Bintang dan Arya palingkan kepala ke arah rumah lonceng. Benar apa yang diteriakkan Bayu. Dari jurusan bangunan tersebut, sementara Lonceng Kematian masih terus berputar menggemuruh, kelihatan menyambar tiga buah benda sebesar kepalan, berbentuk bulat merah. Selagi melayang di udara, tepat di atas halaman di depan rumah lonceng, tiga benda itu berpijar terang lalu meletus keras dan berubah bentuk.
Kalau tadi merupakan tiga buah bola-bola merah muka kini menjadi larikan asap berwarna merah dan membeset ke arah tiga jurusan yang semuanya mengarah ke pohon besar di mana Bintang dan kawan-kawannya bersembunyi. Jelas tiga larikan asap merah itu satu persatu di arahkan pada Bintang, Bayu dan Arya.
"Lompat!" teriak Bintang.
Tiga sosok berkelebat jungkir balik dari atas pohon, melompat ke tanah. Begitu injakkan kaki di tanah Bintang berguling sampai beberapa tombak, menjauh dari pohon besar. Hal yang sama dilakukan pula oleh Arya dan Bayu.
"Wusss!"
"Wusss!
"Orang tua!" seru Bintang. "Kami tidak punya niat melayanimu. Kau bisa menunggu lain orang saja. Mohon maaf. Biarkan kami pergi dengan aman!""Pemuda rambut kuda banyak cakap! Kalau begitu biar kau yang kuundang naik ke atas lonceng ini! Hari ini aku mencabut aturan bahwa hanya orang berusia paling rendah enam puluh tahun saja yang boleh menjajal kehebatan Lonceng Kematian!"Wajah Bintang jadi berubah. Tangan kirinya pulang balik menggeleng kepala. "Maaf Kek! Lain kali saja aku penuhi undanganmu! Aku dan kawan-kawan masih ada keperluan lain. Kami sudah cukup puas sudah melihat loncengmu yang hebat!""Mana bisa begitu!"Kakek diatas atap meradang "Berani kau bergerak satu langkah, nyawamu tertolong! Kecuali jika kau mau mengaku kau adalah manusia paling pengecut dan tidak berani menerima tantangan orang!"Terbakarlah darah Bintang mendengar ucapan si kakek. Namun masih bersabar dan sambil menyeringai dia menjawab. "Terserah kau mau bilang apa! Aku tidak ber
Ketika lonceng mulai bergerak dan berputar ke kiri Bintang segera berlari-lari kecil ke arah berlawanan. Setiap kedua kakinya menjejak kayu roda, dia kerahkan tenaga dalam. Maksudnya hendak mencoba menjebol kayu lonceng untuk melihat apa yang tersembunyi di sebelah bawah. Luar biasanya ternyata kayu itu atos sekali! Selagi Bintang mencari akal apa yang harus dilakukannya tiba-tiba kakek teleng ketukkan pipanya kepinggiran lonceng seraya berseru. "Satu!" “Dung...!” Lonceng bergetar lalu menggemuruh berputar lebih cepat. Di sebelah depannya Bintang melihat bendera kuning bergerak menuju ke arahnya lalu lewat di bawah kedua kakinya. Bintang melirik tajam pada si kakek, memandang ke bawah ke arah dua temannya lalu kembali memperhatikan lonceng yang berputar semakin cepat, membuat dia harus berlari lebih cepat pula. Tak lama kemudian bendera kuning muncul kembali untuk kedua kalinya. Lonceng berputar semakin kencang. Dengan Ilmu meringankan tubuh yang dimi
Bintang segera melompat bangkit. "Ruhrinjani..." desis Bintang. Belum lagi habis rasa tegangnya atas apa yang barusan dialaminya di atas sana, kini tengkuknya jadi merinding. Karena dia tahu sosok yang ada di hadapannya saat itu sebenarnya telah mati beberapa waktu yang silam!"Kau...!""Kita tidak banyak waktu. Lekas tinggalkan tempat Ini sebelum kakek di atas rumah lonceng turun ke tanah lancarkan serangan. Kawan-kawanmu juga harus cepat angkat kaki dari sini!""Tapi bagaimana..."Sosok perempuan berwajah ayu, mengenakan pakaian panjang terbuat dari sebentuk sutera putih, rambut tergerai lepas dan melambai-lambai ditiup angin perlihatkan wajah tidak sabaran. Dengan tangan kirinya makhluk ini mencekal leher baju Ksatria Pengembara.Sekali dia bergerak Bintang seolah diajak melayang terbang. Di dekat pohon besar perempuan itu menukik menyambar Bayu dan Arya. Luar biasa sekali. Seperti menenteng tiga anak kucing, perempuan berpakaian putih bergerak
BERKAT ilmu kesaktian yang dimiliki Ruhrinjani si kakek tidak melihat ke empat orang itu. Padahal saat itu Bintang dan dua kawannya dan perempuan berpakaian putih hanya satu langkah saja di samping kirinya. Seandainya si kakek menggerakkan tangannya ke samping pasti dia akan menyentuh sosok Arya yang saat itu tegak tak bergerak di bawah pohon.Ilmu kesaktian yang dimiliki Ruhrinjani itu bernama Menutup Mata Memutus Pandang. Konon itu Adalah salah satu dari beberapa ilmu kesaktian yang diturunkan Para Dewi Dari Negeri Atas Langit kepada perempuan bernasib malang itu. Namun bagaimanapun hebatnya kesaktian tersebut celakanya kesaktian ini tidak membuat Ruhrinjani mampu melenyapkan Bintang, Bayu, Arya dan dirinya dari pandangan mata Pateleng. Sambil dekapkan capingnya di depan dada sepasang mata' kakek teleng itu perhatikan tanah yang basah tepat di antara kedua kaki Arya. Pateleng mendekat lalu berjongkok di depan tanah yang basah. Arya pejamkan mata. Unt
Ruhrinjani anggukkan kepalanya dengan perlahan. Parasnya yang cantik kemudian tampak berubah sayu. Dia menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong."Ruhrinjani, kulihat perubahan pada wajahmu. Seolah ada satu ganjalan kesedihan di hatimu. Apakah.”Ruhrinjani menghela nafas panjang”Langkahku jauh sampai ke sini karena menyirap kabar bahwa suamiku Maithatarun ada bersama kalian. Namun Hai, aku tidak menemukannya. Mungkin kau dan kawan-kawan mengetahui gerangan dimana Maithatarun berada?"Yang menjawab Bayu ”Terakhir kami bersamanya ketika bertemu dengan Jin Obat Seribu. Saat Itu dia mengatakan hendak pergi menemui seseorang. Tapi dia tidak menyebut siapa orangnya, hanya menyebut tempat di mana orang itu berada”Ruhrinjani mendongak ke langit lalu pejamkan matanya sesaat. Dia berpaling pada Bayu”Mungkin suamiku menyebut nama sebuah gunung. ?""Betul sekali!" sahut Bayu.Bintang menyambung”Aku ingat, kalau t
Pertanyaan Bayu itu membuat wajah Dewi Awan Putih bersemu merah sedang Bintang ulurkan tangan mencubit punggung Bayu hingga melintir kesakitan. Sebenarnya sejak beberapa waktu lalu Dewi Awan Putih memang berusaha mencari Bintang. Dia ingin menemui sang pendekar untuk menjernihkan persoalan bunga mawar beracun yang hampir merenggut nyawa.Bintang dan yang menurut Ruhjelita berasal dari dirinya. Namun niatnya untuk membicarakan hal Mu menjadi sirna ketika tadi secara tidak sengaja dia sempat mendengar ucapan-ucapan Ruhrinjani yang menyebut tentang seorang gadis cantik berhati baik yang jatuh cinta pada Bintang. Untuk menutupi rasa malu dan sekaligus kekecewaannya untung Dewi Awan Putih dapat mencari akal mengeluarkan jawaban."Hai, sebagai sahabat tentu saja aku selalu ingin bertemu dengan kalian. Namun selain itu memang aku ingin menemui Bintang”"Nah! Apa kataku!" ujar Bayu pula sambil menepuk bahu Arya hingga tersentak kaget.Bintang menatap
"Maksudmu Dewi Awan Putih menyukaiku?" tanya Bintang.Bayu pencongkan mulutnya. ”Aku saja bisa melihat. Kau yang punya diri tidak tahu diri! Jika kau tidak suka pada gadis itu dan kebetulan dia suka padaku, jangan nanti kau jadi menyesal!""Anak muda," kata Arya menyambung bicara”Apa kau tidak melihat bagaimana dua mata Dewi Awan putih jadi berkaca-kaca ketika kau membandingkannya dengan Ruhjelita, perawan genit yang gentayangan ke mana-mana memikat lelaki itu?"Bintang geleng-geleng kepalanya”Aku. Ah, sebenarnya aku juga menyukai Dewi Awan Putih," kata Bintang pula, Dia diam sejenak”Tapi..”"Nah, tapinya ini yang bikin brengsek! Suka tapi masih ada tapi!" kata Bayu lalu pasang muka merengut.Sementara itu tanpa setahu ketiga orang itu, disatu tempat yang terlindung, seorang perempuan berwajah putih jelita kerenyitkan kening. Sepasang alisnya naik ke atas ketika mendengar ucapan Bintang yang mengatakan sebenarnya dia j
Bintang anggukkan kepala. Dia mulai melangkah. Dia berjalan tidak langsung menempuh lapangan terbuka dari arah depan, tapi bergerak dulu ke kanan, menyisir sepanjang tepi lapangan lalu membelok ke kiri. Di ujung sana dia membelok lagi ke kiri. Kini bergerak ke arah di mana sebelumnya rumah lonceng dan Lonceng Kematian berada. Sebegitu jauh tak terjadi apa-apa. Namun ketika Bintang hanya tinggal satu tombak saja lagi dari perkiraan letak bangunan, mendadak dalam kegelapan malam berkiblat dua buah sinar kebiru-biruan, menderu ke arah Bintang."Senjata rahasia! Bintang awas!" teriak Bayu memperingatkan.Bintang memang sudah mendengar kemudian mellhat gerakan dua benda bersinar biru itu. Sambil jatuhkan diri Bintang hantamkan tangan kanannya melepas pukulan Badai Pusaran Angin. Dua benda biru terpental. Namun!"Blaaarr!" "Blnaarr!"Dua ledakan dahsyat menggema di udara malam. Dua buah benda biru hancur bertaburan membentuk keping-keping aneh. Keping-keping in