Sejak kecil, Selena tumbuh dengan bergelimang harta. Dia dicintai, dihormati, dan tidak pernah kekurangan uang. Dibandingkan wanita seusianya, pemikiran Selena terlampau sederhana ....Di mata Selena, Olivia hanyalah seorang bibi yang tidak berguna dan cuma bisa berlindung di balik nama besar Oscar. Selama ini Olivia mengandalkan kekayaan Oscar untuk bertahan hidup, ini adalah saatnya bagi Olivia untuk balas budi. Oleh karena itu, Selena sama sekali tidak curiga saat Olivia membawanya. Lagi pula semua berjalan seperti yang Selena harapkan ....Selena dibawa ke sebuah hotel berbintang lima. Olivia juga membelikan setumpuk pakaian cantik, riasan wajah yang mahal, dan perhiasan mewah.Setiap hari Selena menghabiskan waktunya dengan makan dan tidur. Setelah berbagai masalah yang menghantam, akhirnya Selena bisa kembali merasakan kehidupan yang nyaman.Namun kebahagiaan yang dirasakan Selena hanya berlangsung beberapa hari. Tiga hari kemudian, kehidupan Selena bagaikan berada di neraka....
Perbuatan Carlo akan menjadi berita yang menggemparkan. Liam bertindak sebagai "orang baik" dan melaporkan tindakan Carlo kepada Shad. Liam juga membocorkan bisnis ilegal yang dijalankan Olivia kepada media. Alhasil, Carlo dan Noah ikut terseret secara "tidak sengaja".Mempekerjakan maupun menyewa gadis di bawah umur adalah tindakan kriminal. Berita ini telah sampai ke telinga media, tidak akan mungkin ditutupi dari masyarakat.Kasus ini sontak menarik perhatian masyarakat dan netizen mengecam perbuatan kedua paman Liam. Keluarga Pranoto adalah keluarga terpandang, mereka memiliki koneksi di mana-mana. Namun kali ini tidak ada yang berani maju membantu Carlo dan Noah. Meskipun Keluarga Pranoto bersedia memberikan bayaran yang besar, tidak ada pengacara yang berani menangani kasus tersebut.Carlo dan Noah harus dihukum seberat-beratnya!Jauh di dalam lubuk hati Darius mulai mengagumi Liam setelah mendengar ceritanya. Meskipun cemburu, Darius harus mengakui sejauh ini Liam adalah satu-sa
Hesper lebih tinggi dan lebih berat daripada saat terakhir kali bertemu Liam.Liam menggendong Hesper dan meluapkan kerinduan yang telah dipendam selama ini."Papa!" Hesper memeluk leher Liam. Wajah mungilnya kelihatan sangat bahagia.Liam menggendong Hesper sambil bertanya, "Sudah lapar?"Hesper mengangguk, kedua matanya yang bulat tampak berbinar-binar. "Aku kangen masakan Papa."Liam telah berjanji kepada Hesper untuk memasak. "Oke."....Di hotel tidak ada dapur, makanya Liam mengikuti Hesper pulang ke rumah yang ditempatinya bersama Alena.Alena dan Sofia patungan untuk membeli apartemen yang memiliki 3 kamar ini. Lokasi apartemen sangat strategis, hanya berjarak beberapa ratus meter dari sekolah Hesper. Walaupun dikelilingi jalanan besar yang ramai, suasana rumah tidak ribut karena berada di lantai tinggi.Sesampainya di rumah, Hesper bersikap layaknya seorang tuan rumah. Dia mengambilkan sepasang sandal untuk Liam. "Papa, maaf, di rumah cuma ada ini ...."Karena khawatir Hesper
Langit-langit kamar yang berwarna biru tua tampak dipenuhi bintang, meteor, dan planet-planet luar angkasa."Mama yang menggambarnya," kata Hesper dengan bangga. "Mama sangat sibuk, tapi dia meluangkan waktu untuk mendekorasi kamarku."Liam menatap langit-langit kamar sambil membayangkan sosok Sofia yang kurus sedang memanjat tangga untuk menghias kamar Hesper. Kira-kira bagaimana perasaan Sofia pada saat itu? Dia pasti sangat bahagia."Mamamu menyukai bintang?" tanya Liam dengan suara teredam.Sofia memberikan Hesper nama yang bermakna bintang, dia juga meluangkan waktu untuk menghias kamar Hesper. Liam menebak, sepertinya Sofia menyukai bintang.Hesper mengerutkan alis sambil memutar bola matanya. "Hmm, aku nggak tahu.""Kenapa mamamu memberikanmu nama Hesper?" tanya Liam.Alena pernah menceritakannya sehingga Hesper dapat menjawab pertanyaan ini."Karena ...." Raut wajah Hesper terlihat percaya diri. "Di saat titik terendah hidup Mama, aku adalah satu-satunya cahaya di dalam hidupny
