Happy Reading.
Suara sirene memenuhi jalan raya, yang mana terjadi kecelakaan tunggal. Sebuah mobil hitam menabrak pembatas jalan. Kedua penumpang langsung mati ditempat. Sedangkan satu orang lagi masih selamat. Seorang gadis cantik bernama Zayla Oakley, yang berusia 18 tahun, tak sadarkan diri di kursi belakang. bagian kepalanya terluka, tapi tidak parah. Anggap saja hari ini adalah keberuntungannya yang masih diberikan keselamatan oleh yang maha kuasa.Para korban terlah dibawa ke rumah sakit terdekat oleh ambulance dan tim dokter. Setibanya di sana, Zayla langsung ditangani oleh tim medis. Sedangkan kedua orang tuanya yang telah dinyatakan meninggal langsung di bawa ke ruang mayat. Pihak rumah sakit sudah menghubungi keluarga korban agar segera pergi ke rumah sakit.Seorang laki-laki tampan tengah berlari di Koridor rumah sakit. Guratan cemas terpampang nyata di wajahnya. Dialah putra pertama dari pasangan suami istri yang baru saja mengalami kecelakaan, sekaligus kakak dari Zayla. Tubuhnya bergetar tatkala petugas rumah sakit mengarahkannya pada ruang mayat, saat ia menanyakan keberadaan korban kecelakaan tunggal tersebut.Dadanya bergemuruh, tangannya bergetar, seolah tak mampu membuka pintu ruang mayat itu. Ia menepis segala pikiran buruk yang terlintas di benaknya. Ia berharap bukan kedua orang tuanya yang ada di dalam sana. Dengan langkah pelan, akhirnya laki-laki tersebut memasuki ruangan itu dengan jantung yang berdebar. Bahkan keringat dingin muncul di wajahnya.Deg.Debaran jantung menjadi tak terkontrol tatkala melihat sosok kedua orang tuanya di sana. Arion Wesley, laki-laki berusia 27 tahun itu meneteskan air mata begitu melihat orang yang paling ia sayangi terbujur kaku di atas brankar rumah sakit. "Ma, Pa. Kenapa kalian pergi ninggalin aku." Isak Arion dalam tangisnya. Hatinya benar-benar sakit atas kenyataan ini. Padahal beberapa jam yang lalu, mereka masih ber teleponan."Satu korban lagi ada di dunia IGD, Pak. Dia masih ditangani oleh tim dokter. Beruntung adik Anda masih selamat," ucap petugas yang berjaga di ruang mayat itu.Arion baru ingat bahwa kedua orang tuanya pergi bersama Zayla. Dengan cepat Arion keluar dari ruang mayat dan menuju ke IGD untuk melihat kondisi adiknya. Rasa marah dan benci mulai menggerogoti relung hati Arion. Andaikan Zayla tidak memaksa kedua orang tuanya untuk pergi bersamanya, maka kecelakaan ini tidak akan terjadi. Kedua orang tuanya pasti masih hidup.Arion memilih pergi dari sana dan meminta pihak rumah sakit untuk mengurus kepulangan jenazah kedua orang tuanya. Tanpa berpikir panjang, Arion akan segera memakamkan kedua orang tuanya ketika sampai di rumah. Biarlah Zayla tak melihat mereka untuk yang terakhir kalinya."Gara-gara kamu, mama dan papa jadi meninggal, Zayla. Aku tidak akan pernah memaafkan mu." Batin Arion terus menyalahkan Zayla. Menurutnya sang adik hanya pembawa sial bagi keluarganya. Dulu, saat mama dan papanya mengadopsi Zayla dari panti asuhan, Arion harus kehilangan sang nenek yang saat itu memang sakit parah.Ya, Zayla hanyalah anak pungut yang di adopsi dari panti asuhan Pelita Hati. Namun, Zayla tidak mengetahui akan hal itu. Karena Cassi dan Dario, kedua orang tua Arion, melarang anggota keluarganya untuk mengatakan fakta tersebut. Sebab mereka sangat menyayangi Zayla dan menganggapnya seperti anak sendiri.