Kepastian sudah diberikan
Namun pengkhianatan menjadi jawaban
Cinta sejati kini telah ternodai
Hampa terasa sunyi di dalam jiwa
* * * * *
Lauren berdiri di hadapan mansion milik Liam. Bibirnya menyunggingkan senyuman melihat rumah mewah itu. Dia melangkahkan kakinya berjalan masuk ke dalam mansion itu. Saat berada di pintu rumah, seorang pelayan menyapanya dengan senyuman ramah.
“Selamat pagi, Nona. Saya adalah Suzanne, pelayan di rumah ini. Apakah ada yang bisa kubantu?” sapa Suzanne dengan ramah.
“Aku ingin bertemu dengan Liam Colbert.” Ucap Lauren dengan dagu yang diangkat
Ternyata Lauren punya niat yang tidak baik ya. Pengen diapain nih si Lauren? Jika Sienna pergi gimana hubungannya dengan Liam? Tunggu kelanjutannya ya...
Ketika emosi menguasai diri, Dia tidak akan bisa mengendalikan ucapan dan pikirannya. Membuatnya terlihat begitu buruk. Menciptakan penyesalan dalam hatinya. * * * * * Neil berjalan masuk ke dalam rumah keluarganya. Amarah membuat wajah Neil menampilkan ekspresi kesal. Langkahnya terhenti saat Suzanne menghampirinya. Pelayan itu tersenyum pada sang tuan muda. “Mr. Colbert!” Panggil Suzanne. Neil tersenyum pada pelayan itu. “Rasanya aneh kau memanggilku Mr. Colbert, Suzanne. Panggilan itu hanya cocok untuk kakakku. Jadi panggil saja aku Neil.”
Hati yang hancur adalah yang terburuk. Ini seperti memiliki tulang rusuk yang patah. Tidak ada yang bisa melihatnya, tetapi kamu akan merasakan sakit setiap kali bernapas. Hanya waktu yang bisa menyembuhkan hatimu yang hancur. Seperti halnya hanya waktu yang dapat menyembuhkan lengan dan kakinya yang patah. * * * * * Lauren berjalan masuk ke dalam sebuah tempat karaoke. Fantacity adalah tempat karaoke yang terletak di jalan Robson. Tempat itu sangat terkenal sehingga banyak dikunjungi orang-orang yang ingin menikmati waktu mereka dengan bernyanyi. Namun sayangnya Lauren datang ke tempat itu bukan untuk melepaskan penat dengan bernyanyi. Dia memiliki tujuannya sendiri. &n
Meskipun dunia terlihat begitu besar, tapi duniamu akan terlihat kecil. Karena semuanya berputar kembali kepadamu. * * * * * Satu bulan berlalu. Sienna berhasil menata hidupnya dengan sangat baik. Dia memilih kota Courtenay sebagai tempat untuk menetap. Courtenay terletak seratus delapan puluh lima kilometer dari Vancouver. Setelah melihat lembaran lowongan pekerjaan sebagai seorang pelayan di sebuah resort Kingfisher Oceanside Resort and Spa, akhirnya Sienna memilih menetap di kota itu. Pagi itu, Sienna sudah berada di meja makan menyiapkan sarapan berupa roti tawar yang sudah diolesi selai str
"Hargai apa yang kamu miliki saat ini. Ingat, kebahagian tak akan pernah datang kepada mereka yang tidak menghargai apa yang telah dimiliki." * * * * * Liam masih terlihat sama menawannya seperti terakhir kali Sienna melihatnya. Bahkan bayangan pria itu tidak pernah lepas dari ingatannya. Tak sekalipun lepas dari pikiran wanita itu. Bahkan dalam mimpi pun pria itu selalu muncul. Namun ada yang berbeda dengan Liam saat ini. Pria itu tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya. Bahkan pipi pria itu terlihat lebih tirus. Sedangkan matanya tampak terlihat begitu lelah. Sienna tidak tahu apakah itu karena efek perjalanan pria itu atau karena hal-hal yang membuatnya kesulitan tidur. Keinginan wanita itu untuk memeluk Liam begitu b
Terkadang impian besar mustahil untuk diraih. Tapi ketika seseorang berusaha keras mencapainya, maka akan ada harapan. * * * * * Sienna menghela nafas berat saat manajer Gilbert memintanya untuk datang ke kamar Liam. Dia yakin pria itu sengaja melakukan sesuatu agar bisa memanggil wanita itu ke kamarnya. Dan sekarang Sienna tidak punya pilihan lain selain berjalan lunglai menuju kamar New Ocean Courtyard. Setelah melewati taman dan menaiki tangga, Sienna berhenti sejenak di depan pintu. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Wanita itu berkata pada dirinya sendiri jika dia bisa melakukan ini. Dia bisa menghadapi Liam Colbert. Setelah berhasil menguatkan dirinya sendiri, Siena mengetuk pint
Mungkin wanita tidak sekuat pria. Tapi hal itu tidak bisa dijadikan alasan bagi pria menindas wanita. Dengan kekuatan yang dimilikinya, seharusnya seorang pria bisa menggunakannya untuk melindungi wanita. * * * * * * Sienna remaja memeluk adiknya yang menangis. Sudah dua hari ini gadis berusia sebelas tahun itu terus menangis karena telah kehilangan ibu angkat mereka. Sienna tahu betapa Ashley sangat menyayangi wanita lembut itu. Terdengar suara benda dibanting dari luar pintu kamarnya. Sienna tahu dia harus segera menenangkan adiknya. Karena jika tidak, maka hal buruk akan menimpa dirinya dan sang adik. “Ashley. A
Katakutan menarik seluruh energi seseorang. Menyerap keberanian dan menjadikan seseorang lemah. * * * * * Segera Liam menghampiri Sienna yang tampak sangat ketakutan. Langkahnya berhenti melihat kondisi wanita itu yang terlihat sangat kacau. Rambutnya yang semula digelung di belakang kepalanya tampak berantakan dengan beberapa anak rambut yang mencuat keluar. Pakaian seragam hotelnya pun tampak kusut. Dan tatapan Liam tertuju pada kedua tangan Sienna yang mencengkram erat pakaian itu seakan jika dia melepaskannya, pakaian itu akan terlepas dari tubuhnya. “Sienna, apa yang terjadi?” tanya Liam menghentikan langkah wanita itu. Saat wanita itu mendongak Liam bisa melihat bekas k
“Tidak seharusnya seseorang menyakitimu, Sienna. Kau jauh lebih berharga dari siapapun.” ~ Liam Colbert ~ * * * * * “Bercintalah denganku, Liam.” Permintaan Sienna membuat Liam membeku. Tuhan tahu betapa besar pria itu menginginkan Sienna. Betapa besar pria itu ingin mencium setiap jengkal kulit wanita itu. Liam rindu melakukan hal itu. Tapi pria tahu ini bukanlah waktu yang tepat untuk memuaskan hasrat terpendamnya. Sienna baru saja mengalami hal yang buruk. Karena itu Liam tidak ingin menyakiti wanita itu lebih dalam lagi. Liam menggelengkan kepalanya. “Tidak, Sienna. Aku tidak bisa melakukannya. Aku pikir ini adalah ide yang buruk.”