Share

Bab 33. Pulang

Author: Miarosa
last update Huling Na-update: 2023-08-25 08:23:31

Hari demi hari berlalu, Akarsana sudah diperbolehkan untuk pulang. Beberapa kali Prita melihat ke arah Sofia seakan-akan tengah mengancam Sofia untuk tak menceritakan apa pun tentang penyebab kematian Kayla pada Akarsana. Sesaat kemudian, mereka sampai di rumah sakit dan melihat Akarsana yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Apa kamu senang sudah boleh pulang?" tanya Prita membuat Akarsana langsung menoleh dan melihat sosok Prita di sampingnya.

"Mama?"

"Tidak rindu dengan Mama?"

Akarsana tersenyum lalu memeluk Prita erat. Dia tentu saja merindukan Prita, ibunya.

"Bagaimana kabarmu, Sofia?"

"Aku baik-baik saja." Sofia menatap Akarsana dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Akarsana mengerutkan keningnya membuat Prita menyadari hal itu, lalu memberikan kode pada Sofia untuk segera berjalan lebih dulu.

Sofia yang tahu akan kode itu hanya bisa diam dan menuruti apa yang Prita suruh.

"Apa kamu sudah siap pulang?" tanya Prita lagi.

"Aku sudah merindukan kamarku."
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 34. Wanita yang disukai Ardian

    “Ada apa, Sofia? Katakan padaku.” Sofia menatap Akarsana, kedua matanya kini berkaca-kaca. “Tante ....” Suaranya tercekat sulit sekali mengatakan, tetapi Akarsana harus mengetahui semua. “Tante Kayla udah nggak ada. Tante meninggal dunia, karena jatuh dari lantai atas.”Akarsana tentu saja terkejut dengan apa yang barusan dia dengar. Tidak mungkin, kenapa semua orang tidak mengatakan sejak awal kepadanya? Kenapa baru sekarang saat Akarsana kembali ke rumah, mereka mengatakan semuanya?“Kenapa kalian tidak memberitahu aku? Bahkan aku tidak ada saat pemakaman Tante, kenapa kalian malah merahasiakan semua ini?” Akarsana kecewa sekali. Kayla adalah tantenya dan sudah seharusnya Akarsana tahu, jika sesuatu terjadi kepada Kayla. Apalagi kepergian Kayla untuk selamanya, Akarsana malah tidak diberitahu oleh siapapun.“Maaf, Akarsana. Kamu juga tidak baik-baik aja, Mama ingin kamu fokus pada kesembuhan kamu lebih dulu.” Prita mengeluarkan suaranya, padahal jelas selama ini Prita tidak member

    Huling Na-update : 2023-08-28
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 35. Kabar tak terduga

    Amora membantu Akarsana membukakan pintu. Begitu pintu dibuka lebar, sepasang mata Akarsana membeliak. Dia pun menengok ke belakang menatap Amora yang kini menyilangkan tangan di depan dada. "Apa-apaan ini, Amora?" Hampir saja Akarsana memekik. "Apa lagi, Pak? Itu pekerjaan yang harus Anda kerjakan, Pak. Kenapa masih bertanya lagi?" jawab Amora santai. "Tapi kenapa sebanyak ini, Amora? Yang benar saja," keluh Akarsana. Bayangkan saja, Akarsana baru kembali ke kantor setelah cukup lama mengambil cuti karena sakit. Setibanya Akarsana ke kantor, dia diberi pekerjaan sangat banyak di atas mejanya. Di meja kerja Akarsana—ada banyak sekali tumpukan berkas, bahkan hampir tidak muat lagi. "Jangan banyak protes, Pak!" tegur Amora berani. "Kalau Bapak protes terus kebanyakan mengeluh, kapan Pak Akarsana menyelesaikan semua pekerjaan ini? Semakin Bapak banyak bengong, waktu Pak Akarsana akan terbuang sia-sia sebelum mengerjakan ini!" Akarsana menggeleng tanda heran. Dia mencibir A

    Huling Na-update : 2023-08-30
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 36. Pesan dari Naomi