Liam pandai memasak, tetapi karena terlalu sibuk, dia jarang menyiapkan makanan sendiri.Liam membuka kancing lengan kemeja dan melipatnya hingga memperlihatkan separuh lengan yang kokoh. Kemudian Liam melepaskan jam tangan yang dikenakan dan meletakkannya ke atas meja.Alena sangat memperhatikan asupan makanan Hesper. Meskipun sangat sibuk, setiap hari Alena menyempatkan waktu untuk memasak.Liam menemukan berbagai macam bahan makanan di dalam kulkas. Ketika melihat Liam mengeluarkan sebongkah daging sapi dan udang, Hesper langsung protes. "Aku nggak mau makan daging sapi dan udang."Meskipun setiap hari memasak, kemampuan Alena hanya terbatas pada beberapa hidangan yang sederhana seperti steak, udang rebus, dan salad."Aku bosan makan daging sapi dan udang terus." Hesper melirik kecil ke arah bahan makanan yang dikeluarkan Liam.Hesper memahami kesibukan Alena, makanya dia tidak pernah protes meski setiap hari menyantap makanan yang sama. Namun hari ini berbeda, Liam jarang-jarang me
"Hesper, kenapa kamu nangis? Papa berjanji akan membantumu. Ceritakan sama papa." Liam terus berusaha membujuk Hesper.Sesaat mendengar kata papa, air mata Hesper mengalir makin deras hingga membasahi kemeja Liam. Liam mengusap punggung Hesper sambil mengusap air matanya."Kalau kamu tidak mau makan daging sapi dan udang, aku masakkan hidangan yang lain. Kamu jangan menangis lagi, ya?" Liam membujuk Hesper dengan sabar."Bukan ...," jawab Hesper sambil terisak-isak. "Aku ... aku ...."Hesper kesulitan berbicara karena napasnya tidak teratur."Lalu kenapa?" Liam sangat sabar, dia sama sekali tidak marah.Hesper menatap Liam dengan ragu. Liam tidak mendesak Hesper, dia menunggu sampai Hesper tenang.Setelah beberapa saat, Hesper baru menjawab, "Aku agak sedih.""Kenapa sedih?" tanya Liam.Suara Hesper sangat kecil. Untungnya Hesper berbicara di samping telinga sehingga Liam bisa mendengarnya."Kenapa kamu bukan papaku yang sebenarnya?" jawab Hesper sambil meneteskan air mata.Meskipun He
Liam menggoreng daging sapi yang telah dibumbui, lalu menyiapkan udang rebus dan olahan saus tomat. Setelah nasi matang, Liam menyajikan semua masakannya ke atas meja."Wah ...." Hesper menelan air liur saat mencium aroma kelezatan masakan Liam. "Papa, aku lapar! Makanannya kelihatan enak.""Papa duluan makan." Hesper adalah anak yang sopan, dia tidak mau mendahului Liam sebagai orang yang lebih tua.Liam tersenyum sambil mengambilkan sebongkah daging untuk Hesper. "Coba daging sapinya."Hesper mengambil sendok dan menyantap daging yang diberikan."Wah ...." Hesper mengacungkan dua jempol. "Enak banget. Ini masakan terenak yang pernah aku makan."Hati Liam terasa berbunga-bunga mendengar pujian Hesper. "Kalau kamu suka, Papa akan sering-sering memasak untukmu."Hesper langsung memeluk Liam dan mengecup pipinya. "Aku paling sayang Papa."Bibir Hesper berminyak, tetapi Liam tidak risih. "Lebih sayang siapa? Papa atau Mama?"Hesper menjawab dengan tenang, "Sama-sama sayang.""Anak pintar.
Alena pernah melihat foto Liam di ponsel Hesper. Sebelum mengundang Liam ke rumah, Hesper telah meminta izin kepada Alena. Oleh sebab itu Alena buru-buru menyelesaikan semua pekerjaan di kantor dan bergegas pulang."Pak Liam." Alena tersenyum santai sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Liam. "Salam kenal."Liam sempat terdiam selama beberapa detik, tapi akhirnya dia tetap mengulurkan tangan dan menjabat tangan Alena.Alena menyadari setiap gerak-gerik Liam. Sofia pernah menceritakan betapa cerewetnya Liam, dia tidak suka bersentuhan dengan orang lain.Alena sengaja mengajak Liam berjabat tangan untuk mengetes reaksinya. Alena mengira kalau Liam akan menolak, tetapi ternyata ....Alena tersenyum puas melihat respons Liam. Kemudian Alena melirik ke arah meja makan yang kosong dan bertanya, "Kata Hesper hari ini kamu mau memasak? Kalian belum makan?"Hesper menyela, "Sudah selesai makan. Masakan Papa enak banget, lebih enak daripada ... makanan di luar."Hesper hampir keceplosa
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa