Setelah makan malam terakhir bersama Evano dan Liam, Evano sudah tidak pernah menghubungi Sofia.Sofia merasa aneh. Setelah memeriksa kamar, dia baru tahu ternyata Evano sudah tidak menginap di hotel.Evano tidak inisiatif menghubungi Sofia, Sofia pun tidak menghubunginya untuk menanyakan perkembangan kasus penculikan Shelbi.Selama beberapa hari ini Sofia mengikuti perkembangan berita di internet, tetapi tidak ada pemberitaan mengenai penculikan. Mungkin Liam telah menyelamatkan Shelbi ........Pada sore hari Sofia harus menjemput tamu di bandara, tetapi rapat berlangsung lumayan panjang. Sofia terlambat 30 menit dari jadwal yang seharusnya.Sofia berjalan tergesa-gesa sambil mengirimkan pesan. Sesampainya lobi, dia hampir menabrak Darius yang berjalan menghampirinya.Darius mengenakan kemeja berwarna biru, dia kelihatan sangat rapi."Maaf, aku tidak melihat Anda." Sofia membungkukkan badan. "Anda baru kembali?"Darius mengangguk. "Tadi pagi aku pergi ke Grup Upeska, tapi hasil pemb
"Oh." Martin mengangguk.Emily mengganti topik pembicaraan. "Kak Sofia, kamu mau memintaku untuk mengerjakan rencana pemasaran hotelmu?"Sofia menggelengkan kepala. "Masalahnya agak rumit, nanti aku jelaskan pelan-pelan."Emily hanya mengangguk.Setelah sampai di hotel, Martin meminta kartu nama kepada Emily. "Siapa tahu suatu saat aku membutuhkan jasamu."....Sofia menggunakan uang pribadi untuk memesan kamar yang akan ditempati Emily. Sofia juga memesan berbagai hidangan lezat untuk menyambur Emily.Setelah kenyang, Emily bersadar di sofa sambil mengusap perutnya yang kekenyangan. "Kak, kenapa kamu memanggilku ke sini? Selama bisa bantu, aku pasti akan akan membantumu."Sofia tersenyum. "Ada berita luar biasa, kamu pasti tertarik."Setengah jam kemudian ....Emily membelalak sambil menganga. Dia terkejut mendengar cerita Sofia."Kamu ... kamu yakin mau aku memberitakan informasi ini?" Emily menatap Sofia dengan ragu. "Kak, pikirkan baik-baik! Berita ini bakal memengaruhi reputasimu.
"Bu Sofia, ada yang mencarimu ...." Ekspresi Colin terlihat aneh.Sofia baru kembali setelah mengunjungi beberapa tamu. Begitu pintu lift terbuka, Colin buru-buru menghampiri.Sepertinya ada tamu tak diundang yang datang. "Siapa yang mencariku?"Colin menjawab dengan tatapan jijik, "Artis yang lagi ramai dibicarakan, Kumala.""Bu ...." Colin penasaran. "Apakah kalian akrab?"Sofia tidak menjawab pertanyaan tersebut. "Ada apa dia mencariku?""Tidak tahu." Colin tersebut menggelengkan kepala. "Tapi ekspresinya kelihatan marah."Meskipun Kumala berbicara secara-secara baik-baik kepadanya, Colin bukan penggemar Kumala. Ditambah, kemarahan dan emosi Kumala terpancar jelas dari matanya.Sofia tidak terkejut, Kumala datang karena berita yang dirilis Emily.Semua orang di dunia hiburan mengetahui masa kelam Kumala, tetapi tidak yang tahu bahwa Kumala menyiksa anak kandungnya sendiri. Selain keluarga Nudara, tidak ada orang asing yang mengetahui aib tersebut.Saat ini Keluarga Nudara berharap K
"Tunggu karmamu!" bisik Kumala saat melewati Sofia.Sofia menyeringai sinis. "Bu Kumala, karmamu saja belum sampai, sepertinya punyaku masih lama."Kumala tersentak mendengar jawaban Sofia.....Setelah Kumala pergi, Colin bergegas masuk ke dalam ruangan untuk mengecek kondisi Sofia. "Bu, Anda baik-baik saja, 'kan?""Aku baik-baik saja." Sofia tersenyum sambil mengangguk. "Kalau lain kali Kumala datang, langsung usir dia."Colin mengangguk. "Baik."....Kumala kesal, dia tidak pernah merasakan kekalahan semacam ini. Kumala memencet tombol lift untuk melampiaskan kekesalan."Wanita jalang! Nggak ada bedanya sama pecundang itu. Seharusnya aku nggak pernah melahirkannya," Kumala memaki dengan suara rencah.Di saat bersamaan, pintu lift terbuka secara perlahan-lahan. Kumala beranjak masuk tanpa melihat kedepan, alhasil dia menabrak orang yang hendak keluar dari lift."Ah!" Kumala mengusap kepalanya sambil marah-marah, "Nggak punya mata, ya?""Kamu yang jalan nggak pakai mata," jawab orang
Ketika Sofia baru mulai bekerja, Colin berlari ke ruangan Sofia. "Bu, gawat! Kumala bertengkar di lift."Sofia tahu betapa kasar dan sombongnya Kumala. Sofia tidak ingin sikap Kumala merusak nama baik hotel.Sofia langsung bangkit berdiri dan buru-buru berjalan ke arah lift. Siapa sangka, dari kejauhan Sofia mendengar teriakan Kumala saat melontarkan kalimat tersebut.Sofia mematung di tempat, dia melihat jelas pria yang sedang bertengkar dengan Kumala.Selama ini Sofia selalu mengharapkan kemunculan ayahnya, tetapi dia tidak pernah membayangkan harus bertemu dengan cara semacam ini.Sofia dan Darius terbilang lumayan dekat, Sofia banyak menceritakan kehidupannya kepada Darius. Namun saat dihadapkan pada situasi ini, Sofia tidak berani menghampiri mereka.Darius, Martin, dan Kumala tidak menyadari keberadaan Sofia.Postur tubuh Martin tidak tinggi, tetapi kharismanya sangat mengintimidasi Kumala."Kumala." Darius mengangkat sudut bibirnya. "Kamu yang pantas mati!"Sikap Darius yang din
Sofia bertanya kepada diri sendiri, apakah dia sanggup menemui Darius.Sebenarnya Sofia tidak ingin menemui siapa pun, dia perlu menenangkan diri. Namun Darius adalah tamu VIP yang harus dilayani sebaik mungkin."Em, bawa masuk." Sofia mengangguk.Sofia menata mejanya dan pura-pura bekerja, dia bersikap seolah tidak terjadi apa pun.Pintu ruangan kembali terbuka, Darius dan Martin beranjak masuk ke depan Sofia.Sofia belum siap menghadapi Darius. Jantung Sofia berdebar kencang, sikapnya agak canggung dan gugup. Sofia sengaja mengalihkan pandangan untuk menghindari tatapan Darius."Pak Darius, ada apa?" Sofia tersenyum kaku.Darius mengamati ekspresi sofia yang aneh. "Urusanku sudah selesai. Besok aku harus pulang ke Negara Amor.""Hah?" Sofia panik. Dia baru bertemu dengan ayah kandungnya, apakah mereka harus berpisah secepat ini?Sofia tidak rela, tetapi dia tidak bisa menahan Darius. Apalagi Sofia tidak memiliki alasan untuk menahan ayahnya.Setelah mendengar pertengkaran Darius dan
Jawaban Sofia bagaikan mantra yang menyihir Darius hingga tak bisa berkata-kata. Perasaan Darius terasa campur aduk, ada rasa bersalah, bahagia, salah tingkah ....Darius berusaha menenangkan diri, dia tersenyum canggung sambil menatap Sofia dengan, "Kamu boleh menganggapku seperti ayahmu sendiri."Sofia benci dites seperti ini, padahal Darius tinggal memutuskan, mau mengakui putrinya atau tidak."Tidak perlu." Sofia mengalihkan pandangan sambil tersenyum kecil. "Tapi terima kasih untuk kebaikan Anda."Darius agak kecewa mendengar penolakan Sofia, tetapi dia tidak berani menunjukkan perhatiannya secara terang-terangan."Aku harus pergi." Darius mengangkat tangan kiri yang mengenakan jam tangan. "Aku masih ada rapat."Sofia berdeham, lalu bangkit berdiri sambil berkata, "Mari aku antar.""Tidak perlu." Sebelum pergi, Darius tak lupa berpesan, "Jangan lupa, nanti malam."Jantung Sofia berdebar kencang, dia tidak berani menghadapi Darius sendirian. Sofia takut tidak bisa menahan diri untu
Sofia membelakangi mobil tersebut. Sesaat mendengar suara mesin mobil dan membalikkan badan, semua sudah terlambat.Sekujur badan Sofia terasa nyeri dan lemas. Sekitar 30 detik kemudian, Sofia terjatuh dan pingsan.Sebelum sepenuhnya kehilangan kesadaran, samar-samar Sofia mendengar teriakan yang bergema di telinga. Sofia juga merasakan cairan panas yang mengalir ke pipinya.Ketika sadarkan diri, Sofia melihat sekelilingnya yang tampak gelap. Sofia tersentak, dia mengira kalau dirinya kehilangan indera penglihatan.Sofia mencium aroma khas rumah sakit yang menusuk. Saat hendak bergerak, Sofia merintih kesakitan, "Sst ....""Sofia, kamu sudah sadar?" Terdengar suara yang bahagia sekaligus khawatir.Meskipun kondisi ruangan gelap, Sofia mengenali suara tersebut. "Pak Darius?""Plak." Darius menyalakan lampu ruangan. Cahaya putih pun menerangi ruangan.Sofia menghela napas lega, ternyata dia tidak buta. Namun Sofia kaget saat melihat balutan luka yang ada di kaki, tangan, dan leher. Seper
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa