi jalan.”Yara tidak memberi tanggapan apapun. Ia kembali mengalihkan tatapannya dari jalanan di depan, ke arah kiri sambil bersedekap dada.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   149. Tidur Bersama

    “Mommy, Daddy boleh tidur bersama kita?” tanya Arthur dengan mata berbinar-binar.Sambil menyabuni piring kotor bekas makan malam mereka, Yara berkata, “Daddy akan tidur di sofa, Sayang. Kasur kita nggak muat berempat.”“Muat kok, Mom,” timpal Airell dengan polos. “Aku dan Arthur ‘kan kecil. kita tidur saling berdempetan saja, Mommy.”Yara menghela napas sepelan mungkin. “Nggak akan muat, Sayang. Percaya sama Mommy. Badan Daddy ‘kan besar banget,” elak Yara sambil membayangkan tubuh Oliver yang kekar itu harus tidur di tempat yang sempit, walaupun sebenarnya kasur ukuran queen bad itu masih cukup untuk Oliver. Namun Yara enggan berbagi ranjang dengan pria itu.“Mommy, please...,” pinta Arthur dengan penuh permohonan sambil memeluk kaki kanan Yara. “Aku ingin tidur bersama Daddy, karena kita belum pernah satu kalipun tidur dengan Daddy, Mom.”“Iya, Mommy.” Airell memeluk kaki kiri Yara. “Aku ingin dibacakan dongeng oleh Daddy seperti teman-teman aku,” rengeknya dengan puppy eyes-nya, y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   150. Tentang Perjuangan

    “Kamu pikir, kamu bisa lari dariku, Yara?”Yara memekik kaget, beruntung ia tidak sedang memegangi cangkir berisi teh manis hangat tersebut.Seketika itu juga, Yara membalikkan tubuhnya, dan ia menyesal telah melakukannya karena saat berbalik wajah mereka sama sekali tak berjarak hingga bibir mereka bertemu. Oliver mengungkungnya dengan meletakkan kedua tangan di tepian kitchen island, tepat di sisi kiri dan kanan tubuh Yara.“Oliver, apa yang kamu lakukan?!” desis Yara sambil memundurkan wajahnya, menjauhi wajah Oliver.Satu sudut bibir Oliver terangkat, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Yara lagi. “Kenapa menghindariku terus menerus, hm? Semakin kamu mengindar, semakin aku ingin mengejarmu, Yara,” bisiknya dengan suara berat.Yara menelan saliva, ia merasakan jantungnya berdebar-debar kencang. Sialan, Oliver. Sejak dulu pria itu selalu berhasil membuatnya tak berkutik.“Karena aku membencimu,” ucap Yara sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.Dan saat itu juga, Yara memekik terkeju

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   151. Fakta Enam Tahun Lalu

    “Sepertinya Ibu Bos kita sedang sibuk sekali hari ini.”“Oh? Marshall?! Sejak kapan kamu di sini?” Yara yang baru saja keluar dari ruang meeting, terkejut melihat Marshall sudah menunggunya di ruang tamu.“Baru sekitar....” Marshall melirik arloji sesaat. “Lima menit? Nggak terlalu lama.” Ia berdecak lidah sambil berdiri mendekati Yara. “Mentang-mentang sudah ketemu Oliver, kamu jadi melupakanku sekarang, Yara?”Yara memutar bola matanya malas. “Bukan begitu,” sanggahnya, “aku sibuk akhir-akhir ini, untuk mengurus persiapan acara ulang tahun The Luxe Hotels. Ah, ngomong-ngomong, ayo kita ngobrol di ruanganku.”Yara berjalan mendahului, dan Marshall mensejajarkan langkahnya dengan Yara. “The Luxe Hotels? Mereka jadi menggunakan konsep yang kamu tawarkan?”“Hm. Padahal awalnya CEO mereka bersikeras menolak dan ingin menentang konsep yang aku tawarkan.” Yara mendengus pelan kala mengingat perdebatannya dengan Oliver kala itu.“Waah... Oliver benar-benar tergila-gila padamu. Dia sampai ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   152. Pengkhianat

