MULUT Maithatarun bergetar ketika perlahan, antara terdengar dan tiada dia menyebut nama kedua orang itu. "Jin Terjungkir Langit.. Ruhsantini." Kakek yang tegak di atas dua tangannya itu memang Pasedayu alias Jin Terjungkir Langit adanya. Sedang perempuan cantik berpakaian serba merah adalah Ruhsantini, bekas istri Jin Bara Neraka.
Melihat kemunculan istrinya, Jin Bara Neraka yang sedang marah karena menemukan walet terbang tunggangannya dalam keadaan mati pecah kepala jadi bertambah marah. Sekali lompat saja dia telah berada di hadapan Ruhsantini.
"Perempuan laknat! lstri celaka! Pasti kau yang telah membunuh walet tungganganku! Kepalanya hancur!"
"Makhluk keji tak mengenal tobat! Tangan kirimu sudah kuhancurkan! Apa itu tidak cukup menjadi pelajaran? Rupanya kau memang minta kuhancurkan kepalamu seperti aku menghancurkan kepala walet hitam itu!" Balas mendamprat Ruhsantini. Jin Bara Neraka keluarkan suara menggembor. Mulutnya berteriak.
"lstri celaka! D
Jaring biru itu kini tidak bedanya seperti terbuat dari tali biasa. Maithatarun selamat dari kematian walau hampir sekujur tubuhnya hangus terkelupas dan saat itu dia masih tergeletak tak sadarkan diri. Dengan dua tangannya Jin Terjungkir Langit berusaha merobek putus jaring api biru. Tapi luar biasanya jaring yang sudah berubah dingin itu atos sekali. Bagaimanapun si kakek mengerahkan kesaktiannya tetap saja dia tidak mampu menjebol jaring guna mengeluarkan Maithatarun yang masih terjerat."Jaring jahanam! Setahuku Jin Santet Laknat tidak memiliki kepandaian menciptakan jaring seperti ini. Kalau tadi makhluk bertangan logam itu mengaku murid si nenek, niscaya dukun jahat itu dapatkan ilmu keparat ini dari seseorang. Aku harus mencari tahu siapa adanya. Tapi perduli setan! Yang penting saat ini anak itu sudah berhasil aku selamatkan. Kalau perlu aku akan membawanya dalam keadaan masih berada dalam jaring itu. Mungkin benar kabar yang pernah ku dengar. Hanya ada beberapa orang
"Huh! Bicara sombongnya! Hai! Kalau tidak kebetulan lewat di sini, dan mengira kadal hangus itu pemuda penolongku, perlu apa aku berada di tempat hi!" Si nenek cibirkan bibirnya. Dia melirik pada si kakek, lalu perhatikan acuh tak acuh perkelahian yang terjadi antara Ruhsantini dengan Jin Bara Neraka. Si nenek kembali songgengkan pantatnya dan"buuttt... !" Lalu dia putar tubuh hendak pergi."Tunggu!" Jin Terjungkir Langit berseru."Pemuda asing yang kau katakan itu. Apakah namanya Bintang?""Apa perdulimu! Siapapun namanya apa urusanmu?!" tukas Ruhkentut."Buuumt!" saking geramnya Jin Terjungkir Langit keluarkan suara seperti orang kentut dari mulutnya."Aku memang harus perduli. Pemuda itu pernah menyelamat kan diriku! Dengar kau nenek buruk muka kuning! Jika kau berani mencelakai pemuda itu, akan kurajam tubuhmu! Akan kubuat kau jadi matang seperti ikan asap!"Si nenek songgengkan pantatnya. Kembali hendak keluarkan kentut. T
"Gendakmu sudah kujebloskan dalam jaring api biru! Sekarang giliranmu!" Jin Bara Neraka kertakkan rahang. Tangan kirinya digerakkan. Dari pentolan pentolan runcing di sepanjang lengan palsu yang terbuat dari logam itu, melesat keluar larikan-larikan sinar biru, bergulung membentuk jaring. Lalu menyambar ke arah Ruhsantini! Perempuan itu cepat menghindar, melompat dan berlindung ke balik sebatang pohon.“Wuuusss!"Jaring api yang disebut Api lblis Penjaring Roh menyambar. Laksana senjata tajam membelah air begitulah kelihatan jaring api itu melewati batang pohon. Begitu lewat batang pohon serta merta berubah hangus hitam kebiru-biruan lalu tumbang dengan suara bergemuruh. Ruhsantini cepat menyingkir namun dia terkesiap kaget ketika tiba-tiba saja, cepat sekali. Di atasnya jaring api biru telah menyambar ke bawah, siap menjerat tubuhnya! Perempuan ini keluarkan pekik ngeri seraya coba menghantam dengan pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi. Namun sia
"Tua bangka gatal! Mengapa kau cuma menamparku satu kali?! Ayo tampar lagi! Lakukan sepuasmu!" Tiba-tiba Ruhsantini berteriak. Si nenek pelototkan matanya. Dia hendak bergerak maju dan benar-benar hendak menampar Ruhsantini. Tapi tiba-tiba dia hentikan gerakannya dan menyeringai. Setelah kentut dua kali dia berkata."Jangan kira aku tidak tahu akal busukmu! Kau minta aku menampar agar bisa memutus tali-tali jaring!""Buutt!" Si nenek kentut."Perlu apa menolongmu. Lebih baik aku mencari kibul ayam jantan. Tinggal enam belas ekor lagi! Aku akan segera sembuh! Hik... hik!" Si nenek songgengkan pantatnya ke arah Ruhsantini lalu kentut lagi dua kali berturut-turut. Setelah itu sekali berkelebat perempuan tua itupun lenyap. Ruhsantini memaki habis-habisan."Nenek otak miring! Mencari kibul ayam jantan katanya! Apa artinya kibul? Tua bangka tidak berbudi!" Ruhsantini kemudian periksa bagian jaring yang putus. Dia coba menarik-narik dan memasukkan kepalanya.
