Happy Reading. Rina, Bagas dan Ansel menatap Zayla dan Arion yang juga tengah menatapnya. Mereka semua hanya saling pandang tanpa berani membuka suara, lebih tepatnya bingung mau memulainya dari mana. "Khem! Sepertinya ada yang harus kamu katakan, Arion," cetus Ansel membuka percakapan. Ia sudah tidak tahan terus berdiam diri di ruangan itu. "Benar. Aku akan mengatakan hal penting kepada kalian semua. Aku harap, tidak ada yang keberatan dengan niat baikku ini," ucap Arion sembari menatap sang pujaan hati yang terlihat tegang. "Om, Tante, Ansel. Secara pribadi saya ingin meminta maaf atas kesalahan saya terhadap Zayla di masa lalu. Mungkin kesalahan saya sangatlah fatal dan tak pantas dimaafkan, tetapi setidaknya saya ingin mengutarakan rasa penyesalan ini yang teramat bodoh di masa lalu," "Saya berjanji akan membahagiakan Zayla setelah ini, karena dia lah prioritas saya. Bukan karena kehadiran anak diantara kita, tapi sudah dari lama saya memang mencintai putri Om dan Tante sebel
Happy Reading. Wajah Zayla dan Arion nampak sumringah sampai memancarkan cahaya kebahagiaan yang teramat terang. Terlihat jelas bahwa mereka sedang bahagia sekali sekali. Kini keduanya berdiri di atas balkon kamar sambil menatap gemerlapnya bintang di atas langit sana. "Apa kamu bahagia dengan keputusan keluarga kita, hum?" ucap Arion dengan posisi memeluk Zayla dari arah belakang. Menopang kan dagunya pada pundak sang pujaan hati sehingga pipi mereka menempel sempurna. "Sangat bahagia, Kak. Aku merasa senang sekaligus geli," jawab Zayla sambil terkekeh kecil. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang. "Apanya yang geli, atau geli karena apa?" tanya Arion penasaran. Tangannya terus mengusap perut buncit Zayla dengan sangat lembut. "Aku bahagia karena cinta kita bisa bersatu. Namun, aku juga geli jika memikirkan kita akan menikah, sedangkan kita dibesarkan oleh Mama, Papa, sebagai seorang Kakak dan Adik. Aduh, apa jadinya menikah dengan Kakak sendiri. Hahaha," Zayla tertawa lepa
Happy Reading. Jam 6 pagi, seluruh anggota keluarga Orlando berkumpul di ruang makan untuk melaksanakan sarapan pagi. Namun, orang yang mereka tunggu belum juga muncul di sana, sehingga terpaksa sarapan pagi ditunda sampai Zayla dan Arion turun dan bergabung dengan mereka. "Ke mana mereka, tumben sudah jam segini belum juga turun," ucap Rina menatap jam dinding yang sudah melewati jam makan pagi. "Biar aku panggilkan mereka, Ma," usul Ansel lekas berdiri dari duduknya dan menuju ke kamar Arion terlebih dahulu, setelah ia baru akan ke kamar sang Adik. Tok! Tok! Tok! "Arion! Bangun, sarapan pagi sudah siap, kami semua menungguku di bawah." Teriaknya dari luar pintu. Akan tetapi, tidak ada respon dari salam sana, membuat Ansel kesal saja karenanya. Tidak ingin berlama-lama di sana, Ansel pun beralih ke kamar Zayla yang terletak di sebelah kamar Arion, hanya terhalang dinding saja. "Zayla, Dek, bangun yuk. Kita sarapan pagi bersama, Mama sama Papa nungguin di bawah." Suara Ansel di
Happy Reading. Serly datang menemui Zayla di kediaman Wesley, untuk berpamitan. Ia merasa gugup karena takut bertemu dengan Ansel, pria yang berhasil membuatnya berdebar apabila berhadapan dengannya. "Semoga dia enggak ada di sini." Ucapnya sebelum akhirnya menekan bel rumah. Tak perlu menunggu lama, pintu rumah pun terbuka lebar, menampilkan sosok Zayla di sana dengan bibir yang tersenyum lebar. "Serly!" Teriaknya sembari memeluk sang sahabat. "Uh, aku sangat merindukanmu Zay," ucap Serly membalas pelukan sahabatnya. Sebelum berangkat ke sana, Serly memberitahukan Zayla terlebih dahulu bahwa dirinya akan berkunjung. Tentu saja kedatangannya disambut sangat antusias oleh Zayla yang juga merindukannya. "Ayo ke dalam," ajak Zayla menarik tangan Serly penuh semangat. Ia tidak membiarkan Serly duduk di ruang tamu, melainkan membawanya masuk ke dalam kamar. Serly mengekori Zayla sampai tiba di kamar yang dulu sering ia tempati saat menginap di sana. Mereka pasti akan tidur berdua di
Arion pulang dari kantor dengan dua kresek di tangannya yang berisi camilan pesanan Zayla. Bibirnya terus mengembangkan senyum karena merasa sangat dibutuhkan oleh calon istrinya itu. Hidupnya menjadi sangat berguna untuk calon anaknya yang belum lahir. "Selamat sore, Ma, Pa," sapa Arion kepada Rina dan Bagas yang duduk di ruang tamu. "Sore," jawab Rina sedikit heran. Ia sampai menatap suaminya untuk meminta penjelasan kenapa calon menantu mereka bersikap sangat aneh sejak pagi tadi. "Namanya juga orang jatuh cinta," ucap Bagas sambil mengedikkan bahu. Ia tidak heran dengan sikap Arion karena dulu ia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang Arion rasakan sekarang. Bahkan, tak jarang kedua orang tuanya mengatakan Bagas sudah gila karena selalu bertingkah aneh. "Selamat sore bumil ku," seru Arion memasuki kamar sang pujaan hati yang memang sengaja tidak dikunci. "Kak Ion," pekik Zayla lekas menghampiri calon suaminya. Kedua matanya berbinar tatkala melihat buah tangan yang Ario
Happy Reading. "Cantik sekali." Ucap pria itu sambil menaiki ranjang dan ikut berbaring di samping Serly. Wanita itu sama sekali tidak sadar akan keberadaan pria yang kini sedang memeluknya. Tepat jam 3 dini hari, Serly terbangun dari tidurnya karena merasa ngantuk. Ia merasakan berat pada bagian perutnya, saat diperiksa ternyata ada tangan kekar yang melingkar di sana. "Aaaakkkh! Kamu siapa!" Teriak Serly menghempaskan tangan kekar itu secara kasar. Kemudian ia turun dari atas ranjang dan kembali berteriak. "Tol--eemmhp""Shuuut! Jangan teriak, nanti dikira ada maling," bisik pria itu sambil membekap mulut Serly menggunakan tangannya. Suara itu ... Serly sangat hafal dengan pemiliknya. Ia melepaskan tangan yang menutup mulutnya agar bisa melihat siapa sosok pria tersebut. "Kak Ansel--" Suara Serly tercekat di tenggorokan tatkala melihat wajah pria yang sudah menyelinap masuk ke dalam kamarnya. Ia sampai menjauhkan diri dari saking takutnya. Bagaimana tidak, seringai di bibir An
Happy Reading. Zayla nampak cemas, ia terlihat mondar-mandir di dalam kamar karena tak mendapatkan balasan pesan dari Serly sampai pagi ini. "Serly ke mana sih, kenapa pesanku enggak di balas?" Ucap Zayla terus berusaha menghubungi ponsel Serly lagi. Namun, panggilannya tak kunjung mendapatkan jawaban. "Sayang," suara bariton menyapa Zayla dari arah pintu kamar. "Kamu ngapain di sana?" tanyanya sembari menghampiri wanita cantik itu. "Aku lagi mikirin Serly, Kak. Aku khawatir dengan keadaannya, aku takut terjadi sesuatu sama dia. Kalau cuma pergi ke kota C, enggak mungkin dia belum sampai 'kan," cicit Zayla tak berhenti mencemaskan sahabatnya. "Serly bukan anak kecil, dia bisa menjaga dirinya sendiri di luar sana," kata Arion berusaha menenangkan sang pujaan hati. "Ck! Kak Ion enggak akan ngerti dengan apa yang aku rasakan saat ini. Firasat ku benar-benar enggak enak, Kak," ungkap Zayla sambil berjalan ke sisi ranjang dan duduk di sana. "Mungkin Serly lagi istirahat akibat kecape
Happy Reading. Setelah pergulatan semalam, Serly terlelap dalam tidurnya akibat kelelahan. Ansel yang sudah bangun terlebih dahulu terus memandangi wajah cantik Serly. "Maaf, sudah berbuat hal sekeji ini. Tapi percayalah kalau aku sangat mencintaimu, aku melakukan semua ini demi bisa memiliki mu." Ucap Ansel berkata lirih. Tangannya membenarkan anak rambut yang berserakan di wajah sang pujaan hati. "Sebelumnya aku enggak pernah merasakan jatuh cinta, tapi setelah mengenalmu rasa itu tumbuh dengan sendirinya dan berkembang begitu pesat. Apa pun akan aku lakukan demi bisa bersamamu." Tukas Ansel penuh tekad. Pandangan Ansel tertuju pada ponsel miliknya yang tergelak di atas lantai akibat perbuatan brutalnya semalam. Layarnya terus berkedip, menandakan adanya notifikasi yang masuk. Gegas Ansel meraih benda pipih tersebut dan melihat banyaknya panggilan dari Mama dan Papanya. Ada pesan juga dari mereka. "Kamu di mana, Nak. Adik kamu mau melahirkan.""Ansel, cepat ke rumah sakit Cakraw