*****Zayla telah dipindahkan ke ruang VIP untuk pengobatan intensif. Lukanya memang tidak terlalu parah. Hanya saja pihak rumah sakit menjalankan sesuai dengan perintah keluarga korban. yaitu Arion. Walau bagaimana pun ia ingin adik angkatnya itu lekas pulih supaya bisa pulang dengan cepat.Perlahan Zayla membuka matanya. Hal pertama yang ia rasakan adalah, kepalanya berdenyut nyeri. Ia menyapu ruangan bernuansa putih itu. "Aku dimana?" Gumam Zayla sambil melihat jarum infus yang menancap di punggung tangannya.Seketika itu juga Zayla mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dimana ia dan kedua orang tuanya dalam perjalanan ke mall. Namun, di pertengahan jalan Dario mendapatkan telepon dari seseorang. Setelah panggilan berakhir papanya itu memutar arah dan kembali ke jalan pulang. Dario menambah laju kecepatan mobil yang dikendarai sampai tidak memperhatikan jalan.Hingga akhirnya mobil tersebut lepas kendali dan menabrak pembatas jalan. Saat itu juga Zayla tidak bisa mengingat apapun lagi. Ia merasakan kepalanya dihantam oleh benda keras dan terasa pening. Sampai akhirnya Zayla benar-benar tak sadarkan diri."Mama, Papa." Seru Zayla dengan jantung yang berdebar. Ia mencabut jarum infus yang menancap di punggung tangannya secara paksa. Hingga mengeluarkan banyak darah. Namun Zayla seakan tak perduli dengan rasa sakit itu. Yang ia pikirkan adalah kedua orang tuanya.Zayla pergi ke ruang rawat lainnya untuk mencari keberadaan mama dan papanya yang mungkin saja tengah di rawat juga sama seperti dirinya. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal.Sampai akhirnya ada seorang dokter perempuan yang menghampiri Zayla. Dia adalah dokter yang menangani Zayla waktu berada di ruang IGD. "Siapa yang Anda cari, Nona?" tanya dokter tersebut dengan sopan. Ia sangat tahu siapa gadis cantik yang ada di hadapannya. Putri dari keluarga Wesley. Pengusaha terkenal di Amerika."Mama dan Papa saya dirawat di ruangan mana ya Dok?" tutur Zayla dengan wajah cemas."Apakah Anda tidak tahu kalau jasad tuan Dario dan nyonya Cassi sudah di bawa pulang oleh Tuan Arion," dokter yang bernama Mirna itu bertanya penuh selidik."Apa! Jasad?" ulang Zayla terkejut. Ia belum bisa mencerna ucapan dokter Mirna itu. Sebab ia merasa kedua orang tuanya masih hidup."Kedua orang tua Anda sudah tidak ada, Nona. Mereka langsung meninggal di tempat saat kecelakaan berlangsung," terang Mirna dengan mata sendu. Ia yakin kalau Zayla sama sekali belum mengetahui akan fakta itu."Enggak mungkin. Dokter pasti bohong 'kan? Mama dan papa saya masih hidup," tegas Zayla menolak fakta tersebut. Setelah itu Zayla berlari keluar dari area rumah sakit. Tujuannya adalah pulang ke rumah. Ia harus memastikan bahwa ucapan dokter Mirna tidak benar.Zayla menghentikan taksi yang kebetulan melintas di depan rumah sakit. Kemudian ia meminta sopir tersebut untuk mengantarkannya ke rumah. Dalam perjalanan pulang Zayla terus merapalkan doa, berharap mama dan papanya baik-baik saja di rumah. Mana mungkin mereka tega meninggalkan Zayla dengan cara seperti itu. Sungguh Zayla tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sampai ucapan dokter Mirna benar.Sopir taksi menghentikan mobilnya di depan rumah besar yang mana telah banyak orang di sana dengan berpakaian serba hitam. Jantung Zayla berdegup sangat kencang, tatkala melihat kakaknya berdiri diambang pintu dengan sorot mata yang tajam. Jangan lupakan bengkak di matanya