Deg! "Kok kakak tau itu adik Kakak? Siapa tau itu foto Kakak waktu kecil," ucap Naya sambil memperhatikan foto tersebut."Sebenarnya diary Mama yang aku dapat juga, udah hancur cuma tadi ada robekan kertas yang nempel di foto itu, tulisannya anak keduaku, lengkap sudah keluargaku satu putra satu putri," jawab Reza membuat Naya mangut-mangut."Kakak punya foto waktu bayi gak?" tanya Naya membuat Reza berpikir sejenak lalu mengangguk."Ada nih, di dompet," jawab Reza sambil mengeluarkan dompetnya, mengambil foto kecil tersebut. Naya membandingkan kedua foto tersebut."Mirip sih hidungnya, cuma Kakak lebih mancung," ucap Naya tanpa sadar membuat Reza langsung sedikit menunduk."Oh ya?""Hah?""Berarti kamu selalu memperhatikan hidungku ya," godal Reza membuat Naya langsung menjauh sedikit tubuhnya."Dih … nggak Kak, aku emang ngomong apa tadi?" tanya Naya balik membuat Reza langsung menepuk jidatnya."Dasar nenek-nenek, baru juga di ucapin masa lupa, kamu pura-pura lupa ya karena udah te
Sepanjang perjalanan pulang, Naya terus senyum-senyum sambil bergelayut manja di tangan Reza membuat Reza bingung sendiri melihat tingkah Naya."Naya Humairah ada apa sebenarnya denganmu, hem?" tanya Reza sambil menyetir membuat Naya mendongak sedikit lalu kembali senyum."Nay … jangan aneh-aneh ya, kamu kenapa?" ulang Reza."Gak apa-apa, lagi bahagia aja," jawabnya membuat Reza mengernyitkan dahinya."Bahagia karena?""Karena kamu suamiku," jawab Naya dengan lebaynya membuat Reza semakin bingung."Bohong," sanggah Reza membuat Naya langsung mencebikkan bibirnya."Iya deh, aku bahagia karena Silvi dan Kak Alex udah halal, trus aku bahagia karena Maura ternyata cuma di jebak dan yang paling penting aku bahagia karena Mama Neni tidak buat ulah lagi," terang Naya membuat Reza mangut-mangut."Kalo aku yang buat ulah gimana?" tanya Reza membuat Naya langsung menjauhkan dirinya lalu menatap tajam Reza, kemudian tangannya meraih pisang yang belum ia makan."Kakak lihat ini," ucap Naya serius
"Bunda …! Bunda …!" teriak Maura membuat Rey yang disampingnya langsung bangun."Maura, bangun hey Maura," ucap Rey membangunkan Maura tapi hasilnya nihil, Maura terus saja mengigau."Jangan! Bunda!""Maura, sayang bangun," Rey menepuk-nepuk pipi Maura lembut membuat Maura langsung terbangun."Hah? Huh … Huh …,"Rey memperhatikan Maura yang ngos-ngosan sampai keningnya berkeringat. Melihat Maura mulai tenang, Rey mengusap pipi gadis itu lembut membuat Maura langsung menoleh, detik kemudian air matanya langsung menggenang.Rey tersenyum sambil menaikkan kedua alisnya seolah-olah bertanya. Tapi Maura malah menggeleng lalu detik kemudian ia memeluk Rey erat-erat."Hey … kenapa ini?""Hiks …," mendengar Maura manangis, Rey diam sejenak mencoba mengartikan situasi Maura."Kamu mimpi apa?" tanya Rey lembut sambil memindahkan rambut yang menghalangi wajahnya."Aku mimpi buruk Rey, aku lihat Bunda ngusir kamu dari rumah trus … hiks,""Terus?""Bunda pukul aku pakai kayu, hiks …," lanjut Maura
Sampai di kamar, Silvi terus cemberut dan bete karena tidak ada satupun foto prewed mereka yang berhasil. Alex yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang.Silvi memperhatikan dirinya di depan kaca, Alex langsung mengambil ponselnya lalu mendekati Silvi dari belakang."Masih mau foto gak?" tanya Alex yang dibalas gelengan oleh Silvi, ya gadis itu ngambek."Sorry ya, saya gak bisa mesra di depan orang banyak, saya malu, bawaannya pasti kaku, apalagi karena ada Indri tadi saya jadi serba salah," ucap Alex membuat Silvi kaget, saat melihat Alex memeluknya dari belakang."Ini bisa," kesal Silvi membuat Alex langsung menyandarkan kepalanya di bahu Silvi, ia tiba-tiba merasa capek setelah di kamar."Ayo selfie aja ya, sebelumnya kita ganti pakaian," ucap Alex membuat Silvi benar-benar heran dengan perubahan Alex yang drastis."Kenapa gak dari tadi Kakak gini?" tanya Silvi sambil melihat kaca."Gak bisa, saya gak bisa, saya harus jaga image juga dong, masa atasan baik banget sama kary
