"Cairan apa yang ada dalam belanga itu?"
"Ah! Kau keliwat curiga! Puluhan tahun aku mengelana kian kemari membawa cairan dalam belanga ini untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Isi belanga ini tentu saja obat! Bukannya racun! Jika kau tidak percaya kau boleh mencicipi lebih dulu. Kalau terjadi sesuatu denganmu, semua Dewi anak buahmu di tempat ini boleh menggorok batang leherku!"
"Dewi Awan Putih, harap kau mau memberi izin padanya. Jika dia mencelakai Bunda Dewi, aku yang pertama sekali akan membabat putus lehernya!" Habis berkata begitu Bintang keluarkan Pedang Pilar Bumi.
"Ha... ha... ha! Anak muda! Kau boleh putuskan leherku jika aku memang berniat jahat terhadap Dewi ini!"
"Bagaimana Dewi Awan Putih?" tanya Bintang.
Setelah diam sejurus Dewi Awan Putih akhirnya mengangguk. "Lakukan apa yang tadi hendak kau lakukan! Tapi ingat Jika terjadi sesuatu dengan Bunda Dewi, kau akan menemui kematian pertama sekali di tempat ini Jin Obat Seribu!"<
"Tugasku sudah selesai. Dewi Awan Putih, aku mohon diri sekarang”"Jin Obat Seribu, kami berterima kasih padamu. Jika aku boleh bertanya, apakah kau tahu siapa gerangan yang telah berbuat begitu keji terhadap Bunda Dewi?"Jin Obat Seribu tersenyum. "Aku tahu paling tidak dapat menduga. Tapi aku tidak mau mengatakan...""Apakah Jin Santet Laknat?" tanya Dewi Awan Putih, membuat Bintang menjadi sesak dadanya karena ingat akan Ruhrembulan. Dia menjadi lega ketika melihat Jin Obat Seribu gelengkan kepala."Bukan nenek satu itu. Tapi orang lain!"Ketika Jin Obat Seribu melangkah ke pintu ruangan, Bintang segera mengikuti. Dewi Awan Putih ikut pula beranjak. Sambil berjalan Bintang berkata. "Raja Obat, aku berterima kasih padamu. Kau telah membebaskan diriku dari segala tuduh dan fitnah! Aku tidak melupakan budi baikmu ini!"Makhluk gemuk itu tertawa lebar. "Anak muda, kau berhati-hatilah. Di negeri ini masih ada orang yang tidak menye
MAHLUK yang tubuhnya dikobari api itu berlari ke arah timur. Gerakannya tidak secepat se perti biasanya. Sesekali dia berhenti sambil memegangi dadanya yang remuk. Keadaannya luar biasa menggidikkan.Tubuhnya sebelah kanan hanya berupa satu lobang besar hingga isi dada dan isi perutnya terlihat dengan jelas. Bahkan usus besarnya nyaris memberojol keluar kalau tidak terkait pada satu dari dua tulang iganya yang patah. Pada kening sebelah kiri ada satu lobang besar. Lelehan darah hitam mengering menutupi sebagian wajahnya yang angker.Lalu kaki kanannya yang sebelumnya dikobari api kini kelihatan bengkok hitam kebiruan. Mahluk ini adalah yang pernah menjadi Utusan atau Wakil Para Dewa di Negeri Jin dan dikenal dengan sebutan Pamanyala.Sebagaimana diceritakan dalam Episode sebelumnya. Mahluk ini bertempur habis-habisan menghadapi musuh bebuyutannya yang pernah dimakan kutukannya yakni Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu. Kemudian ketika Jin Selaksa Angin al
Jin Muka Seribu, yang dijuluki Jin Segala Keji Segala Tipu Segala Nafsu tegak bertolak pinggang. Kepalanya yang memiliki empat muka saat itu telah berubah menjadi muka-muka raksasa pertanda dia sedang marah besar."Hai Junjungan, Raja Diraja semua Jin di Negeri Jin ini. Mohon maafmu. Aku mengaku salah karena gagal menjalankan tugas.""Kau tidak usah bicara banyak! Dari keadaan dirimu saja aku sudah tahu kalau kau tidak becus menjalankan tugas rahasia! Kau telah memperhambakan diri pada Jin Tangan Seribu. Tapi kau tidak mampu mendapatkan rahasia ilmu bagaimana caranya menembus waktu, masuk ke negeri manusia!""Maafkan aku Jin Muka Seribu. Puluhan hari aku tak tidur-tidur mengintai kelengahan Jin Tangan Seribu. Tapi setiap aku berusaha hendak melumpuhkannya dia seperti sudah tahu dan berjaga-jaga.""Kau juga tidak berhasil mencuri ilmu berubah ujud membentuk empat tangan!" Bentak Jin Muka Seribu."Aku mengaku salah dan siap menerima hukuman!"
