Share

Bab 61. Terjatuh

Penulis: Miarosa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 20:18:45

Ketika Pelangi tiba di rumah Akarsana, perempuan itu tidak menemukan siapa-siapa di pos satpam. Biasanya akan ada Pak Udin yang menyapa, dan menyambut kedatangannya dengan ramah, tapi Pelangi tidak menemukan lelaki setengah baya itu di dalam posnya.

Pelangi mendengar suara ribut-ribut dari luar. Dia mengenali suara itu sebagai suara Diana—sang adik. Pelangi tidak buang-buang waktu. Dengan cepat Pelangi berlari menuju ke dalam, berusaha menghentikan kekacauan yang dibuat oleh Diana hari ini.

Sementara di dalam rumah Maheswara, Diana berusaha menyerang Renjana, tapi dihalangi oleh Prita yang berdiri di tengah-tengah Diana dan Renjana. Diana mencak-mencak, karena Renjana tidak berusaha menjelaskan kepada keluarganya.

Sama halnya dengan Renjana, Prita pun bungkam saat ditanya kebenaran dari kata-kata Diana. Prita hanya menjelaskan kalau Diana adalah adiknya Pelangi. Cuma itu saja.

"Tante jangan diam saja! Cepat jelaskan kepada mereka di sini kalau Renjana bersalah! Dan yang aku kataka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 62. Kesedihan Diana

    Sofia ikut berduka atas kehilangan yang Diana alami. Sebagai saudara Renjana, Sofia ikut merasakan rasa bersalah. Mungkin, ia akan membawa perasaan ini sampai selamanya. Di dalam kepalanya secara otomatis akan terus mengingat kejadian pagi ini di rumah. Akarsana semula menundukan kepalanya, lantas mendongak seiring mendengar suara tangis dan jeritan Diana di dalam ruang perawatannya. Akarsana meraup wajahnya dengan kasar. Tidak dia sangka kalau Renjana akan melakukan hal sefatal ini. Akarsana tidak tahu menahu awalnya. Andai saja Diana tidak datang ke rumah, mungkin Akarsana dan Sofia tetap tidak akan mengetahuinya. Lelaki itu merasakan kursi di sebelahnya bergerak, ternyata Sofia beranjak dari kursi hendak mendekat ke pintu ruangan Diana. Akarsana menahan lengan Sofia, kemudian menggelengkan kepalanya. "Biarkan Pelangi saja yang menenangkan Diana," tutur Akarsana lembut. "Jika Diana melihat kamu, maka secara otomatis Diana akan bertambah sedih." Gadis itu duduk kembali ke kursin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 63. Rasa terkejut Ardian

    Sofia mengejar langkah Ardian yang cepat. Gadis itu heran kenapa Ardian kelihatan seperti orang yang panik."Aduh! Kenapa dia cepat sekali jalannya, sih!" Beberapa kali Sofia hampir saja jatuh tersandung, karena mengejar langkah lelaki di depannya. Bagaimana Ardian tidak terkejut? Dia pikir Sofia ada di rumah sakit, karena Akarsana sembuh atau apa atau mungkin ada saudaranya yang tengah dirawat di rumah sakit ini. Tapi ternyata, Ardian menemukan fakta paling mengejutkan. Bagaimana bisa ... ya, Tuhan! Ardian benar-benar tidak habis pikir. Diana mengalami apa katanya ... keguguran? "Kak—" Sofia melambaikan sebelah tangannya kepada Akarsana. Kakak dan adik tersebut kelihatan sama-sama bingung. Apa lagi ketika Akarsana dan Ardian tanpa sengaja saling melempar tatap, Akarsana mengenali Ardian. Tentu saja, karena Ardian—salah satu perawat—yang merawatnya dulu ketika masih sakit. "Dia ... bukannya?" Satu jari Akarsana menunjuk pada Ardian yang menerobos masuk ke dalam ruang perawatan Di

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 64. Kemarahan Akarsana

    Setelah pamit kepada Pelangi dan Ardian, Akarsana dan Sofia pun memutuskan untuk pulang saja karena hari sudah semakin sore. Tampaknya, Pelangi dan Ardian terlibat obrolan yang sangat serius—antar keluarga. Sebagai orang luar, Akarsana dan Sofia tidak ingin ikut campur. Mereka tahu kapan akan berbicara atau tidak. Di sepanjang perjalanan, Akarsana hanya diam membisu. Tatapannya fokus tertuju ke depan, sesekali menengok ke kanan dan kiri. Sofia bisa merasakan ada kemarahan pada diri Akarsana sekarang. Tidak pernah sekali pun Sofia melihat Kakak tertuanya merasa begitu marah sekaligus sangat merasa bersalah. Jujur, Sofia pun berada di posisi serba salah. Di satu sisi Sofia sangat membenci tindakan Renjana. Namun di sisi lain, Sofia juga tidak tega melihat Diana yang menangis histeris kehilangan calon bayinya. Ditambah lagi perdebatan antara Pelangi dan Ardian. Ardian, lelaki itu bersikeras akan menghubungi Danurdara, Ayah Pelangi dan Diana untuk mengabari hal ini. Sementara itu Diana