Dua hari telah berlalu, namun belum ada kabar sedikitpun dari Alex, bahkan Silvi tidak bisa tidur kalo tidak memakai kemeja Alex."Itu baju diganti Silvi, udah dua hari Ibu lihat kamu pake kemeja itu terus, udah mah kebesaran, gak di ganti-ganti lagi," omel Ibunya saat mereka makan pagi, Silvi hanya diam lalu mengangguk sekilas.Paman, Tante dan Ibunya langsung saling melempar pandangan melihat tingkah Silvi dua hari ini benar-benar berbeda."Alex udah hubungin kamu?" tanya Ibunya lagi membuat Silvi menoleh lalu mengangguk sekilas, padahal Alex tidak menghubungi atau mengirimkan pesan sekalipun untuknya."Baguslah kalo Alex menghubungi kamu, karena Paman juga telponan tadi malam sama Alex," sahut Paman membuat Silvi langsung berhenti makan lalu ia melirik Pamannya."Kak Alex ngomong apa, Paman?" tanya Silvi membuat Paman hanya menaikkan kedua alisnya."Yah … biasa lah, laki-laki ngobrol basa-basi ngomongin politik," jawab Paman membuat Silvi mangut-mangut."Oh," jawabnya singkat."Mau
Setelah selesai menutup telponnya, Alex kembali keluar lalu berbincang dengan Tio. "Tio sebelumnya terima kasih banyak ya kamu udah mau membantu saya dengan baik dan maaf juga jika saya banyak kesalahan selama kamu disini. Kemungkinan saya akan berhenti jadi CEO dari perusahaan ini,"Deg! "Maksud Bapak?" tanya Tio tidak percaya. "Iya Tio, saya gak mau dengan saya tetap jadi CEO disini malah bermasalah kedepannya, apalagi orang tua saya tidak begitu menyukai kehadiran Silvi," jawab Alex membuat Tio diam sejenak."Berapa lama lagi Bapak disini?" tanya Tio membuat Alex sejenak berfikir."Sampai masalah ini selesai dan pekerjaan saya yang masih terbengkalai karena pernikahan kemaren selesai, gitu sih sekitar satu sampe dua minggu lagi lah saya disini," jawab Alex membuat Tio menghela nafas panjang."Em … kalo begitu saya resign juga ya Pak," ucap Tio membuat Alex kaget."Loh kok malah resign, jangan, kamu tetap disini aja," larang Alex yang dibalas gelengan oleh Tio."Maaf Pak, saya gak b
"Amar," ucap Silvi membuat Amar langsung tersenyum. "Yes baby," jawab Amar dengan santainya membuat Silvi langsung mengepalkan tangannya."Masih sendiri aja nih, suami kamu belum datang juga?" tanya Amar dengan nada remehnya membuat Silvi langsung berhenti."Amar, bisa gak kamu jangan nyari masalah setiap hari, saya perhatiin semakin hari kamu semakin menjadi-jadi, mau kamu apa sih?" ujar Silvi yang mulai bosan dengan kebiasaan buruk Amar."Ya gak apa-apa sih, cuma pengen aja deket sama kamu, wajar kan udah seminggu di tinggal, pasti kangen lah sama belaian laki-laki, ya gak?" jawab Amar dengan genitnya membuat Silvi tidak habis pikir dengannya."Amar, saya tegaskan baik-baik ya dan kamu juga tahu kalo saya udah punya suami, gak sopan kamu seperti ini!" tegas Silvi membuat Amar langsung tertawa."Hahah ups … maaf, punya suami, mana suaminya? Gini deh Silvi, suami kamu aja yang udah sah sama kamu malah ninggalin kamu begitu aja, udah deh gak usah sok jual mahal," ledek Amar."Tutup mul
Deg! Rey langsung diam sejenak membuat Maura menoleh ke atas."Kenapa emangnya?" tanya Maura membuat Rey langsung tersadar lalu menunduk sedikit."Em … gak apa-apa sih, tapi kenapa kamu baru cerita sekarang, dulu waktu SMA kamu gak pernah cerita?""Ih suamiku yang baik hati, waktu SMA kan kita musuh bebuyutan ya, yang ada kalo aku cerita, kamu bakal punya bahan ledekan, untuk ngeledek aku di panggil anak pungut, iya gak?" terang Maura membuat langsung terkekeh lalu mengangguk."Iya juga ya,""Ish …," ringis Maura membuat Rey langsung melonggarkan pelukannya."Kenapa?""Pegel, pengen rebahan," jawab Maura yang dibalas anggukan oleh Rey."Ayo rebahan, sembari kamu cerita semua yang pernah kamu alamin dari awal jadi anak angkat hingga sekarang," lanjut Rey lalu menuntun Maura ke ranjang."Semua?""Iya semuanya, aku harus tau tentang kamu," jawab Rey ikut merebahkan tubuhnya di ranjang."Buat apa?" tanya Maura lagi membuat Rey mengerutkan keningnya."Kok buat apa? Ya perlu banget Maura, a
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b