karena terlalu lama menangis selepas kepergian orang tuanya."Kak ...."Happy Reading."Kak ...." Zayla menghampiri kakaknya yang masih berdiri diambang pintu. "Mama sama papa--""Tutup mulutmu! Jangan pernah menyebutkan nama mereka di hadapanku," potong Arion dengan cepat. Kemarahan semakin membuncah, tatkala melihat sosok adik angkatnya di sana.Zayla terhenyak saat pertama kali mendengar suara kakaknya meninggi. Baru kali ini Arion membentak Zayla. Dari dulu dia memperlakukan Zayla layaknya seorang putri. Ia sangat menyayangi Zayla seperti adik kandungnya sendiri. Namun, sekarang rasa sayang itu berubah menjadi rasa benci yang teramat dalam."Kak--" Suara Zayla tercekat di tenggorokan. Kedua matanya berkaca-kaca. Entah kenapa kakak yang begitu menyayanginya kini berubah menjadi garang.Tanpa menunggu lama lagi, Arion masuk ke dalam rumah. Meninggal Zayla seorang diri di sana. bahkan pada pelayat pun telah pergi dari kediaman Wesley. Hingga suara klakson membuyarkan lamunan Zayla."Maaf Nona. Anda belum membayar ongkos taksinya," ucap sopir taksi dari d
Happy Reading.Pagi harinya ...Arion membangunkan Zayla dengan sangat kasar. Ia begitu marah karena di meja makan belum ada sarapan sama sekali. Sedangkan hari ini Arion ada meeting penting dengan klien dari London. Untuk membahas tentang proyek pembangunan pusat perbelanjaan di kota tersebut. Benar-benar membuat mood Arion hancur."Cepat bangun!" Sentak Arion menarik tangan Zayla sampai jatuh dari atas ranjang. Ia sama sekali tak mempunyai hati nurani."Aw!" Zayla meringis, tatkala merasakan sakit di bagian pinggulnya. "Ada apa Kak? Kenapa sampai membangunkan ku seperti ini," suara Zayla terdengar serak sehabis bangun tidur. Apalagi semalam ia tidak bisa memejamkan mata karena terus kepikiran dengan mama dan papanya. Hingga dini hari ia baru bisa terlelap."Kenapa di meja makan belum ada sarapan yang tersaji? Apa kau mau bermalas-malasan, huh! Enak saja, sudah numpang di rumah ini masih mau bersantai," geram Arion dengan suara tinggi."Maaf Kak. Kalo gitu aku mau masak sekarang ya.
Happy Reading.Arion memasuki rumah dengan perasaan kesal. Ia mencari Zayla ke kamarnya. "Zayla! Zayla!" Teriak Arion menggedor pintu kamar sang adik dengan keras. Kebetulan pintu kamar Zayla dikunci karena gadis itu sedang mandi."Ada apa Kak?" ucap Zayla terburu-buru keluar dari dalam kamar mandi. Bahkan dia belum menyisir rambutnya yang basah sehabis keramas. Beruntungnya Zayla sudah menggunakan pakaian lengkap. Jadi ia siap kapan saja jika Arion memberikan tugas tambahan."Siapa yang menyuruhmu mengganti gorden di ruang tengah, huh!" Arion sangat marah begitu memasuki rumah, tiba-tiba gorden warna kesukaan mamanya telah diganti tanpa izin oleh Zayla. Padahal selama ini ia sudah melarang siapa pun untuk tidak mengganti gorden itu kalau bukan mamanya sendiri yang memintanya untuk agar diganti. "Gordennya aku cuci, Kak. Karena sudah kotor dan berdebu. Aku cuma menggantinya untuk sementara waktu. Setelah gorden itu kering, aku akan langsung memasangnya lagi," tutur Zayla panjang leba