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 65. Kebohongan Pelangi

    Malam telah tiba, Pelangi baru saja tiba di rumahnya setelah bertemu dengan Ardian. Saat memasuki rumah, Pelangi melihat Hadyan—sang adik tengah mengerjakan pekerjaan rumahnya di ruang keluarga dengan televisi yang menyala. Pelangi duduk di salah satu sofa, membuat Hadyan yang menyadari keberadaan Pelangi pun langsung menatap sang kakak. "Kakak dari mana?" tanya Hadyan pada Pelangi. "Tadi kakak bertemu Kak Ardian, tugas sekolah kamu sudah selesai?" Pelangi bertanya balik, ia menengok sedikit ke buku PR Hadyan. "Belum, sebentar lagi selesai, Kak. Ini aku sedang mengerjakannya," ucap Hadyan. Pelangi mengangguk, ia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pelangi kembali terduduk, ia ikut duduk di samping Hadyan, tepatnya di karpet bulu yang terasa empuk saat diduduki. Pelangi mengintip PR yang sedang Hadyan kerjakan. Pelangi juga menaruh tas yang tadi ia bawa ke atas meja yang kosong. "Ada yang susah tugas sekolahmu?" tanya Pelangi. "Ini, aku sama sekali tidak mengerti bagaimana p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 66. Permintaan maaf Akarsana

    Di dapur, Pelangi sedang mencuci piring usai mereka sarapan bersama. Pelangi bersenandung kecil sambil menuangkan sabun cuci piring di spons kemudian meremas spons itu hingga mengeluarkan busa, ia mulai mencuci piring itu hingga bersih. Danurdara yang mendengar senandung kecil dari Pelangi ketika ia kebetulan ingin pergi ke dapur pun menghampiri putrinya, merasa penasaran tentang apa yang membuat putrinya terlihat bahagia seperti itu. Sangat jarang sekali Pelangi bersenandung seperti itu, hal itu menimbulkan rasa penasaran di hati Danurdasa. Kira-kira ada hal apakah yang membuat Pelangi yang jarang bernyanyi tiba-tiba saja menyanyi? "Sepertinya putri Ayah sedang senang, apa yang membuat kamu senang seperti itu?" Pelangi menoleh ke arah sang ayah ketika ayahnya bertanya demikian. "Tidak ada, Ayah, aku hanya ingin bernyanyinya saja," ucap Pelangi sambal menyengir. "Kamu yakin tidak ada apa-apa? Tidak ada yang kamu sembunyikan 'kan dari Ayah?" tanya Danurdara pada sang putri.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 67. Gosip

    Siang itu, kantin di kantor Akarsana tampak ramai. Setiap meja telah terisi penuh. Sebagian staff yang tidak kebagian tempat duduk jadi berdiri di tengah jalan sembari mengedarkan pandangan ke sekitar. Berharap ada satu kursi kosong yang bisa dia duduki. Di salah satu meja—yang ada di tengah-tengah kantin paling heboh sendiri. Secara tidak sopan para staff itu sedang bergosip tentang perempuan yang datang ke kantor dan mencari Akarsana. Perempuan yang dimaksud oleh para stafftidak lain, dan tak bukan adalah Pelangi. Ya, kedatangan Pelangi ke kantor Akarsana siang ini menimbulkan banyak tanda tanya di kepala para staff. Karena selain Amora, tentu mereka tidak tahu kalau Pelangi adalah seseorang yang khusus diundang oleh bos mereka. Sesungguhnya, Amora tidak tahu pasti Pelangi ini siapa. Kedudukannya apa, kenapa Prita sangat menggebu-gebu ketika memintanya menyampaikan pesan pada Akarsana untuk mengantar sebuah buket bunga mahal lengkap dengan alamat Pelangi. "Dilihat dari pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 68. Lift