KITA kembali pada Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu dan Jin Selaksa Angin alias Ruhpingitan. Seperti dikisahkan dalam Episode sebelumnya ("Cincin Maharaja Jin") sepasang suami istri yang saling terpisah selama puluhan tahun itu akhirnya bertemu. Keduanya berpeluk bertangisan penuh gembira tapi juga penuh haru di dalam sebuah danau kecil."Peluk tubuhku erat-erat Ruhpingitan. Kalau tidak aku akan meluncur terbalik, kepala masuk ke dalam air, kaki mencuat di atas danau. Kau akan bingung memegangi tubuhku! Ha... ha... ha. ""Pasedayu suamiku, derita sengsaramu akan berakhir hari ini!" kata Ruhpingitan sambil memeluk erat Pasedayu dan membelai rambut putihnya yang basah kuyup. "Kau tahu, sendok sakti terbuat dari emas itu ada padaku.""Astaga! Apa katamu?!" Pasedayu terkejut seolah tak percaya akan pendengarannya."Sendok Pemasung Nasib ada padaku." Bisik Ruhpingitan."Keterangan pemuda asing bernama Bintang itu ternyata benar. Dia pernah mengatakan
DI DALAM danau, Bayu yang memang memiliki kepandaian luar biasa dalam hal berenang, bergerak cepat mengejar Jin Lintah Hitam yang merampas Sendok Pemasung Nasib. Bayu melihat jelas Jin Lintah Hitam memegang sendok emas sakti di tangan kanannya. Bayu sampai beberapa kali berusaha merampas kembali benda itu. Namun gerakan Jin Lintah Hitam selain gesit sekaligus licin. Padahal Bayu juga telah mengeluarkan ilmu melicinkan tubuh yang disebut Ilmu IKan Paus Putih. Tetap saja Bayu tidak mampu mengambil Sendok Pemasung Nasib itu.Setelah berenang meliuk-liuk aneh beberapa kali, Jin Lintah Hitam melesat ke arah kiri berusaha melarikan diri. Sebelum dia berhasil mencapai tepian danau sebelah tenggara, Bayu cepat mengejar dan sempat mencekal salah satu kakinya. Tak terduga mahluk yang sosoknya licin ini menarik kakinya sambil berbalik dan lancarkan tendangan dengan kakinya yang lain.Membuat gerakan menendang di dalam air bukan satu hal yang mudah. Bukan saja karena dua kaki tida
"Celaka! Gimana beradanya sendok yang asli?!" teriak Ruhpingitan. Semua orang lantas ingat pada Jin Lintah Hitam. Mereka berpaling ke arah tergeletaknya mayat orang itu. Astaga! Ternyata mayat Jin Lintah Hitam tak ada lagi di tempatnya semula! Semua mulut keluarkan seruan tertahan!"Mahluk jahanam itu tak mungkin hidup kembali lalu melarikan diri!" teriak Jin Terjungkir Langit. "Pasti ada yang melarikan mayatnya!" kata Ruhpingitan lalu butt prett! Nenek ini pancarkan kentutnya. "Kalau cuma mayat apa perlunya dilarikan segala?!" ujar Arya"Pasti ada sesuatu. Pasti ada sesuatu!" kata Bayu."Aku ingat satu hal!" kata Betina Bercula tiba-tiba. "Waktu aku menyelam ke dalam air, aku sempat melihat mahluk itu memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Mungkin sekali...""Bukan mungkin,! Tapi pasti!" kata Jin Terjungkir Langit memotong. "Pasti Sendok sakti itu ditelannya?!""Jahanam betul! Kemana kita harus mencarinya?!" Ruhpingitan marah sekali namun begitu me
EMPAT orang berpakaian hitam itu duduk mengelilingi perapian. Udara malam memang dingin sekali. Apalagi mereka berada di satu pedataran tinggi dan sore tadi hujan turun lebat."Terus terang aku tidak suka dengan apa yang kita lakukan sekarang ini. Kita telah menyalahi Perintah Sang Junjungan, Raja Diraja Segala Jin di Negeri Jin ini!" Berucap orang berpakaian hitam yang duduk bersandar ke satu gundukan batu besar, agak jauh dari perapian. Namanya Patuding."Kerabatku, apa yang perlu kita cemaskan. Tugas telah kita jalankan dengan baik. Apa yang dicari sudah berada di tangan kita. Mengapa perlu cepat-cepat kembali ke Istana Surga Dunia?" Menjawab salah satu dari tiga orang yang duduk di depan perapian. Dia bertindak selaku pimpinan dalam rombongan itu dan bernama Pajohor."Justru begitu Perintah Sang Junjungan, begitu yang harus kita lakukan! Tak ada celah sedikitpun untuk dilanggar!" Orang pertama berkata dengan nada mulai keras."Kerabatku Patuding, aku
"Benar-benar kakek nenek gila! Kawan-kawan, lekas singkirkan dua tua bangka ini!" Perintah Pajohor.Dua orang membekal parang yakni Pawulus dan seorang kawannya bernama Pasendu menghunus senjatanya. Tanpa banyak bicara lagi mereka segera menyerang Jin Selaksa Angin dan Jin Terjungkir Langit. Begitu yang dua ini menyerbu, dua lainnya yakni Patuding dan Pajohor segera membuat siasat. keduanya secepat kilat berkelebat, lari dan sengaja berpencar.Dua kaki Jin Terjungkir Langit bergerak.Dua tangan Jin Selaksa Angin tak tinggal diam."Bukkk!""Bukkk!"Pawulus dan Pasendu yang menyerang dengan parang menjerit keras, terpental lalu terbanting ke tanah tak berkutik lagi. Yang satu tewas dengan dada remuk akibat dimakan jotosan Ruhpingitan sedang kawannya menggeletak dengan leher hampir tanggal dijepit dua kaki Jin Terjungkir Langit.Dua orang yang melarikan diri dan sengaja berpencar tersentak kaget hentikan lari masing-masing ketika t