Setelah selesai menutup telponnya, Alex kembali keluar lalu berbincang dengan Tio. "Tio sebelumnya terima kasih banyak ya kamu udah mau membantu saya dengan baik dan maaf juga jika saya banyak kesalahan selama kamu disini. Kemungkinan saya akan berhenti jadi CEO dari perusahaan ini,"Deg! "Maksud Bapak?" tanya Tio tidak percaya. "Iya Tio, saya gak mau dengan saya tetap jadi CEO disini malah bermasalah kedepannya, apalagi orang tua saya tidak begitu menyukai kehadiran Silvi," jawab Alex membuat Tio diam sejenak."Berapa lama lagi Bapak disini?" tanya Tio membuat Alex sejenak berfikir."Sampai masalah ini selesai dan pekerjaan saya yang masih terbengkalai karena pernikahan kemaren selesai, gitu sih sekitar satu sampe dua minggu lagi lah saya disini," jawab Alex membuat Tio menghela nafas panjang."Em … kalo begitu saya resign juga ya Pak," ucap Tio membuat Alex kaget."Loh kok malah resign, jangan, kamu tetap disini aja," larang Alex yang dibalas gelengan oleh Tio."Maaf Pak, saya gak b
"Amar," ucap Silvi membuat Amar langsung tersenyum. "Yes baby," jawab Amar dengan santainya membuat Silvi langsung mengepalkan tangannya."Masih sendiri aja nih, suami kamu belum datang juga?" tanya Amar dengan nada remehnya membuat Silvi langsung berhenti."Amar, bisa gak kamu jangan nyari masalah setiap hari, saya perhatiin semakin hari kamu semakin menjadi-jadi, mau kamu apa sih?" ujar Silvi yang mulai bosan dengan kebiasaan buruk Amar."Ya gak apa-apa sih, cuma pengen aja deket sama kamu, wajar kan udah seminggu di tinggal, pasti kangen lah sama belaian laki-laki, ya gak?" jawab Amar dengan genitnya membuat Silvi tidak habis pikir dengannya."Amar, saya tegaskan baik-baik ya dan kamu juga tahu kalo saya udah punya suami, gak sopan kamu seperti ini!" tegas Silvi membuat Amar langsung tertawa."Hahah ups … maaf, punya suami, mana suaminya? Gini deh Silvi, suami kamu aja yang udah sah sama kamu malah ninggalin kamu begitu aja, udah deh gak usah sok jual mahal," ledek Amar."Tutup mul
Deg! Rey langsung diam sejenak membuat Maura menoleh ke atas."Kenapa emangnya?" tanya Maura membuat Rey langsung tersadar lalu menunduk sedikit."Em … gak apa-apa sih, tapi kenapa kamu baru cerita sekarang, dulu waktu SMA kamu gak pernah cerita?""Ih suamiku yang baik hati, waktu SMA kan kita musuh bebuyutan ya, yang ada kalo aku cerita, kamu bakal punya bahan ledekan, untuk ngeledek aku di panggil anak pungut, iya gak?" terang Maura membuat langsung terkekeh lalu mengangguk."Iya juga ya,""Ish …," ringis Maura membuat Rey langsung melonggarkan pelukannya."Kenapa?""Pegel, pengen rebahan," jawab Maura yang dibalas anggukan oleh Rey."Ayo rebahan, sembari kamu cerita semua yang pernah kamu alamin dari awal jadi anak angkat hingga sekarang," lanjut Rey lalu menuntun Maura ke ranjang."Semua?""Iya semuanya, aku harus tau tentang kamu," jawab Rey ikut merebahkan tubuhnya di ranjang."Buat apa?" tanya Maura lagi membuat Rey mengerutkan keningnya."Kok buat apa? Ya perlu banget Maura, a
Deg! "Pergi! Kamu jahat! Hiks …," tangis Silvi kembali pecah membuat Alex langsung meraih tangan Silvi, tapi langsung di tepis oleh Silvi."Mau kamu apa sih Kak sebenarnya, aku tanya baik-baik sekarang?" tanya Silvi membuat Alex langsung panik saat melihat hidung Silvi mengeluarkan darah."Silvi hidung kamu–Alex langsung bangkit lalu mencari tisu sedangkan Silvi meraba hidungnya detik kemudian ia kaget melihat darah di tangannya, perlahan ia memejamkan matanya sejenak karena memang kepalanya sangat pusing.Alex kembali mendekati Silvi lalu ia melap darah di hidung gadis itu."Aku bisa sendiri," ucap Silvi lalu ia mengambil tisu tersebut dari tangan Alex, Silvi bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati jendela membuat Alex ikut bangkit mengikuti Silvi dari belakang."Sekarang aku mau jujur sama Kakak," ucap Silvi tiba-tiba berbalik membuat Alex berhenti."Apa?" tanya Alex membuat Silvi langsung mengatur nafasnya, tapi tiba-tiba air matanya terus menetes membuat Alex kaget."Sil–"