Happy Reading."Zayla! Bangun!" Arion mengguncang tubuh Zayla, berharap gadis cantik itu terbangun.Keringat dingin membasahi wajah cantik Zayla. Ia terlihat gelisah dan terus memanggil nama mama dan papanya. Sampai akhirnya Zayla benar-benar membuka matanya dengan nafas yang tersengal-sengal.Nafas Zayla memburu. Ia cukup merasa lega begitu melihat ada sang kakak di hadapannya. "Kak!" Gadis cantik itu langsung menghambur ke pelukan hangat Arion. Sedangkan yang dipeluk sama sekali tidak memberikan respon apapun."Lepas! Jangan cengeng. Mana main sebut mama dan papa lagi," Arion melepaskan pelukan Zayla dengan kasar. Tujuannya kesana adalah, untuk meminta disiapkan air hangat seperti tadi malam.Namun Zayla justru masih tertidur. Lebih parahnya lagi adiknya itu malah mengigau, sangat menjengkelkan menurut Arion."Aku bermimpi ketemu sama mama dan papa, Kak. Kami ketemu di sebuah taman. Tapi, disaat aku ingin ikut bersamanya, mereka justru menangis dalam pelukanku, dan berkata, " Maafkan
Happy Reading. Pagi-pagi sekali, Arion menyuruh Zayla untuk bersiap karena mereka akan pergi ke luar negeri. Awalnya Arion hanya ingin pindah rumah ke luar kita saja, tetapi ia mengingat sebagian saham properti di perusahaannya juga ada di kota J. Jadi, Arion memilih untuk pindah ke sana saja sambil lalu mengembangkan bisnisnya di kota itu. Untuk perusahaan yang ada di kota A, ini. Arion memasrahkannya kepada Zack, asisten pribadinya. Ia belum tahu sampai kapan akan tinggal di kota Jakarta, karena mungkin saja ia masih akan kembali lagi ke A. "Zayla! cepat! Kenapa lelet sekali sih." Teriak Arion dari lantai bawah. Sudah 1 jam ia menunggu adik angkatnya yang sedang bersiap di dalam kamar. "Maaf, Kak. Aku sedang mengemas barang-barang yang akan kita bawa ke rumah yang baru," ucap Zayla terburu-buru menuruni anak tangga dengan menarik satu koper besar. "Untuk apa membawa barang sebanyak itu, huh! Merepotkan!" Geramnya menatap Zayla deng
Happy Reading. "Kak, bolehkah aku kuliah di Fakultas Gremora?" Zayla bertanya sangat hati-hati karena takut terkena amukan lagi oleh sang kakak. Sebab, ia sudah mengganggu kegiatan Arion di ruang kerjanya. Menunggu besok pun sepertinya tak ada guna. Arion pasti akan berangkat ke perusahaan yang telah dia kuasai sebagian saham propertinya Arion menatap Zayla begitu tajam, sehingga menciptakan suasana mencekam di ruangan tersebut. Gadis cantik itu hanya bisa menundukkan kepala begitu dalam, ia sangat takut melihat ekspresi dingin Arion. "Untuk apa kamu masuk kuliah? Jika kamu kuliah, siapa yang akan menggantikan tugas mu di rumah ini. Ingat! Aku enggak akan pernah memperkerjakan asisten rumah tangga di sini," kecam Arion penuh penekanan. "Aku janji akan tetap menjalankan tugasku dengan baik Kak. Tolong izinkan aku kuliah ya," pinta Zayla sangat memohon kepada sang kakak angkat. "Kalau aku enggak mau membiayai kuliah mu, gimana?" Arion
Happy Reading. Seperti Biasa, Arion tidak memakai kemeja yang telah dicuci dan dikeringkan semalaman oleh Zayla. Ia berangkat ke perusahaan menggunakan kemeja yang lain, membuat jerih payah Zayla sia-sia saja. Meskipun begitu, Zayla tetap melayani sang kakak dengan sangat baik, ia sudah bertekad bahwa akan meluluhkan hati Arion supaya bisa kembali seperti dulu lagi Arion telah sampai di depan gedung besar pencakar langit yang bertuliskan nama 'Rengganis' di depan gedung tersebut. Perusahaan terbesar di kota J yang bergerak di bidang properti, sebagian saham di sana adalah milik keluarga Wesley, karena Dario sudah membelinya dulu saat ia masih hidup dan tinggal di kota tersebut. Kedatangan Arion membuat gempar seisi perusahaan tersebut. Para karyawan menatap takjub akan ketampanan Arion yang sangat mempesona seolah bercahaya terang di mata mereka. Sikap dingin Arion semakin menambah kesan seksi di sana, belum lagi postur tubuhnya yang tinggi tegap, hidup