    Sekumpulan staff yang baru kembali dari makan siang, tidak sengaja berpapasan dengan Akarsana dan Pelangi. Sejak awal Pelangi menginjakan kakinya di kantor ini, dia tanpa sadar telah menjadi pusat perhatian. Jika alasannya bukan karena penampilan fisik Pelangi yang cantik, beberapa dari mereka cuma penasaran ada hubungan apa antara Pelangi dan bos mereka. Entah pacar, calon istri, atau mungkin masih saudara jauh. Kan, tidak ada yang tahu. Daripada menjadi bahan gosip satu antero kantor, kenapa tidak diperkenalkan secara resmi saja kepada semua orang. Ditambah lagi jawaban menyebalkan Amora, membuat mereka dengan kompak misuh-misuh dalam hati. "Lihat, cepat!" Anggun paling antusias memberitahu teman-temannya. "Pak Akarsana, mau makan siang, ya?" sapa Anggun dan rekan-rekannya sambil basa-basi. Akarsana tidak menjawab dengan spesifik. Melainkan hanya mengangguk ringan sembari tersenyum tipis. "Mau bergosip lagi? Sana, kembali ke tempat kerja masing-masing!" seru Amora,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 69. Foto

    Akarsana dan Pelangi memutuskan untuk menambah menu kue lainnya lagi. Pesanan sebelumnya telah siap, Akarsana hanya tinggal mengambilnya ke meja kasir saja. Pelangi menundukkan kepalanya seiring menyuapi dirinya sendiri dengan sepotong kue. Perempuan cantik itu tampak menikmati kue yang dibelikan oleh Akarsana untuk dirinya. Belum pernah Pelangi memakan kue seenak itu. Diam-diam Akarsana merasa bersalah kepada Pelangi. Dia menyesal karena telah menyeret perempuan itu sampai ke dalam masalah keluarganya. Apa lagi jika bukan masalah harta warisan tantenya? Padahal sebagai pemilik harta kekayaan itu sendiri telah memberikannya kepada Pelangi. Akarsana berharap Ibu beserta adik-adiknya mau menerima keputusan mendiang Kayla dengan lapang dada. Namun, Ibu dan adik lelaki Akarsana menolak dengan keras. Sampai menganggap Pelangi sebagai orang yang jahat. "Kamu tidak ingin makan kuenya, Akarsana?" tegur Pelangi, tanpa sadar mengarahkan sendok kuenya ke depan Akarsana. Lamunan Aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02

Bab terbaru

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 99. Terlambat

    Akarsana masih berdiri di ruang tengah, memandangi pintu yang baru saja tertutup di hadapan Pelangi dan Diana. Hatinya terasa kosong, seolah sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya baru saja pergi dan mungkin tidak akan pernah kembali.Prita, yang masih berada di tempat yang sama, menghela napas panjang dengan ekspresi tidak sabar. "Apa yang kau lakukan, Akarsana? Kenapa kau membiarkan dia pergi begitu saja?"Akarsana tidak menjawab. Ia hanya menatap lantai, pikirannya penuh dengan suara-suara yang bergema di kepalanya. Kata-kata Pelangi, tatapan terluka wanita itu."Aku pikir mungkin ada bagian kecil dari pernikahan kita yang nyata."Mengapa hatinya terasa begitu sesak sekarang?Naomi, yang sejak tadi diam, melangkah mendekatinya dan menyentuh lengannya lembut. "Akarsana, kau sudah memilihku. Kau tidak perlu merasa bersalah."Akarsana mendongak dan menatap Naomi. Wanita itu tersenyum, mencoba meyakinkannya.Tetapi, di dalam hatinya, Akarsana tahu ada sesuatu yang salah. Ia pikir,

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 98. Pengkhianatan yang terungkap

    Pelangi berdiri di depan rumah yang pernah ia tinggali bersama Akarsana, hatinya terasa berat. Rumah itu kini hanya menjadi tempat penuh kenangan pahit, dan ia tidak ingin berlama-lama di sana. Namun, masih ada beberapa barangnya yang tertinggal, dan ia tidak ingin meninggalkan apa pun yang bisa menjadi alasan baginya untuk kembali lagi ke tempat ini.Di sampingnya, Diana berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya penuh ketidaksenangan."Kak, kau yakin ingin masuk?" tanya Diana dengan nada tak setuju. "Aku bisa saja menyuruh seseorang mengambil barang-barangmu. Kau tidak perlu ke sini lagi."Pelangi tersenyum lemah. "Aku hanya ingin memastikan semuanya sudah kubawa. Setelah ini, aku tidak akan punya alasan lagi untuk kembali."Diana mendesah, tetapi akhirnya mengalah. "Baiklah, tapi kita harus cepat."Mereka masuk ke dalam rumah, suasana di dalam terasa berbeda—lebih dingin, lebih kosong. Tidak ada lagi kehangatan yang dulu pernah Pelangi coba ciptakan di rumah ini.Mereka seger

