แชร์

Bab 58. Aku mencintaimu

ผู้เขียน: Miarosa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-09-05 08:48:48

Kedatangan Akarsana secara tiba-tiba di depan rumah susunnya, telah merampas kesadaran Pelangi untuk beberapa saat. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan lidahnya terasa kelu saat. Akarsana tersenyum hangat kepadanya, wajahnya sangat ramah, membuat jantung Pelangi berdebaran dengan kencang.

Pelangi sedang tidak bermimpi, kan? Pelangi hampir saja menampar pipinya sendiri guna menyadarkan dirinya.

"Ah! Tidak apa-apa. Kamu tidak menggangguku, kok. Aku juga tidak sedang sibuk, tapi, dari mana kamu tahu alamat rumahku, Akarsana?" tanya Pelangi penasaran. "Oh, ya. Terima kasih untuk bunganya."

Sebuket bunga yang dibawa Akarsana kini telah berpindah ke dalam pelukan Pelangi. Perempuan itu tidak bisa menyembunyikan betapa bahagia dirinya.

"Apa aku boleh masuk?" Akarsana tidak menjawab pertanyaan Pelangi, lelaki itu malah meminta diajak masuk ke dalam rumah Pelangi.

"Oh, tentu." Pelangi berjalan ke pinggir. "Masuklah, Akarsana!" ajak Pelangi menunjuk ke sofa yang ada di ruang tamu.

"Teri
บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อที่ GoodNovel
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 59. Kemarahan Diana

    Pelangi terpaku, matanya membulat, jantungnya berdebar tak karuan. Kata-kata Akarsana barusan menggantung di udara, menggema di telinganya seperti melodi yang tak pernah ia bayangkan akan didengarnya. "A-apa?" Pelangi terbata, suaranya nyaris tak terdengar. Ia menggelengkan kepala perlahan, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah dengar. "A-apa kau bilang tadi?" Akarsana tersenyum lembut, tatapannya terkunci pada mata Pelangi yang berkaca-kaca. "Aku bilang, aku mencintaimu, Pelangi." Pelangi merasakan aliran hangat menjalar di seluruh tubuhnya dan merasakan kebahagian yang meluap-luap di hatinya. Ini seperti mimpi. Akarsana, pria yang selama ini ia kagumi diam-diam, pria yang selalu membuatnya tersipu malu setiap kali bertemu, kini berdiri di hadapannya, menyatakan cinta yang selama ini hanya ia pendam dalam hati. "Aku... aku tidak salah dengar, kan?" Pelangi masih berusaha meyakinkan dirinya. Akarsana terkekeh pelan, "Tidak, Pelangi. Kau tidak salah dengar. Aku sungguh-su

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-06
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 60. Telepon dari Akarsana

    Sungguh, Akarsana tidak dapat mengatakan apa-apa. Tentu saja Akarsana terkejut, begitu pun dengan Sofia yang sedari tadi hanya mendengarkan saja. Napas Diana memburu. Kedatangannya kemari tentu ingin menuntut pertanggungjawaban dari Renjana. Padahal dia sudah datang kemari bersama Pelangi, tapi Renjana terus menghindar dan menghindar. Diana tidak meminta apa-apa dari Renjana—selain untuk menikahinya, tapi Diana seolah mengemis belas kasih lelaki itu. Bayi di dalam perutnya bukan bayi siapa-siapa kecuali milik Renjana. Diana tidak pernah melakukan hubungan semacam itu dengan lelaki selain Renjana! Jadi Diana dengan lantang mengatakan kalau bayi itu adalah anak Renjana! "Ma ... ini benar? Renjana, cepat jawab!" bentak Akarsana pada adik lelakinya. Renjana hanya diam mematung seperti orang bodoh. Walau dibentak Akarsana, dimaki dan ditekan oleh Diana, Renjana tidak berniat memberikan jawaban yang Akarsana mau. "Aku tidak mau tahu. Kamu harus tanggung jawab, atau kalau tidak, aku aka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-09
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 61. Terjatuh

    Ketika Pelangi tiba di rumah Akarsana, perempuan itu tidak menemukan siapa-siapa di pos satpam. Biasanya akan ada Pak Udin yang menyapa, dan menyambut kedatangannya dengan ramah, tapi Pelangi tidak menemukan lelaki setengah baya itu di dalam posnya. Pelangi mendengar suara ribut-ribut dari luar. Dia mengenali suara itu sebagai suara Diana—sang adik. Pelangi tidak buang-buang waktu. Dengan cepat Pelangi berlari menuju ke dalam, berusaha menghentikan kekacauan yang dibuat oleh Diana hari ini. Sementara di dalam rumah Maheswara, Diana berusaha menyerang Renjana, tapi dihalangi oleh Prita yang berdiri di tengah-tengah Diana dan Renjana. Diana mencak-mencak, karena Renjana tidak berusaha menjelaskan kepada keluarganya. Sama halnya dengan Renjana, Prita pun bungkam saat ditanya kebenaran dari kata-kata Diana. Prita hanya menjelaskan kalau Diana adalah adiknya Pelangi. Cuma itu saja. "Tante jangan diam saja! Cepat jelaskan kepada mereka di sini kalau Renjana bersalah! Dan yang aku kataka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-01
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 62. Kesedihan Diana

    Sofia ikut berduka atas kehilangan yang Diana alami. Sebagai saudara Renjana, Sofia ikut merasakan rasa bersalah. Mungkin, ia akan membawa perasaan ini sampai selamanya. Di dalam kepalanya secara otomatis akan terus mengingat kejadian pagi ini di rumah. Akarsana semula menundukan kepalanya, lantas mendongak seiring mendengar suara tangis dan jeritan Diana di dalam ruang perawatannya. Akarsana meraup wajahnya dengan kasar. Tidak dia sangka kalau Renjana akan melakukan hal sefatal ini. Akarsana tidak tahu menahu awalnya. Andai saja Diana tidak datang ke rumah, mungkin Akarsana dan Sofia tetap tidak akan mengetahuinya. Lelaki itu merasakan kursi di sebelahnya bergerak, ternyata Sofia beranjak dari kursi hendak mendekat ke pintu ruangan Diana. Akarsana menahan lengan Sofia, kemudian menggelengkan kepalanya. "Biarkan Pelangi saja yang menenangkan Diana," tutur Akarsana lembut. "Jika Diana melihat kamu, maka secara otomatis Diana akan bertambah sedih." Gadis itu duduk kembali ke kursin

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 63. Rasa terkejut Ardian

    Sofia mengejar langkah Ardian yang cepat. Gadis itu heran kenapa Ardian kelihatan seperti orang yang panik."Aduh! Kenapa dia cepat sekali jalannya, sih!" Beberapa kali Sofia hampir saja jatuh tersandung, karena mengejar langkah lelaki di depannya. Bagaimana Ardian tidak terkejut? Dia pikir Sofia ada di rumah sakit, karena Akarsana sembuh atau apa atau mungkin ada saudaranya yang tengah dirawat di rumah sakit ini. Tapi ternyata, Ardian menemukan fakta paling mengejutkan. Bagaimana bisa ... ya, Tuhan! Ardian benar-benar tidak habis pikir. Diana mengalami apa katanya ... keguguran? "Kak—" Sofia melambaikan sebelah tangannya kepada Akarsana. Kakak dan adik tersebut kelihatan sama-sama bingung. Apa lagi ketika Akarsana dan Ardian tanpa sengaja saling melempar tatap, Akarsana mengenali Ardian. Tentu saja, karena Ardian—salah satu perawat—yang merawatnya dulu ketika masih sakit. "Dia ... bukannya?" Satu jari Akarsana menunjuk pada Ardian yang menerobos masuk ke dalam ruang perawatan Di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 64. Kemarahan Akarsana

    Setelah pamit kepada Pelangi dan Ardian, Akarsana dan Sofia pun memutuskan untuk pulang saja karena hari sudah semakin sore. Tampaknya, Pelangi dan Ardian terlibat obrolan yang sangat serius—antar keluarga. Sebagai orang luar, Akarsana dan Sofia tidak ingin ikut campur. Mereka tahu kapan akan berbicara atau tidak. Di sepanjang perjalanan, Akarsana hanya diam membisu. Tatapannya fokus tertuju ke depan, sesekali menengok ke kanan dan kiri. Sofia bisa merasakan ada kemarahan pada diri Akarsana sekarang. Tidak pernah sekali pun Sofia melihat Kakak tertuanya merasa begitu marah sekaligus sangat merasa bersalah. Jujur, Sofia pun berada di posisi serba salah. Di satu sisi Sofia sangat membenci tindakan Renjana. Namun di sisi lain, Sofia juga tidak tega melihat Diana yang menangis histeris kehilangan calon bayinya. Ditambah lagi perdebatan antara Pelangi dan Ardian. Ardian, lelaki itu bersikeras akan menghubungi Danurdara, Ayah Pelangi dan Diana untuk mengabari hal ini. Sementara itu Diana

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 65. Kebohongan Pelangi

    Malam telah tiba, Pelangi baru saja tiba di rumahnya setelah bertemu dengan Ardian. Saat memasuki rumah, Pelangi melihat Hadyan—sang adik tengah mengerjakan pekerjaan rumahnya di ruang keluarga dengan televisi yang menyala. Pelangi duduk di salah satu sofa, membuat Hadyan yang menyadari keberadaan Pelangi pun langsung menatap sang kakak. "Kakak dari mana?" tanya Hadyan pada Pelangi. "Tadi kakak bertemu Kak Ardian, tugas sekolah kamu sudah selesai?" Pelangi bertanya balik, ia menengok sedikit ke buku PR Hadyan. "Belum, sebentar lagi selesai, Kak. Ini aku sedang mengerjakannya," ucap Hadyan. Pelangi mengangguk, ia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pelangi kembali terduduk, ia ikut duduk di samping Hadyan, tepatnya di karpet bulu yang terasa empuk saat diduduki. Pelangi mengintip PR yang sedang Hadyan kerjakan. Pelangi juga menaruh tas yang tadi ia bawa ke atas meja yang kosong. "Ada yang susah tugas sekolahmu?" tanya Pelangi. "Ini, aku sama sekali tidak mengerti bagaimana p

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 66. Permintaan maaf Akarsana

    Di dapur, Pelangi sedang mencuci piring usai mereka sarapan bersama. Pelangi bersenandung kecil sambil menuangkan sabun cuci piring di spons kemudian meremas spons itu hingga mengeluarkan busa, ia mulai mencuci piring itu hingga bersih. Danurdara yang mendengar senandung kecil dari Pelangi ketika ia kebetulan ingin pergi ke dapur pun menghampiri putrinya, merasa penasaran tentang apa yang membuat putrinya terlihat bahagia seperti itu. Sangat jarang sekali Pelangi bersenandung seperti itu, hal itu menimbulkan rasa penasaran di hati Danurdasa. Kira-kira ada hal apakah yang membuat Pelangi yang jarang bernyanyi tiba-tiba saja menyanyi? "Sepertinya putri Ayah sedang senang, apa yang membuat kamu senang seperti itu?" Pelangi menoleh ke arah sang ayah ketika ayahnya bertanya demikian. "Tidak ada, Ayah, aku hanya ingin bernyanyinya saja," ucap Pelangi sambal menyengir. "Kamu yakin tidak ada apa-apa? Tidak ada yang kamu sembunyikan 'kan dari Ayah?" tanya Danurdara pada sang putri.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02

บทล่าสุด

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 101

    Pagi itu, Pelangi duduk di ruang tamu rumah ayahnya, menatap kosong ke cangkir teh di depannya. Matanya masih sembab akibat tangisan semalam, tetapi ia berusaha untuk terlihat tegar.Ia pikir hari ini ia akan merasa lebih baik, tetapi ternyata luka di hatinya masih terasa segar.Ponselnya yang tergeletak di meja tiba-tiba bergetar. Pelangi menghela napas sebelum meraihnya, lalu alisnya langsung berkerut saat melihat nama yang tertera di layar.Naomi.Untuk sesaat, ia ragu. Tetapi akhirnya ia menjawab panggilan itu dengan suara dingin.“Ada apa?”Di seberang sana, Naomi tertawa kecil. “Kenapa kau terdengar begitu dingin, Pelangi?"Pelangi menggertakkan giginya. “Kalau kau hanya menelepon untuk menyindirku, aku akan menutup telepon ini.”“Tunggu!" Naomi buru-buru berkata. “Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu yang penting.”Pelangi diam, menunggu.“Aku dan Akarsana akan menikah,” kata Naomi dengan nada penuh kemenangan.Dunia Pelangi terasa berhenti berputar sejenak. Jantungnya mencelo

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 100. Penyesalan

    Akarsana masih duduk di tempat tidurnya, menatap kosong ke lantai. Kata-kata Sofia menggema di kepalanya.Maka lakukan sesuatu sebelum semuanya benar-benar terlambat.Tetapi, apakah masih ada harapan? Apakah Pelangi masih mau mendengarkan penjelasannya?“Kalau kau ingin memperbaiki semuanya, mulailah dengan jujur pada dirimu sendiri,” suara Sofia memecah keheningan.Akarsana menoleh ke arah adiknya. “Jujur tentang apa?”Sofia menatapnya tajam. “Apa kau benar-benar mencintai Pelangi? Atau kau hanya merasa bersalah?”Akarsana terdiam.Ia sudah terlalu sering mendengar suara hatinya menjerit, tetapi selama ini ia menolaknya. Ia menolak untuk mengakui bahwa Pelangi adalah bagian dari dirinya yang tak tergantikan. Bahwa kehadiran wanita itu telah mengubahnya.Akarsana menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata dengan suara lirih, “Aku mencintainya.”Sofia mengangguk pelan, seolah jawaban itu sudah ia duga sejak awal.“Tapi aku sudah menyakitinya terlalu dalam,” lanjut Akarsana deng

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 99. Terlambat

    Akarsana masih berdiri di ruang tengah, memandangi pintu yang baru saja tertutup di hadapan Pelangi dan Diana. Hatinya terasa kosong, seolah sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya baru saja pergi dan mungkin tidak akan pernah kembali.Prita, yang masih berada di tempat yang sama, menghela napas panjang dengan ekspresi tidak sabar. "Apa yang kau lakukan, Akarsana? Kenapa kau membiarkan dia pergi begitu saja?"Akarsana tidak menjawab. Ia hanya menatap lantai, pikirannya penuh dengan suara-suara yang bergema di kepalanya. Kata-kata Pelangi, tatapan terluka wanita itu."Aku pikir mungkin ada bagian kecil dari pernikahan kita yang nyata."Mengapa hatinya terasa begitu sesak sekarang?Naomi, yang sejak tadi diam, melangkah mendekatinya dan menyentuh lengannya lembut. "Akarsana, kau sudah memilihku. Kau tidak perlu merasa bersalah."Akarsana mendongak dan menatap Naomi. Wanita itu tersenyum, mencoba meyakinkannya.Tetapi, di dalam hatinya, Akarsana tahu ada sesuatu yang salah. Ia pikir,

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 98. Pengkhianatan yang terungkap

    Pelangi berdiri di depan rumah yang pernah ia tinggali bersama Akarsana, hatinya terasa berat. Rumah itu kini hanya menjadi tempat penuh kenangan pahit, dan ia tidak ingin berlama-lama di sana. Namun, masih ada beberapa barangnya yang tertinggal, dan ia tidak ingin meninggalkan apa pun yang bisa menjadi alasan baginya untuk kembali lagi ke tempat ini.Di sampingnya, Diana berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya penuh ketidaksenangan."Kak, kau yakin ingin masuk?" tanya Diana dengan nada tak setuju. "Aku bisa saja menyuruh seseorang mengambil barang-barangmu. Kau tidak perlu ke sini lagi."Pelangi tersenyum lemah. "Aku hanya ingin memastikan semuanya sudah kubawa. Setelah ini, aku tidak akan punya alasan lagi untuk kembali."Diana mendesah, tetapi akhirnya mengalah. "Baiklah, tapi kita harus cepat."Mereka masuk ke dalam rumah, suasana di dalam terasa berbeda—lebih dingin, lebih kosong. Tidak ada lagi kehangatan yang dulu pernah Pelangi coba ciptakan di rumah ini.Mereka seger

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 97. Kehilangan yang terlambat disadari

    Malam semakin larut, tapi rumah Danurdara masih dipenuhi dengan ketegangan. Setelah tangisnya mulai mereda, Pelangi duduk di sofa dengan mata sembab, tangannya menggenggam secangkir teh hangat yang dibuat oleh Diana. Namun, teh itu tetap utuh, ia bahkan tidak punya tenaga untuk menyesapnya.Danurdara duduk di hadapannya, menatap putrinya dengan sorot penuh keprihatinan. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi sejak awal. Pernikahan Pelangi dan Akarsana memang bukan didasarkan pada cinta, dan sekarang terbukti bahwa hanya Pelangi yang benar-benar menyerahkan hatinya.“Jadi, kau ingin bagaimana sekarang?” tanya Danurdara dengan nada hati-hati.Pelangi menatap cangkirnya kosong, lalu menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, Ayah.”Danurdara menghela napas panjang. “Kau bisa tinggal di sini selama yang kau mau.”Diana yang duduk di samping Pelangi langsung menimpali, “Kak Pelangi tidak akan kembali ke rumah itu, kan? Setelah apa yang mereka lakukan padamu?”Pelangi terdiam sejenak, lalu akhirnya

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 96. Kepulangan yang penuh luka