Happy Reading. Hari pertama mengikuti ospek, membuat Zayla sedikit kelelahan karena sengaja dikerjai habis-habisan oleh kakak seniornya yang bernama Rula Yocelyn. Dia sangat tidak suka akan kehadiran sosok Zayla di kampus tersebut, pria incarannya justru mendekati mahasiswi itu sehingga membuat Rula menaruh dendam kepadanya. Rula menyukai Ansel, teman seangkatannya. Hanya saja pria itu tidak sedikitpun menaruh rasa kepada Rula. Kehadiran Zayla mampu membuka hati seorang Ansel yang selama ini tertutup. "Capek? Ini, minumlah," ucap Ansel seraya seraya memberikan satu botol air mineral kepada Zayla. "Ah, enggak usah, Kak. Makasih. Aku ada juga kok," tolak Zayla dengan halus. Ia pun mengambil air miliknya di dalam tas, Zayla hanya ingin menjaga jarak dari siapa pun demi kelangsungan hidupnya. Sebab, ancaman Arion masih terus terngiang di ingatannya. "Oke," Ansel sama sekali tidak kecewa atas penolakan itu, justru ia semakin kagum dengan
Happy Reading. 2 tahun kemudian. "Mama Biel mau cucu," teriak bocah berusia 2 tahun setengah sambil merengek manja minta dibuatin susu. Logatnya masih belepotan dan dibuat buat cadel, padahal Gabriel sudah bisa mengucapkan huruf R, hanya saja bocah itu kadang manja dan berbicara seperti itu. "Iya, sayang. tunggu sebentar. Mama lagi ganti popok adik kamu," balas Zayla dari dalam kamar. Yeah, dia sudah punya anak lagi berjenis kelamin perempuan. "Mana biar aku yang ganti pokok si cantik, kamu temui Gabriel sebelum anak itu berulah," Arion mengambil alih pekerjaan sang istri yang belum selesai mengganti popok sang putri. "Makasih, Dear," satu kecupan mendarat sempurna di pipi Arion dari sang istri tercinta. Arion tersenyum lembut kepada bayi mungil nan cantik versi dirinya perempuan. Kedua anaknya mewarisi wajah Arion semua, Zayla hanya mengandung dan melahirkannya tanpa ada satupun anak-anaknya yang mirip dengannya. Gisella Arieta Wesley, nama yang cantik secantik wajah bayi mung
Happy Reading. Randy menatap sang adik yang baru pulang dari cafe depan setelah makan siang bersama dengan Johan. Wajah ibu hamil itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah sudah mati rasa akan cinta. Ah, bukankah Laudya memang tidak pernah jatuh cinta selama ini? Kepada Rafly pun ia tidak merasakannya dan cuma sebatas partner ranjang saja. "Gimana?" cetus Randy bertanya kepada sang adik, ia sangat penasaran proses Johan mendekati adiknya tersebut. "Gimana apanya?" Laudya justru bertanya balik karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan sang Kakak. "Acara makan siang tadi," Randy tidak langsung to the point, tangannya meletakkan lap meja yang sedari tadi ia genggam sehabis membersihkan tempat di sana karena sebentar lagi toko kue akan segera tutup. "Lancar," jawab Laudya sekenanya, ia tidak berpikir kalau pertanyaan sang Kakak mengarahkan pada hal lain bukan pada acara makan siang saja. Randy menghela nafas kasar karena sang adik tak kunjung mengerti maksud perkataannya, s
Happy Reading. Kota D. Laudya dan Randy sukses memulai hidup baru hanya berdua di sana. Kehamilan Laudya sudah berusia 3 bulan, dia sangat sehat dan bisa bekerja dari rumah dengan membuka usaha usaha kecil-kecilan, yaitu toko kue aneka rasa. Sisa uang pemberian dari Rafly masih sangat banyak, tetapi tidak Laudya pakai semuanya karena dipersiapkan untuk biaya persalinannya nanti. Sekarang tabungannya mulai menipis setelah membuka toko kue dengan biaya pembelian tanah yang cukup mahal. Meskipun mereka tinggal jauh dari kota besar, tetap saja apa-apa serba mahal. Itupun menghabiskan hampir semua tabungan yang Laudya punya. Sebagian kecil ia sisakan untuk calon anaknya nanti. Laudya memang berbakat di bidang pembuatan kue sesuai dengan kemampuannya selama ini. Sebelumnya dia juga bekerja di pabrik kue pie dan kek, sekarang dia tidak akan kesulitan jika membuka toko kue kecil-kecilan karena sudah berpengalaman di bidang tersebut. Akan tetapi, Laudya sedikit bimbang karena semakin bert
Happy Reading. Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa sudah dua bulan dari kematian Juanda. Semua orang sudah kembali pada aktivitasnya masing-masing, begitu juga dengan Zayla yang kembali memasuki kuliah di fakultas yang sama dengan Serly. Kehadirannya di sana disambut hangat oleh teman-temannya di kampus. Mengenai Gabriel sudah ada Ririn yang menjaganya selama Zayla beraktivitas di kampus. "Aku seneng banget bisa menikmati suasana kampus walaupun di kampus yang berbeda. Tapi, di sini aku mendapatkan kenyamanan yang sangat luar biasa yang enggak aku dapatkan di kampus sebelumnya," ucap Zayla sambil menikmati suasana taman di belakang kampus. "Aku ikut bahagia, Zay. Ini adalah impianku dari dulu bisa satu kampus sama kamu," Serly tersenyum senang kepada sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Uh, sayang banyak sama Kakak iparku yang cantik ini," pelukan hangat Zayla berikan kepada Serly, mereka berdua sama-sama bahagia akan hal itu. Takdir berpihak kepadanya sehingga tetap menyatukan
Happy Reading. Rula menangis histeris saat mengetahui bahwa Papanya sudah meninggal dalam keadaan mengenaskan. Sungguh hatinya sangat sakit, walaupun ia tahu orang seperti apa sang Papa, tetap saja tidak ada seorang anak yang membenci Papanya sendiri. Roger mendekati sang istri yang duduk di samping makam mertuanya. Padahal dia belum sempat bertatap muka dengan Juanda bahkan di hari pernikahannya sekalipun dia tidak bisa menghubunginya. Roger menyerahkan semuanya ke wali hakim saat melaksanakan acara pernikahan kala itu bersama Rula. "Jangan menangis, kasian anak kita," ucap Roger memperingatkan sang istri akan calon anaknya. "Kamu enggak tahu rasanya kehilangan orang yang paling kamu cintai di dunia ini. Papa adalah cinta pertamaku, bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergiannya, apa kamu waras berkata seperti itu, huh!" akibat terlalu sedih, Rula marah-marah kepada suaminya sendiri dan salah mengartikan ucapan Roger barusan. 'Sabar Roger, hormon ibu hamil memang naik
Happy Reading. Jika kemarin adalah hari bahagia bagi Ansel dan Serly, sekarang adalah hari terbahagia bagi Zayla dan Arion. Sesuai yang telah direncanakan, mereka berdua melangsungkan acara resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang 5 milik keluarganya sendiri di tengah-tengah kota. Tamu yang hadir melebihi banyaknya tamu Ansel dan Serly 2 minggu yang lalu, sekarang pengantin baru itu turut andil dalam pernikahan Zayla dan Arion. Bahkan mereka lah yang meng-handle semua persiapan acara tersebut. Semua anggota keluarga mengucapkan selamat kepada sang pengantin baru, yeah anggaplah begitu walaupun mereka sudah lama resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang hanyalah pesta perayaannya yang digelar sangat mewah. "Aku enggak nyangka bisa hidup bersamamu," ucap Arion tak melepaskan genggaman tangannya kepada sang istri. "Aneh ya, Kak. Kita dibesarkan sebagai Kakak dan Adik, eh sekarang malah jadi pasangan suami istri," balas Saya terkekeh kecil. "Andaikan Mama sama Papa masih ada, me
Happy Reading. Laudya menunggu sang Kakak di depan rumah, hatinya begitu resah, ia benar-benar mencemaskan Kakaknya yang pergi entah ke mana. Hingga datang sebuah taksi dan berhenti di dekatnya, ternyata Randy penumpang dari taksi tersebut. "Kakak dari mana, aku cariin dari tadi," ucap Laudya menghampiri sang Kakak, wajahnya terlihat sangat lesu seolah ada beban berat di pundaknya. "Maaf, sudah membuat mu khawatir. Ayo ke dalam ada yang mau Kakak bicarakan," setelah membayar taksi barusan Randy masuk ke dalam rumah diikuti oleh Adiknya. "Mau bicara soal apa, Kak?" tanya Laudya begitu penasaran, tatapannya tak lepas dari wajah sang Kakak yang tak bersemangat. "Besok kita akan pindah ke luar kota, kita mulai semuanya dari nol, kita besarkan anak kamu bersama-sama. Jangan pernah menghubungi pria itu dengan tujuan meminta tanggung jawab, jangan merendahkan harga diri kamu di depan pria brengsek seperti itu. Ada Kakak yang selalu ada buat kamu, asalkan kita sama-sama jujur dalam hal a
Happy Reading. Tanpa sepengetahuan Laudya, Randy mencari alamat rumah pria yang sudah menghamili adiknya. Ia harus meminta pertanggungjawaban kepada pria itu apa pun yang terjadi, Randy tidak mau Laudya hamil tanpa suami. Berbekalkan nomor Rafly yang ia curi dari ponsel adiknya, Randy nekat pergi ke rumah pria itu yang katanya ada di tengah-tengah kota. Randy mendapatkan informasi itu dari sosial media yang ternyata Rafly bukanlah orang sembarangan. Dari semalam Randy menghubungi nomor Rafly tetapi tak ada jawaban dari sana, membuat Randy semakin kalang kabut dibuatnya. Tentu saja Rafly tidak bisa dihubungi, ia sedang patah hati dan mengurung diri di dalam kamarnya sejak semalam. Lebih tepatnya setelah ia menjadi pusat perhatian di pesta pernikahan Serly yang tak sengaja menjatuhkan gelas di dekat pintu ruang acara. Tok! Tok! Tok! "Raf, ada yang cari kamu di bawah, turun yuk," ucap Mayang dari balik pintu kamar, ia paham bagaimana perasaan putranya saat ini, karena itulah ia mema
Happy Reading. Malam yang seharusnya menjadi malam pertama yang indah bagi pengantin baru, tidak dengan Serly dan Sean. Pengantin wanita mengadakan sidang keluarga di ball room hotel setelah para tamu undangan pulang semua. "Jelaskan kenapa bisa seperti ini?" cetus Serly menatap satu persatu wajah orang-orang yang sudah membohonginya. "Pa, Ma, Siapa yang akan menjelaskannya?" cecar Serly menatap kedua orang tuanya, mereka berdua juga tidak tahu harus menjelaskannya dari mana. "Begini saja, Nak. Bagaimana kalau Ansel yang menjelaskannya secara detail sama kamu di kamar," tawar Rina kepada sang menantu, ia juga enggan mengatakan secara langsung bagaimana asal mula rencana itu tersusun. Tatapan Serly menghunus tajam pada sang suami yang duduk di sampingnya, menuntut persetujuan dari suaminya itu. "Baiklah, aku yang akan menceritakan semuanya sama kamu. Kalau begitu ayo kita ke kamar, kasian orang tua kita pasti kelelahan dan ingin beristirahat," kata Ansel menatap sendu, Ia takut is