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 97. Kehilangan yang terlambat disadari

    Malam semakin larut, tapi rumah Danurdara masih dipenuhi dengan ketegangan. Setelah tangisnya mulai mereda, Pelangi duduk di sofa dengan mata sembab, tangannya menggenggam secangkir teh hangat yang dibuat oleh Diana. Namun, teh itu tetap utuh, ia bahkan tidak punya tenaga untuk menyesapnya.Danurdara duduk di hadapannya, menatap putrinya dengan sorot penuh keprihatinan. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi sejak awal. Pernikahan Pelangi dan Akarsana memang bukan didasarkan pada cinta, dan sekarang terbukti bahwa hanya Pelangi yang benar-benar menyerahkan hatinya.“Jadi, kau ingin bagaimana sekarang?” tanya Danurdara dengan nada hati-hati.Pelangi menatap cangkirnya kosong, lalu menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, Ayah.”Danurdara menghela napas panjang. “Kau bisa tinggal di sini selama yang kau mau.”Diana yang duduk di samping Pelangi langsung menimpali, “Kak Pelangi tidak akan kembali ke rumah itu, kan? Setelah apa yang mereka lakukan padamu?”Pelangi terdiam sejenak, lalu akhirnya

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 96. Kepulangan yang penuh luka

    Pelangi hampir tidak bisa merasakan kakinya saat berjalan menuju kamarnya. Seluruh dunianya terasa goyah, seolah gravitasi tidak lagi berpihak padanya. Air mata masih terus mengalir, membasahi pipinya yang pucat.Begitu pintu kamar terbuka, Diana yang sedang duduk di tepi ranjang langsung menoleh. Matanya melebar saat melihat kondisi kakaknya.“Pelangi?”Pelangi tidak menjawab. Ia berjalan masuk dengan langkah gontai, lalu duduk di pinggir tempat tidur, tangannya gemetar saat mencoba menghapus air mata yang terus jatuh.Diana buru-buru bangkit dan berlutut di hadapan Pelangi, menggenggam tangannya dengan cemas. “Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis seperti ini?”Pelangi menggeleng pelan, tapi isakannya semakin terdengar jelas. Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan suara tangisnya, tetapi tetap saja gagal.Diana semakin panik. Ia tidak pernah melihat Pelangi seperti ini. Kakaknya selalu terlihat kuat, selalu berusaha tegar. Tapi sekarang, Pelangi tampak begitu rapuh, begitu hancur.

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 95. Keputusan yang menyakitkan

    Akarsana berdiri terpaku di balkon, menatap punggung Pelangi yang semakin menjauh. Ada sesuatu dalam dirinya yang berteriak untuk mengejar, tetapi tubuhnya tetap diam.Ia menghela napas berat. Apa yang sebenarnya ia inginkan?Naomi adalah cinta pertamanya, seseorang yang dulu ingin ia nikahi dengan sepenuh hati. Tapi sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, apakah perasaan itu masih sama?Lalu ada Pelangi. Istrinya. Wanita yang selama ini selalu berada di sisinya, meskipun ia tidak pernah benar-benar memberikan hatinya. Dan sekarang, untuk pertama kalinya, Akarsana sadar bahwa ia takut kehilangannya.Tapi apakah itu cinta? Atau hanya perasaan bersalah?***Pelangi masuk ke dalam kamar dengan napas tersengal, bukan karena lelah, tetapi karena emosinya begitu membuncah. Matanya panas, tapi ia menolak menangis.Ia sudah cukup menangis selama ini.Pelangi menatap bayangannya di cermin. Seorang wanita yang lelah, terluka, tetapi juga penuh dengan kemarahan.Kenapa ia harus bertahan dalam p

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 94. Pelangi adalah masa depanmu