KSATRIA PENGEMBARA berlari cepat melewati deretan pepohonan dan semak belukar tinggi. Ruhcinta berada di sebelah depannya. Walau saat itu cahaya sang surya yang hendak tenggelam mulai redup namun karena Ruhcinta tak berapa jauh di depannya dengan mudah Bintang bisa mengikuti lari si gadis.Sebentar saja kedua orang itu telah masuk jauh ke dalam rimba belantara. Di satu tempat sosok Ruhcinta lenyap. Bintang hentikan larinya, memandang berkeliling."Ruhcinta! Dimana kau?!" Bintang memanggil. Suaranya bergema dalam rimba belantara yang mulai gelap itu. Tak ada jawaban. Bintang menunggu. Sesekali terdengar suara desir dedaunan yang saling gesek oleh tiupan angin."Ruhcinta?!" Bintang memanggil kembali. Setelah ditunggu tetap tak ada jawaban Bintang bersiap untuk mengerahkan Ilmu Mata Dewa yang didapatnya dari Dewa Kera. Ilmu yang sebelumnya hanya bisa digunakan untuk melihat segala sesuatunya dengan lebih jelas dan mampu melihat kelemahan jurus lawan, kini Bintang t
Dalam gelapnya malam, di atas pohon di pinggir kawasan rimba Alas Diam Salawasan, Jin Santet Laknat mendekam tak bergerak. Sepasang matanya yang tanpa alis terpejam. Paruh burungnya bergerak-gerak. Saat itu pikirannya sedang kacau. Hatinya terus menerus membatin."Betul apa yang diucapkan Junjungan. Ternyata pemuda itu memiliki wajah cakap serta perawakan gagah sempurna. Hai... Bersyukur aku masih bisa menahan diri hingga pukulanku tadi tidak sampai merenggut nyawanya. Hai, apakah hatiku telah tergoda? Junjungan, apakah aku benar harus mengikuti ucapanmu? Mengawini pemuda itu, menjadikannya sebagai suamiku? tapi bagaimana mungkin? Keadaan rupaku yang seperti ini tidak memberi jalan baginya untuk menyukai diriku. Apalagi dia sudah mengetahui kejahatan yang aku lakukan terhadapnya. Aku memang memiliki ilmu kesaktian bernama llmu Bersalin Wajah. Dengan ilmu itu aku bisa merubah diri setiap saat aku suka. Merubah wajah dengan wajah siapa saja yang aku suka. Tetapi hal itu tak bis
Dua kepala ular menyambar ubun-ubun Ksatria Pengembara. Bintang hantamkan dua tangannya ke atas. Satu memukul, satu lagi berusaha mencekal leher binatang itu. Celakanya, dua gerakan tangan Bintang itu tidak satupun menemui sasaran!"Tamat riwayatku!"Bintang masih berusaha menggerakkan kepalanya ke samping untuk menghindarkan patukan ular. Namun sia-sia saja! Sesaat lagi ubun-ubun di batok kepala Ksatria Pengembara akan jebol dihantam patukan dua kepala ular, tiba-tiba dari kegelapan melesat selarik sinar hitam. Laksana pedang sinar itu membabat pangkal leher ular kepala dua.”Crassss”Leher itu putus. Darah muncrat menyembur kepala dan pakaian Bintang. Tidak tunggu lebih lama Bintang segera betot tubuh ular yang melingkar menggulung dirinya lalu dibantingkannya ke sebuah batu di tepi telaga. Lalu dia memandang berkeliling. Dia tak melihat siapa-siapa."Orang pandai yang barusan menolongku!" Bintang berseru. "Harap sudi perlihatkan diri
AKU menaruh firasat hutan ini celaka! Kita bakal menghadapi bahaya tak terduga! Sudah satu malaman kita di dalam hutan! Kita seperti berputar-putar tak karuan. Bintang tak kunjung ditemukan!" Jawab Arya."Bayu, baiknya kita kembali saja ke lembah batu""Tidak bisa! Kita harus mencari Bintang sampai dapat. Aku juga punya firasat kalau dia itu sedang dihadang marabahaya!""Malam gelap, dingin. Di dalam rimba seram begini rupa! Aku....""Sebentar lagi bakal siang. Apa tidak kau lihat langit di sebelah timur sudah mulai terang?!""Arya! Lebih baik kau berteriak-teriak memanggil Bintang. Mungkin bisa menolong menemukannya lebih cepat!""Di dalam rimba belantara angker begini rupa aku tak berani berteriak. Salah-salah leherku bisa dicekik dedemit penghuni hutan!" Saking kesalnya Bayu menjawab."Kalau di sini memang ada dedemit bukan lehermu sebelah atas yang dicekiknya. Tapi lehermu sebelah bawah itu!""Dasar samba!! Jangan Kau