    Pelangi hampir tidak bisa merasakan kakinya saat berjalan menuju kamarnya. Seluruh dunianya terasa goyah, seolah gravitasi tidak lagi berpihak padanya. Air mata masih terus mengalir, membasahi pipinya yang pucat.Begitu pintu kamar terbuka, Diana yang sedang duduk di tepi ranjang langsung menoleh. Matanya melebar saat melihat kondisi kakaknya.“Pelangi?”Pelangi tidak menjawab. Ia berjalan masuk dengan langkah gontai, lalu duduk di pinggir tempat tidur, tangannya gemetar saat mencoba menghapus air mata yang terus jatuh.Diana buru-buru bangkit dan berlutut di hadapan Pelangi, menggenggam tangannya dengan cemas. “Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis seperti ini?”Pelangi menggeleng pelan, tapi isakannya semakin terdengar jelas. Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan suara tangisnya, tetapi tetap saja gagal.Diana semakin panik. Ia tidak pernah melihat Pelangi seperti ini. Kakaknya selalu terlihat kuat, selalu berusaha tegar. Tapi sekarang, Pelangi tampak begitu rapuh, begitu hancur.

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 95. Keputusan yang menyakitkan

    Akarsana berdiri terpaku di balkon, menatap punggung Pelangi yang semakin menjauh. Ada sesuatu dalam dirinya yang berteriak untuk mengejar, tetapi tubuhnya tetap diam.Ia menghela napas berat. Apa yang sebenarnya ia inginkan?Naomi adalah cinta pertamanya, seseorang yang dulu ingin ia nikahi dengan sepenuh hati. Tapi sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, apakah perasaan itu masih sama?Lalu ada Pelangi. Istrinya. Wanita yang selama ini selalu berada di sisinya, meskipun ia tidak pernah benar-benar memberikan hatinya. Dan sekarang, untuk pertama kalinya, Akarsana sadar bahwa ia takut kehilangannya.Tapi apakah itu cinta? Atau hanya perasaan bersalah?***Pelangi masuk ke dalam kamar dengan napas tersengal, bukan karena lelah, tetapi karena emosinya begitu membuncah. Matanya panas, tapi ia menolak menangis.Ia sudah cukup menangis selama ini.Pelangi menatap bayangannya di cermin. Seorang wanita yang lelah, terluka, tetapi juga penuh dengan kemarahan.Kenapa ia harus bertahan dalam p

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 94. Pelangi adalah masa depanmu

    Pelangi berdiri di luar ruangan dengan tubuh menegang. Napasnya tercekat saat melihat Naomi mencium suaminya. Jantungnya berdegup kencang, seolah menolak kenyataan yang terbentang di depan matanya.Darah di tubuhnya terasa dingin, tetapi ia tetap berdiri di sana, menunggu dan berharap Akarsana akan menolak.Di dalam ruangan, Akarsana akhirnya tersadar dan segera mendorong tubuh Naomi menjauh.“Apa yang kau lakukan?” suaranya terdengar marah, tetapi juga sedikit terguncang.Naomi menatapnya dengan mata penuh harapan. “Aku hanya ingin kau tahu kalau aku masih mencintaimu. Aku ingin kita kembali seperti dulu.”Akarsana mengusap wajahnya dengan frustasi. “Naomi, kau tidak bisa begitu saja kembali dan berharap semuanya sama seperti dulu.”Naomi tersenyum tipis. “Kenapa tidak? Aku masih mencintaimu, Akarsana. Bukankah kau juga begitu?”Akarsana terdiam. Ada sesuatu di matanya—sesuatu yang membuat Naomi yakin bahwa pria itu masih menyimpan perasaan untuknya.Tapi sebelum Akarsana bisa menjaw

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 93. Hati yang hancur

    Pelangi mengusap wajahnya, mencoba menenangkan debaran cemas di dadanya. “Aku tidak tahu, Diana. Apa yang harus aku lakukan?”Diana menggenggam tangan kakaknya lebih erat. “Pertama-tama, kau harus membuka mata. Jangan membiarkan Naomi mengambil kesempatan. Dia tinggal di rumahmu, itu sudah cukup buruk. Jangan biarkan dia lebih jauh masuk ke dalam pernikahanmu.”Pelangi mendesah, menatap kosong ke meja di hadapannya. “Aku sudah mencoba menjaga jarak darinya, tapi aku selalu merasa seperti orang luar di rumahku sendiri. Akarsana dan Naomi mereka punya begitu banyak kenangan bersama. Aku hanya datang belakangan.”Diana menatap kakaknya dengan sorot tajam. “Lalu kau mau membiarkan dia merebut suamimu begitu saja?”Pelangi menggeleng pelan. “Aku tidak tahu apakah aku mampu bertahan dalam pernikahan yang seperti ini, Diana.”Diana mengembuskan napas kasar. “Kak, kalau kau menyerah, berarti kau benar-benar memberikan Akarsana pada Naomi. Aku tahu kau mencintainya, kan?”Pelangi terdiam. Ya,

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status