    Pelangi berdiri di luar ruangan dengan tubuh menegang. Napasnya tercekat saat melihat Naomi mencium suaminya. Jantungnya berdegup kencang, seolah menolak kenyataan yang terbentang di depan matanya.Darah di tubuhnya terasa dingin, tetapi ia tetap berdiri di sana, menunggu dan berharap Akarsana akan menolak.Di dalam ruangan, Akarsana akhirnya tersadar dan segera mendorong tubuh Naomi menjauh.“Apa yang kau lakukan?” suaranya terdengar marah, tetapi juga sedikit terguncang.Naomi menatapnya dengan mata penuh harapan. “Aku hanya ingin kau tahu kalau aku masih mencintaimu. Aku ingin kita kembali seperti dulu.”Akarsana mengusap wajahnya dengan frustasi. “Naomi, kau tidak bisa begitu saja kembali dan berharap semuanya sama seperti dulu.”Naomi tersenyum tipis. “Kenapa tidak? Aku masih mencintaimu, Akarsana. Bukankah kau juga begitu?”Akarsana terdiam. Ada sesuatu di matanya—sesuatu yang membuat Naomi yakin bahwa pria itu masih menyimpan perasaan untuknya.Tapi sebelum Akarsana bisa menjaw

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 93. Hati yang hancur

    Pelangi mengusap wajahnya, mencoba menenangkan debaran cemas di dadanya. “Aku tidak tahu, Diana. Apa yang harus aku lakukan?”Diana menggenggam tangan kakaknya lebih erat. “Pertama-tama, kau harus membuka mata. Jangan membiarkan Naomi mengambil kesempatan. Dia tinggal di rumahmu, itu sudah cukup buruk. Jangan biarkan dia lebih jauh masuk ke dalam pernikahanmu.”Pelangi mendesah, menatap kosong ke meja di hadapannya. “Aku sudah mencoba menjaga jarak darinya, tapi aku selalu merasa seperti orang luar di rumahku sendiri. Akarsana dan Naomi mereka punya begitu banyak kenangan bersama. Aku hanya datang belakangan.”Diana menatap kakaknya dengan sorot tajam. “Lalu kau mau membiarkan dia merebut suamimu begitu saja?”Pelangi menggeleng pelan. “Aku tidak tahu apakah aku mampu bertahan dalam pernikahan yang seperti ini, Diana.”Diana mengembuskan napas kasar. “Kak, kalau kau menyerah, berarti kau benar-benar memberikan Akarsana pada Naomi. Aku tahu kau mencintainya, kan?”Pelangi terdiam. Ya,

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 92. Rasa takut Pelangi

    Di rumah sakit, Renjana masih terbaring koma. Mesin-mesin medis berbunyi pelan, satu-satunya tanda bahwa ia masih hidup. Prita duduk di sampingnya, menggenggam tangan anaknya dengan air mata yang terus mengalir."Kamu harus bangun, Nak. Ibu ada di sini," bisiknya dengan suara bergetar.Di belakangnya, Akarsana berdiri dengan ekspresi dingin. Berbeda dengan ibunya yang larut dalam kesedihan, ia tampak lebih fokus pada sesuatu yang lain."Dokter bilang dia bisa sadar kapan saja," kata Akarsana pelan. "Tapi kita harus siap jika sesuatu terjadi."Prita menoleh dengan mata penuh harap. "Kau pikir dia akan baik-baik saja?"Akarsana tidak langsung menjawab. ***Ruang keluarga itu dipenuhi cahaya redup dari lampu gantung. Pelangi duduk di sofa dengan segelas teh di tangannya, sementara Diana bersandar dengan bantal di punggungnya, menatap langit-langit dengan tatapan kosong.“Aku masih tidak percaya Renjana mengalami kecelakaan itu,” ujar Pelangi, mengaduk teh tanpa minat.Diana terkekeh, su

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 91. Cerita Diana

    Diana menarik napas dalam, mencoba mengendalikan emosinya sebelum berbicara. Semua orang di ruangan itu menatapnya dengan penuh perhatian, menunggu penjelasan."Aku akan menceritakan semuanya," katanya, suaranya masih sedikit bergetar.Pelangi duduk di sampingnya, memberikan dukungan diam-diam.Diana meremas jemarinya sebelum akhirnya mulai bercerita.***"Tiga hari yang lalu, aku mendapat pesan dari nomor tak dikenal yang memintaku datang ke sebuah hotel di pusat kota. Katanya, ada seseorang yang ingin berbicara denganku soal kasus yang sedang aku ajukan ke polisi. Ya, aku melaporkan Renjana ke polisi karena dia sudah mendorongku dari tangga."Diana menghela napas, lalu melanjutkan."Aku merasa curiga, tapi aku tetap pergi. Aku pikir, mungkin ini kesempatan untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang Renjana. Jadi, aku datang ke hotel itu."Semua orang tetap diam, mendengarkan dengan saksama."Ketika aku tiba di kamar hotel yang disebutkan dalam pesan, ruangan itu kosong. Tapi b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status