Bugh! Hah! Silvi langsung menutup mulutnya melihat Alex meninju Amar hingga terpental lumayan jauh dari tempatnya berdiri, tidak puas sampai disitu Alex langsung mendekati Amar lalu menarik bajunya membuat Amar langsung menegangi tangan Alex."Ngomong apa anda sama istri saya?" tanya Alex dengan nada ingin membunuh membuat Silvi mematung."Jawab!" paksa Alex membuat Amar tiba-tiba tertawa."Haha … ternyata anda sudah kembali setelah mendengar istri anda jadi omongan satu kampung, bukan begitu?" ucap Amar tanpa rasa takut sedikitpun membuat Alex menatap nyalang ke arahnya.Bugh! Bugh!"Kak udah," lerai Silvi sambil memegangi lengan Alex membuat Alex yang hendak menghajar Amar tertahan lalu ia menoleh ke samping."Masuk," suruh Alex membuat Silvi kaget."Udah Ka–"Saya bilang masuk," tegas Alex membuat Silvi mau tidak mau mengangguk lalu ia berjalan menuju rumah namun sesekali ia melihat ke belakang karena kaget dan baru kali ini ia melihat Alex semarah itu."Kalo anda hanya berniat sa
"Hiks …," Deg! "Kenapa ini kok malah nangis?" tanya Alex berusaha melepaskan pelukan Silvi, detik kemudian ia bisa melihat wajah gadisnya itu."Kenapa?" "Maaf," cicit Silvi membuat Alex langsung mengerutkan keningnya."Maaf untuk?" pancing Alex membuat Silvi langsung mendongak menatap manik Alex membuat Alex semakin heran."Semuanya," jawabnya membuat Alex melihat ke arah pintu sejenak lalu tangannya merapatkan pintu tersebut."Kamu udah maafin saya?" tanya Alex yang dibalas anggukan oleh Silvi."Aku yang salah, maaf," lanjut Silvi sambil mengusap air matanya membuat Alex tersenyum lalu mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu."Em … maafin gak ya?" pancingnya, Silvi kaget melihat tangan Alex terluka, ia langsung menarik tangan Alex membuat sang empu kaget."Kenapa?""Tangan Kakak terluka, ayo duduk, aku obati dulu," ucap Silvi lalu menarik Alex ke ranjang. Silvi membuka laci mengambil kotak obat, sedangkan Alex masih melihat tangannya karena ia tidak sadar kalo tangannya terluka."Karena t
Deg! "Maura," gumam Nova pelan, ia bahkan tidak percaya gadis yang dianggapnya lemah itu sekarang bersama dengan polisi menjemputnya.'Gak-gak, gak mungkin gadis bodoh ini bisa bertindak sejauh ini, pasti ada orang lain dibelakangnya, tapi siapa,' gumam Nova dalam hati sambil celingak-celinguk. Tanpa ia sadari tiba-tiba tangannya sudah di borgol oleh polisi."Ayo ikut kami sekarang juga ke kantor polisi," tegas polisi tersebut membuat Nova kaget, detik kemudian ia melihat Naya datang ke samping Maura.'Gadis kampung itu,' ucap Nova tidak percaya."Heh … jangan kira dengan kamu berbuat seperti ini kamu akan memang, kamu salah gadis bodoh, justru dengan begini kamu akan disiksa kembali, liat saja nanti memang bukan saya yang nyiksa tapi liat aja nanti," ancam Nova begitu melewati Maura.Jleb!"Jangan takut, kamu gak sendirian," ucap Naya tiba-tiba menggenggam tangan Maura yang sudah bergetar membuat Maura langsung menoleh lalu mengangguk."Iya Mbak,""Bagus, ayo kita ikut ke kantor poli
Deg! Nova langsung diam tidak bisa berkutik lagi saat Maura terus membantahnya.Setelah selesai introgasi, mereka punya waktu dua hari untuk mencari barang bukti ke pengadilan.Selama perjalanan pulang, Maura benar-benar penasaran dengan ucapan Reza tadi, rasanya mulutnya ingin bertanya, tapi rasa takutnya lebih kuat sehingga Maura hanya bisa melirik-lirik Reza.Lain halnya dengan Reza yang senyum sambil sesekali melihat ke spion melihat Maura seperti orang kebingungan. Namun, detik kemudian ntah kenapa ia juga ingin menangis melihat gadis lugu itu. Rasa bersalah tiba-tiba muncul di hatinya.Berulang kali Reza menggelengkan kepalanya untuk tidak menangis sekarang, ia memang berniat untuk membawa Rey dan Maura ke rumahnya."Maura," panggil Naya membuat Maura langsung kaget lalu menoleh."I—iya Mbak," jawab Maura gugup."Kenapa? Kok kayak orang gelisah?" tanya Naya, dengan cepat Maura menggeleng, ia tidak berani menanyakan tentang Reza pada Naya.Sedangkan Rey yang mendengar itu sesekal
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b