    "Aku hanya memiliki nomor ponselnya saja, kalau alamat rumahnya aku tidak tahu." Pelangi terdiam memikirkan cara bagaimana untuk Diana bisa berbicara dengan Renjana secara langsung. Apalagi keadaan sedang sangat genting sekarang. "Coba kamu hubungi dia melalui ponsel dan ajak dia untuk bertemu secara langsung, karena keadaanmu tidak bisa dibicarakan lewat ponsel," ujar Pelangi memberikan ide.Sejujurnya Diana ragu untuk mengatakannya pada Renjana, tapi apa yang dikatakan oleh Pelangi memang benar adanya. Ia tidak bisa menyembunyikan terus-menerus apa yang sekarang sedang ia alami. Lagipula Renjana juga berhak tahu."Aku akan mencobanya." Pelangi menganggukkan kepalanya. Diana sedang membutuhkan dukungan dan tentu saja Pelangi akan selalu mendukung Diana. Beberapa saat berlalu, Diana sudah beberapa kali mencoba untuk menghubungi Renjana tapi nyatanya tidak bisa. Renjana seperti hilang ditelan bumi."Bagaimana, Diana? Apa dia mengangkatnya?" tanya Pelangi."Aku sudah berulang kali me

    Huling Na-update : 2023-09-02
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 37. Surat wasiat

    "Pelangi? Kenapa tidak masuk ke dalam?" tanya Pak Andy sambil membenarkan jas yang ia pakai. "S-saya ragu, Pak," jawab Pelangi masih dengan jawaban yang sama. "Ragu? Kenapa harus ragu? Masuklah dengan saya jika kamu takut." Pak Andy pun berjalan lebih dulu sambil memberikan kode pada Pelangi untuk mengikutinya dari belakang. Tentu saja Pelangi menurut dan segera masuk ke dalam mengikuti Pak Andy. Beberapa saat kemudian, Pelangi sampai di sebuah ruang tamu besar yang di sana Prita dan keluarganya memang sedang menunggu kedatangan Pak Andy. Ini pertama kalinya Pelangi melihat Prita, saudara kembar Kayla. Selama berkunjung ke rumahnya, Pelangi belum satu kali pun bertemu dengan saudara kembar Kayla. Pandangan mata Pelangi lalu mengarah pada sosok pria yang sedang duduk di kursi, bahkan sampai menajamkan matanya. Ia merasa penglihatannya agak bermasalah. Apa benar yang di depannya adalah Akarsana? Pelangi melafalkan huruf demi huruf yang merangkum namanya yang begitu indah di dalam ha

    Huling Na-update : 2023-09-11
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 38. Siapa Pelangi?

    Sofia merasa tidak asing dengan sosok perempuan di depannya. Sebelumnya Sofia pernah bertemu dengan Pelangi di taman belakang sedang mengobrol dengan Kayla. Iya, benar. Pelangi adalah perempuan yang sama dengan yang ia lihat waktu itu. Walau Sofia tidak terlalu menghafal wajah Pelangi kala itu, karena duduk memunggungi pintu, namun dari posturnya, rambutnya, Sofia yakin perempuan di depannya sekarang adalah seorang penjual bunga yang dimaksud mendiang Kayla. Dalam hati Sofia bertanya-tanya, kenapa Pelangi ada di rumah ini lagi? Sementara Kayla sudah meninggal dari beberapa hari lalu. Ada kepentingan apa juga? Bahkan Pelangi datang dengan disambut oleh Pak Andy, pengacara Kayla. Pelangi berdiri di antara keluarga Maheswara. Tatapan mereka begitu dingin sama sekali tidak bersahabat. Sebenarnya Pelangi juga tidak tahu kenapa ia diminta datang kemari. Siapa yang akan Pelangi temui? Tidak ada lagi Kayla di sini yang bisa ia ajak berbicara seperti saat wanita itu masih hidup. Pelang

    Huling Na-update : 2024-08-12
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 39. Mimpi di siang bolong

    Bagai mimpi di siang bolong, Pelangi tidak menyangka kalau Kayla akan meninggalkan warisan untuk dirinya bahkan sebanyak delapan puluh persen dari kekayaan wanita itu. Jujur saja Pelangi tidak pernah mengharapkan harta warisan Kayla. Sama sekali tidak. Pelangi secara tulus senang bisa menjadi teman mengobrol Kayla di sisa-sisa hidup wanita itu. Pelangi bahkan mendapat bayaran dari Kayla hanya untuk menjadi teman mengobrolnya selama ini. Suasana di ruang keluarga menjadi sangat riuh dan berisik sekali, karena teriakkan Prita dan Renjana yang sama sekali tidak terima Pelangi mendapat warisan dari Kayla, namun suara berisik itu tidak bisa didengar oleh Pelangi. Ia terlalu terkejut. Sama sekali tidak menyangka, jika undangan Pak Andy menyuruhnya datang kemari untuk mendengar pembagian warisan. Tidak bagaimana mungkin ini terjadi? Pelangi pasti sedang bermimpi. Tidak mungkin orang yang tidak memiliki hubungan darah apa pun dengan dirinya malah memberinya harta yang begitu banyak? Malaha