    Beberapa saat yang lalu. Oliver merindukan Yara. Ia rindu kata-kata ketusnya. Rindu tatapan tajamnya yang menggemaskan. Dan rindu segala hal tentang Yara. Sambil bersiul dan memainkan kunci mobil di tangannya, Oliver berjalan menuju lobi Infinity Events. Jantungnya selalu berdebar-debar setiap kali ia akan menemui wanita pujaan hatinya itu. Oliver tersenyum sendiri, tanpa memedulikan sapaan resepsionis. Ia penasaran, kira-kira ekspresi seperti apa yang akan ditunjukkan Yara padanya hari ini? Tiba di lantai dua, tepatnya di depan ruangan Yara, Oliver tidak melihat kehadiran sekretaris Yara di mejanya. Jadi ia tidak perlu lapor pada Yara—seperti biasa, dan memilih menerobos memasuki pintu yang terbuka sedikit itu. Namun, saat Oliver akan mendorong pintu tersebut, ia mendengar suara seorang lelaki di dalam sana yang tidak terdengar jelas apa yang sedang dibicarakannya. Sinyal api cemburu Oliver tiba-tiba menyala. Ia berhenti melangkah di dekat pintu sambil menajamkan pendengaranny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   153. Saling Mencintai

    “Maafkan aku.” Yara menundukkan kepalanya di hadapan Marshall, memandangi jari jemarinya yang saling meremas dengan gugup dan gelisah. “Gara-gara aku... hubungan kalian jadi rusak.” Ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menghalau air matanya yang hampir jatuh. Melihat Oliver pergi dengan penuh kekecewaan, membuat hati Yara terasa sakit. “Sekali lagi aku minta maaf, aku janji akan—““Nggak perlu minta maaf, Yara,” potong Marshall dengan tenang.Namun, Yara yakin hati Marshall tidak setenang yang nampak di permukaan.“Aku yang memutuskan membantumu waktu itu,” lanjut Marshall lagi. “Dari awal aku memutuskan untuk membantu, aku memang sudah tahu konsekuensinya akan seperti ini. Jadi kamu nggak perlu menyalahkan diri sendiri.”Yara menggigit bibirnya yang bergetar. Pikirannya terasa kacau balau. Kenapa Oliver harus datang di waktu yang tidak tepat?“Tetap saja....” Yara mengembuskan napas dengan berat. “Aku merasa bersalah. ini semua terjadi karena keegosanku. Andai aku nggak pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Special Chapter II.

    “Siapa yang kirim bunga untuk Airell?!” seru Oliver dengan galak saat ia mendengar Lisa berbicara dengan kurir yang mengantarkan seikat bunga mawar merah dan menyebut-nyebut nama Airell.Oliver kemudian merebut seikat bunga itu dari tangan Lisa dan membaca pesan yang tertulis dalam secarik kertas.‘Bunga ini memang cantik, tapi kalah cantik sama kamu, Airell. —Ben—‘“Ben? Siapa Ben?” geram Oliver. Berani-beraninya bocah ingusan bernama Ben itu menggombali Airell!“Kenapa, Sayang?” tanya Yara yang baru saja menghampiri suaminya dengan kening berkerut.Oliver menunjukkan bunga itu. “Lihat, Sayang. Ada yang kirim bunga buat Airell. Namanya Ben. Astaga, anak jaman sekarang, pipis aja belum lurus tapi sudah berani menggombali anak orang!”“Hush!” Yara memukul pelan lengan Oliver. “Airell sudah remaja, lho. Kamu lupa?”Justru karena sudah remaja, Oliver jadi semakin protektif pada Airell, begitu pula pada Avery yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.Oliver hendak membuang bunga itu ke te

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Special Chapter I.

    “Sayang, kita mau nambah anak lagi nggak?”“Nggak!” jawab Yara galak. “Tiga aja cukup.”Oliver terkekeh di seberang sana. “Kali aja mau. Aku siap, kok. Kalau aku pulang nanti aku siap nambah anak lagi.”“Idih! Itu sih maunya kamu.” Yara memutar bola matanya malas, lalu ikut tertawa saat Oliver tertawa di ujung telepon.“Kamu nggak tanya kapan aku pulang, gitu? Atau maksa aku pulang?” Suara Oliver terdengar menggoda.“Memangnya kenapa? Kan sudah jelas kamu akan pulang tiga hari lagi.”Yara bangkit dari kursi kerja suaminya. Walaupun sebenarnya ia rindu pada Oliver setelah LDR hampir satu minggu. Namun Yara terlalu gengsi untuk mengakui dan memaksa Oliver pulang. Ia bahkan sering duduk di kursi kerja Oliver demi mengobati rasa rindunya pada pria itu.“Paksa aku pulang, kek. Aku kangen kamu dan anak-anak. Tapi pekerjaan di sini belum selesai.” Oliver terdengar menghela napas panjang. Saat ini ia sedang berada di luar kota untuk perjalanan kantor.Belum sempat Yara menanggapi ucapan suami

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 7. Ending

    Oliver duduk dengan punggung tegak di atas sunbed, netra hitam di balik kacamata hitamnya memperhatikan Yara yang sedang mengajari Avery berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pantai. Deburan ombak sesekali terdengar dari kejauhan, diiringi bunyi sekawanan burung camar yang sesekali melintas di udara. “Sial! Apa yang laki-laki itu lakukan?” desis Oliver pada dirinya sendiri saat melihat seorang lelaki tak dikenal menghampiri Yara dan mengajaknya mengobrol. Tidak bisa dibiarkan. Detik itu juga Oliver berdiri, dan sempat bicara pada si kembar Arthur dan Airell yang tengah bermain pasir di sebelahnya, “Arthur, Airell, tunggu di sini sebentar.” Oliver bergegas menghampiri Yara setelah mendapat anggukkan dari kedua anaknya. “Maaf, ada kepentingan apa Anda dengan istri saya?” tanya Oliver pada lelaki itu tanpa basa-basi sambil menekankan kata ‘istri saya’. Lelaki yang hanya mengenakan celana selutut itu tersenyum canggung dan tampak terintimidasi oleh tatapan tajam Oliver. “Oh, t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 6.

    “Kak Zio!”“Yeay! Kak Zio datang! Aku kangen Kak Zio!”Arthur dan Airell berlari menghampiri Zio. Zio berjongkok, merentangkan kedua tangan dan memeluk si kembar secara bersamaan.“Aku juga kangen kalian,” ucap Zio sambil tertawa bahagia.Arthur yang pertama kali melepaskan diri dari pelukan itu. “Kak Zio, ayo lihat adik aku. Avery cantik, lho!”Mendengar ucapan Arthur, Airell pun cemberut. “Memangnya aku tidak cantik?”“Cantik, sih. Tapi sedikit.” Arthur tertawa jahil.“Arthur...!” rengek Airell dengan bibir yang semakin memberengut.Zio tersenyum dan menggenggam tangan Airell. “Kamu cantik, Airell. Nggak ada yang ngalahin cantiknya kamu.”Mata Airell seketika berbinar-binar. “Sungguh?”“Hm! Aku serius.” Zio mengangguk. “Kalau begitu ayo kita lihat Avery. Di mana dia sekarang?”Airell tersenyum ceria, ia menarik tangan Zio sambil berkata, “Avery lagi sama Daddy. Ayo!”Melihat interaksi mereka bertiga, Yara pun tersenyum penuh haru. Tak bisa dipungkiri bahwa ia pun merindukan Zio.“Zi

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 5.

    “Oliver, kamu baik-baik saja?” Marshall menelengkan kepala, menatap wajah sepupunya yang terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. “Kamu sepertinya kurang tidur.”Oliver mengembuskan napas panjang. Ia duduk dengan tegap di sofa, tepat di hadapan Marshall. “Menurutmu aku bisa tidur nyenyak? Setiap malam Avery selalu bangun dan saat siang dia tidur nyenyak.”Avery William adalah nama untuk anak ke tiga Yara dan Oliver. Nama itu Oliver sendiri yang memberikannya.Mendengar keluhan Oliver, Marshall tertawa puas. “Gimana dengan Yara?”“Aku membiarkan dia tidur kalau malam. Lagian Avery selalu ingin bersamaku. Seolah-olah dia tahu kalau dulu ayahnya nggak menemani kakak-kakak dia waktu masih bayi.” Oliver tersenyum kecil, hatinya berdenyut nyeri kala membayangkan Yara melewati masa-masa mengurus bayi kembar sendirian.“Mengurus satu bayi saja sudah repot, apalagi dua,” timpal Marshall, “kamu tahu maksudku?”Oliver mengembuskan napas. “Aku tahu. Kamu nggak perlu menambah rasa bersalahku kar

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 4.

    Oliver terduduk lemas di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya acak-acakan. Dan kedua lengannya tampak merah, dipenuhi bekas gigitan dan cakaran. Oliver melamun. Seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri, hingga Oliver mengabaikan keadaan di sekitarnya.Jingga keluar dari ruangan bersalin. Ia prihatin melihat kondisi Oliver yang tampak terguncang. Lalu menghampirinya.“Oliver, kenapa kamu diam di sini? Yara dan bayi kalian menunggu di dalam,” ucap Jingga dengan lembut.Ya, Yara sudah melahirkan beberapa saat yang lalu ditemani Oliver. Setelah bayinya berhasil dilahirkan dengan selamat dan sempurna, Oliver pun keluar dari ruangan itu dan duduk termenung sendirian.“Oliver...,” panggil Jingga saat Oliver tidak merespons ucapannya.Oliver tetap bergeming. Melamun dengan tangan gemetar.Jingga menghela napas panjang. Ia duduk di samping putranya, lalu menggenggam tangannya yang terasa dingin.Saat itulah Oliver keluar dari lamunannya dan menatap Jingga deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 3.

    “Oliver, perutku sakit banget.”Bisikan Yara tersebut berhasil menghentikan Oliver yang sedang berbincang-bincang dengan kliennya. Oliver langsung menoleh pada Yara dan melihat wanita itu tengah mengerutkan kening seperti menahan rasa sakit.“Sayang, perut kamu sakit?”Yara mengangguk. “Sakit banget,” katanya sembari mencengkeram lengan Oliver kuat-kuat.Raut muka Oliver seketika berubah menegang. Tangannya menangkup pipi Yara dan berkata dengan tegas, “Kita ke rumah sakit sekarang!”Tanpa basa-basi, Oliver segera mengangkat Yara ke pangkuan. Sikapnya itu mengundang perhatian dari orang-orang di sekitar mereka. Namun Oliver tampak tidak peduli. Saat itu juga ia membawa Yara keluar dari ballroom dengan ekspresi panik yang gagal ia sembunyikan.“Oliver, jangan terlalu khawatir. Sekarang sakitnya sudah hilang lagi, kok,” kata Yara, berusaha menenangkan Oliver yang kini tengah mengemudi dengan tatapan kalut.“Sayang, mana bisa aku nggak khawatir,” sergah Oliver sembari mengusap wajah deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 2.

    “Oliver, sudah kubilang, aku bisa melakukannya sendiri. Astaga....”“Tidak! Selama aku bisa melakukannya untukmu, akan kulakukan!” tegas Oliver, sebelum akhirnya pria itu memangku Yara ke kamar mandi.Yara memutar bola matanya malas, tapi ia tidak menolak lagi. Karena sekali lagi Yara menegaskan, Oliver adalah pria yang tidak menerima penolakan.Sejak awal kehamilan, Oliver selalu memberi perhatian lebih dan memanjakan Yara. Apalagi saat kehamilan Yara sudah membesar seperti sekarang, Oliver bahkan tidak mengizinkan Yara melakukan aktifitas yang sedikit berat. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. memenuhi segala kebutuhan Yara dan melayaninya dengan sepenuh hati.Oliver sering berkata pada Yara bahwa ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu yang tidak menemani Yara sewaktu kehamilan si kembar.“Jangan lihat aku. Aku malu,” protes Yara saat Oliver sudah melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuhnya.Oliver tersenyum kecil. “Apa yang membuat kamu malu, Sayang?” tanya

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 1.

    “Daddy! Mommy! Ada tamu!”“Shit!” Oliver mengumpat sambil memejamkan matanya sejenak kala mendengar seruan Airell di luar sana.Namun, hal itu tidak menyurutkan gairah Oliver. Ia berusaha menggerakkan dirinya dengan selembut mungkin agar tidak menyakiti istrinya yang kini berada di hadapannya. Posisi wanita itu memunggunginya.“Oliver...,” desah Yara sambil mencengkeram sprai erat-erat. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan desah agar tidak keluar lebih keras lagi. “Airel bilang... ada tamu.” Yara berkata dengan napas terengah-engah. “Itu pasti Zara, dia sudah... datang.”“Ssstt!” Oliver menarik dagu Yara agar menoleh ke arahnya. Lantas dilumatnya bibir sang istri dengan rakus tanpa menghentikan gerakannya. “Jangan hiraukan, Sayang. Fokus saja padaku,” bisik Oliver sesaat setelah ia menjauhkan bibir mereka berdua.“Daddy! Mommy! Ada Aunty Zara!” seru Airell lagi, kali ini diiringi ketukan pintu.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status