    Huling Na-update : 2024-08-12
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 40. Putus asa

    Keadaan hening seketika, kepergian Pak Andy malah membuat keadaan semakin hening dan canggung. Tentu saja Pelangi merasa tertekan benar-benar tertekan sampai ia bingung harus melakukan apa untuk saat ini."Aku benar-benar tidak menyangka dengan apa yang sudah Kayla perbuat," ucap Prita. Pergerakan Prita membuat semua orang menoleh termasuk Akarsana yang tadinya hanya diam. Kecewa dan marahnya Prita membuatnya memilih untuk pergi ke kamar disusul oleh Renjana di belakangnya. Pelangi sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, namun beberapa saat berlalu tiba-tiba Sofia menghampirinya sambil tersenyum."Hai, aku Sofia," sapa Sofia memperkenalkan diri kepada Pelangi."Aku Pelangi," sahut Pelangi sambil berusaha untuk tersenyum. Ia menatap ke arah Sofia mungkin hanya Sofia saja yang ramah padanya di sini. Dilihat dari sikapnya ketika berbicara dengan Pelangi."Apa kamu baik-baik saja, Pelangi?" Pertanyaan Sofia benar-benar membuat hati Pelangi langsung berantakan. Ia jela

    Huling Na-update : 2024-08-12
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 41. Tanda tanya besar

    Setelah keluar dari rumah Kayla, Pelangi begitu terlihat sedih. Apa yang Akarsana katakan begitu membekas di hatinya, ia tidak bisa melihat Akarsana membencinya, Pelangi tidak mau sampai itu terjadi. Diperjalanan pulang, Pelangi bahkan tidak berhati-hati dan sempat beberapa kali menabrak orang-orang yang berlalu lalang di jalan. Beberapa kali juga Pelangi dimaki-maki oleh mereka karena tidak berhati-hati dan Pelangi tahu itu adalah kesalahannya dan tidak mempermasalahkan mereka mau memaki Pelangi sejahat apa, bahkan di halte bus pun Pelangi masih bisa meneteskan air matanya. Namun, ia segera menghapus air mata itu agar orang-orang tidak semakin memandangnya aneh. Beberapa saat kemudian, Pelangi mendapatkan bus untuk kembali pulang. Ia hanya diam dan berharap bisa secepatnya sampai di rumah untuk menenangkan pikirannya. Sesampainya di rumah, Pelangi langsung masuk ke dalam dan bertemu dengan Danurdara yang tengah berada di dapur. "Kamu sudah pulang, Pelangi?" tanya Danurdara masih t

    Huling Na-update : 2024-08-14

Pinakabagong kabanata

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 121. Janji di bawah cahaya bintang. TAMAT.

    Malam itu, suasana rumah masih dipenuhi ketegangan setelah pengakuan Sofia. Pelangi duduk di sofa dengan ekspresi kosong, sementara Akarsana mondar-mandir, pikirannya kacau."Aku masih tidak percaya " gumam Akarsana, suaranya nyaris berbisik.Sofia menunduk, matanya memerah menahan air mata. "Aku juga tidak ingin mempercayainya. Aku menyesal karena tidak melakukan sesuatu sejak dulu, jika aku berani melawan, mungkin Tante Kayla masih hidup."Pelangi menarik napas dalam-dalam. "Kebenaran akhirnya terungkap. Tapi, lalu apa? Apa kita akan membiarkan ini berlalu begitu saja?"Akarsana menatap adiknya dengan mata berkilat. "Tidak, kita tidak bisa membiarkannya. Apa pun yang terjadi, Ibu harus bertanggung jawab."Sofia menggigit bibirnya, lalu menggeleng. "Tapi Akarsana, Ibu kita... dia bahkan sudah tidak waras sekarang. Dia sudah hidup dalam ketakutan selama enam bulan terakhir. Apa yang bisa kita lakukan selain menyerahkannya pada perawatan?"Akarsana mengepalkan tangannya. Ia marah, kece

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 120. Kepingan kenyataan

    Ruangan itu menjadi sunyi. Hanya suara detak jam yang terdengar, seakan menegaskan bahwa ketakutan Prita masih ada, masih mengintai, dan belum benar-benar pergi.Prita masih tersungkur di lantai dengan tubuh gemetar. Air matanya mengalir deras, napasnya tersengal, sementara kedua tangannya mencengkeram kepalanya seolah berusaha menepis suara-suara yang hanya bisa ia dengar."Maafkan aku,Kayla! Maafkan aku!" gumamnya berulang kali, suaranya penuh ketakutan.Akarsana, Sofia, dan Pelangi masih berusaha menenangkannya, tetapi tiba-tiba, suara Prita berubah menjadi jeritan histeris."Aku tidak bermaksud membunuhmu!"Hening.Ketiga orang di ruangan itu membeku, tatapan mereka terpaku pada Prita yang masih terisak. Kata-kata itu menggema di kepala mereka, memenuhi ruangan dengan ketegangan yang mencekam.Akarsana menelan ludah, dadanya berdegup kencang. "Ibu,apa maksudmu?" tanyanya pelan, tetapi suaranya tegas.Prita tidak menjawab. Ia terus meracau, tubuhnya masih bergetar hebat. Seolah kat

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 119. Langkah pertama menuju kedamaian

    Pelangi berdiri di sana, berdampingan dengan seorang pria yang Sofia kenal baik—Akarsana. Namun, perhatiannya langsung terfokus pada Pelangi. Sofia nyaris tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pelangi, yang dulu selalu tampak sederhana dan jauh dari kesan feminin, kini berubah. Gaun lembut membalut tubuhnya dengan anggun, rambut panjangnya tergerai dengan rapi, dan ada kehangatan baru dalam sorot matanya. Ia tampak begitu cantik, begitu berbeda. Namun, bukan hanya perubahan penampilan Pelangi yang mengejutkan Sofia. Tangannya yang digenggam erat oleh Akarsana seolah menegaskan sesuatu. Sofia mengangkat pandangannya, melihat ekspresi kakaknya—wajah itu, yang selama ini redup dan penuh beban, kini berseri. Akarsana terlihat seperti dirinya yang dulu, sebelum semua kekacauan terjadi. Sofia menelan ludah, masih belum bisa mencerna semuanya. "K-Kak Pelangi?" suaranya bergetar. Pelangi tersenyum lembut. "Hai, Sofia!"" Sofia mengalihkan tatapannya ke Akarsana, mencari jawaban.

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 118. Tatapan yang saling bertaut

    Diana masih berdiri di tempatnya, dadanya naik-turun seiring napasnya yang tidak beraturan. Tatapan Damar yang begitu dalam tadi masih terbayang di benaknya, mengusik perasaannya yang bahkan belum ia sadari sepenuhnya. Ia menggeleng pelan, mencoba mengabaikan semuanya, lalu menghembuskan napas panjang. Saat itu juga, suara musik dan tawa dari para tamu pesta kembali menyadarkannya akan kenyataan. Malam ini adalah malam pertunangan Pelangi dan Akarsana. Diana melangkah masuk ke dalam ruangan, tepat saat Ardiyanto menaiki podium kecil di tengah aula, mengambil mikrofon dan mengetuknya pelan. Semua tamu segera menghentikan obrolan mereka dan mengalihkan perhatian ke pria tua itu. "Ladies and gentlemen," Ardiyanto memulai dengan suara penuh wibawa. "Terima kasih telah menghadiri acara malam ini. Malam ini adalah malam yang istimewa bagi keluarga kami, karena cucu saya, Pelangi, akan bertunangan dengan pria yang telah mendapatkan hatinya kembali, Akarsana." Tepuk tangan menggema di

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 117. Kebimbangan di hati Diana

    Pelangi mencoba kembali menenangkan pikirannya setelah pertemuannya dengan Akarsana. Hatinya masih berdebar tidak menentu, tapi kali ini bukan karena keraguan, melainkan karena keputusan besar yang sudah ia buat.Suara langkah kaki tergesa-gesa mendekat, disusul suara yang penuh amarah."Pelangi!" suara Diana menggema di ruangan, membuat Pelangi dan Ardiyanto menoleh.Diana berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh kemarahan dan di belakangnya, Danurdara—ayahnya—menyusul dengan tatapan yang lebih tenang tapi tak kalah tegas."Kau serius, Pelangi?!" Diana mendekat dengan cepat. "Kau lebih memilih pria yang sudah menghancurkanmu, yang sudah membuatmu menangis selama ini, daripada Damar yang jelas-jelas pria baik?"Pelangi menghela napas. Ia sudah menduga ini akan terjadi."Diana, dengarkan aku—""Tidak!" Diana memotong dengan suara penuh emosi. "Aku tidak bisa diam saja melihatmu kembali ke dalam lingkaran yang sama! Apa kau tidak takut akan terluka lagi? Apa kau tidak ingat bagaima

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 116. Hati yang terikat

    "Kalian berdua," suara Damar terdengar datar, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Pelangi merasa bersalah. Akarsana tidak mundur. Ia justru menatap Damar dengan pandangan penuh keyakinan. "Aku tidak akan menyerah," kata Akarsana tegas. "Aku mencintai Pelangi, dan aku yakin dia masih mencintaiku." Pelangi mengerjapkan mata, dadanya berdebar kencang. Damar menatap Pelangi. "Apa yang dikatakannya benar?" Pelangi tercekat. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Pelangi menatapnya, perasaan bersalah semakin menyesakkan dadanya. "Damar, aku...." Damar mengangkat tangannya, menghentikan ucapan Pelangi. "Kau tidak perlu mengatakan apa-apa. Aku hanya ingin kau jujur pada dirimu sendiri." Pelangi menatap Damar dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu, pria ini benar-benar baik. Damar tersenyum lembut. "Jangan memaksakan diri, Pelangi. Aku ingin kau bahagia, dengan atau tanpa aku." Pelangi terisak pelan. Damar menghela napas panjang lalu menatap Akarsana. "Aku harap kau tidak

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 115. Pergulatan hati

    "Dan kau gagal." Akarsana menatapnya dalam, suaranya tenang tapi penuh keyakinan. "Aku tahu kau masih mencintaiku, Pelangi. Aku bisa melihatnya di matamu." Pelangi menggeleng dengan cepat, air matanya mulai jatuh tanpa bisa ia tahan. "Tidak," bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Akarsana. Akarsana mengulurkan tangannya, ingin menghapus air mata itu, tapi Pelangi mundur selangkah, membuat jarak di antara mereka. "Aku akan bertunangan dengan Damar," katanya dengan suara yang lebih tegas, seakan ia mengatakannya bukan hanya untuk Akarsana, tapi juga untuk dirinya sendiri. Akarsana terdiam, dadanya terasa sesak. "Lalu kenapa kau menangis?" tanyanya dengan suara lirih. Pelangi menggigit bibirnya. Ia ingin berteriak bahwa ia tidak ingin bertunangan dengan Damar, bahwa hatinya masih terikat pada Akarsana, tapi ia tidak bisa. Ia tidak boleh. Tanpa menjawab, ia berbalik dan membuka pintu, meninggalkan Akarsana yang masih berdiri di sana dengan ekspresi hancur.

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 114. Keraguan dalam bayangan

    Dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan. Pelangi membeku di tempat. Hatinya berdebar begitu kencang saat matanya bertemu dengan mata Akarsana. Pria itu berdiri di antara kerumunan, mengenakan jas hitam yang tampak sedikit longgar di tubuhnya seperti seseorang yang kehilangan berat badan. Wajahnya lebih tirus dari yang terakhir kali Pelangi lihat. Namun, sorot matanya tetap sama. Penuh luka. Akarsana tidak bergerak, hanya menatapnya dalam diam. Pelangi mengeraskan hatinya dan segera mengalihkan pandangan. Ini tidak seharusnya terjadi. Akarsana tidak seharusnya ada di sini. Tapi pertanyaannya adalah siapa yang mengundangnya? Di tengah kebingungan, Diana tiba-tiba muncul di sampingnya dan berbisik pelan, "Aku tidak mengundangnya, Pelangi. Aku juga terkejut dia datang." Pelangi menelan ludah. Ia tidak ingin menunjukkan kegugupannya. "Aku akan pura-pura tidak melihatnya," katanya lirih. Diana menatapnya ragu, tetapi tidak berkata apa-apa lagi. Namun, masalahnya adalah

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 113. Sosok yang tidak diharapkan

    Malam itu, Akarsana tidak bisa tidur. Kata-kata Sofia terus terngiang di kepalanya."Jika kau masih mencintainya, pergilah cari dia!"Akarsana tidak bisa menahan keinginan untuk mencari tahu. Ia bangkit dari tempat tidurnya, mengambil ponselnya, dan membuka kontak lama yang tak pernah ia hapus.Pelangi.Jari-jarinya gemetar saat hendak menekan tombol panggil.Namun, ia ragu."Bagaimana jika dia tidak mau bicara denganku?""Bagaimana jika dia sudah bersama pria lain?"Pikiran itu membuat dadanya terasa sesak.Akhirnya, ia hanya menatap nama itu di layar ponselnya, sebelum akhirnya menghela napas dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku.Mungkin, Sofia benar. Ia harus menemui Pelangi. Bukan hanya untuk memohon kesempatan kedua, tetapi untuk mengatakan hal yang selama ini tidak sempat ia katakan, bahwa ia mencintainya.Bahwa ia menyesali semuanya. Dan bahwa ia ingin memperbaikinya.Keesokan paginya, Akarsana mendatangi rumah sakit dimana Ardian bekerja. Ardian adalah satu-satunya o

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status