Sebenarnya tidak bertemu dengan kedua orang tua Liam bukanlah masalah yang penting bagi Sofia. Bagaimanapun, pernikahan ini hanyalah sebuah sandiwara.Suatu saat nanti, Liam dan Sofia tetap akan bercerai. Hanya saja, entah kenapa Sofia ketakutan mendengar ancaman Liam.Sofia memejamkan mata dan memutuskan untuk menyusul Liam. "Iya, aku ke sana."....Liam mengirimkan alamat rumahnya kepada Sofia.Saat Sofia menyebutkan alamatnya, sopir taksi memperhatikan Sofia dengan tatapan aneh.Kedua orang tua Liam tinggal di perumahan mewah yang terletak di pusat kota.Sesampainya di depan komplek, taksi dilarang masuk sehingga Sofia harus berjalan kaki. Sofia mencari satu per satu nomor rumah tertera, untungnya rumah Keluarga Hutomo tidak terlalu jauh dari gerbang komplek.Sofia berdiri di depan pintu dan memencet bel yang menempel di samping apgar. Tak berapa lama, seseorang bertanya dari saluran bel, "Siapa?"Suara tersebut terdengar asing. Sofia menyebutkan namanya, "Halo, aku Sofia.""Oh, oh.
"Bu ...." Sofia tersenyum sambil menyapa ibu Liam, Lorin Sinaf."Hmm ...." Lorin membalas senyuman Sofia.Saat Sofia beranjak ke sampingnya, Lorin memperhatikan Sofia dan bertanya dengan perhatian, "Kata Liam kamu sakit? Sudah baikan?"Sofia mengangguk. "Sudah baikan, terima kasih."Lorin memelototi Sofia dan menasihatinya. "Ngapain berterima kasih? Kita adalah satu keluarga, sudah semestinya saling memperhatikan."Sofia tersentak, dia tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan Kumala, ibu kandung Sofia sendiri tidak pernah melakukan hal yang "semestinya" dilakukan.Di sofa yang berada di samping, tampak seorang wanita angkuh yang berkata, "Kak Lorin, akhirnya keinginanmu terwujud. Akhirnya Liam memberikanmu menantu yang kamu harapkan."Wanita itu adalah Evira, ibu Kenta dan Keenan."Iya." Lorin tertawa kecil sembari memperhatikan wajah Sofia. "Sofia, kamu lapar? Ayo, kita makan."Sofia terharu melihat kehangatan yang diberikan Lorin. Namun melihat para anggota keluarga lain, Sofia langsung
Hampir semua orang pernah mendengar nama Kumala.Seluruh anggota Keluarga Hutomo tidak terkejut mendengar jawaban Sofia. Sebaliknya, ekspresi kedua orang tua Liam sontak berubah. Kedua saudara Eliot pun memalingkan wajah sambil berusaha menahan tawa, sedangkan istri mereka malah menundukkan kepala dan cekikikan.Sofia bingung melihat reaksi mereka, apa dia salah bicara?"Wah, kebetulan." Suara Kenta memecah keheningan. Dia tersenyum misterius dan melirik ke arah Liam. "Dulu Liam ...."Eliot memotong ucapan Kenta. "Kenta!"Sesaat mendengar suara Eliot yang mengerikan, Kenta langsung menutup mulutnya."Sofia, kamu kurus banget, makanlah yang banyak." Lorin mengubah topik pembicaraan.Lorin menaruh banyak makanan ke piring Sofia. Sofia curiga, jangan-jangan Lorin sengaja menyuruh Sofia makan agar tidak banyak berbicara.Insiden ini menyebabkan suasana makan terasa canggung, tidak ada seorang pun yang berani bersuara.Setelah makan, sekelompok orang kembali ke ruang tamu. Sofia duduk ke te
Sofia tidak mengambil buah-buah yang disajikan.....Waktu telah menunjukkan pukul 8.30, kedua saudara Eliot pamit dan pulang.Setelah mengantarkan para tamu, Eliot memanggil Liam ke ruangannya. "Ikut aku."Nada bicara Eliot terdengar agak ketus.Lorin mengajak Sofia ke atas, lalu membuka pintu kamar dan memperkenalkan, "Ini kamarnya Liam."Dekorasi kamar ini berbeda dengan apartemen Liam yang berada di Kota Haita. Ruangan ini didekorasi dengan menggunakan ornamen yang hangat, tampaknya bukan Liam yang mendekorasi kamar ini."Liam menempati kamar ini sampai kuliah. Begitu kuliah, dia jadi jarang pulang." Ekspresi Lorin tampak sedih saat bercerita. "Kamu tahu sendiri betapa cerewetnya Liam soal kebersihan. Dia tidak mengizinkan siapa pun untuk menyentuh barang-barang di dalam kamar ini. selama ini aku yang membersihkan kamarnya.""Kamu pasti kesulitan beradaptasi dengan Liam." Lorin menatap Sofia dengan penuh kasih sayang."Hmm, tidak juga." Sofia tersenyum.Liam dan Sofia tidak menempa
Kemarahan Sofia berangsur reda.Sofia telah memikirkan semuanya secara rasional. Dia hanyalah istri sewaan yang bertugas membantu Liam untuk mengatasi desakan kedua orang tuanya. Kalaupun Liam dan Fiane memang memiliki hubungan khusus, Sofia tidak punya hak untuk marah.Sejujurnya Lorin kasihan melihat Sofia. "Sofia, Liam adalah anak yang suka memendam perasaan. Sikapnya memang gampang membuat orang lain salah paham. Tolong bersabar dan pahami dia, ya! Kalau dia pernah membuatmu marah, Ibu mewakilinya meminta maaf kepadamu."Sofia berusaha menunjukkan senyuman santai. "Liam tidak pernah membuatku marah, aku tahu karakternya.""Baguslah." Lorin menepuk telapak tangan Sofia. "Liam beruntung memiliki istri sebaik dirimu."....Tak berapa lama, Liam keluar dari ruang kerja dan kembali ke kamarnya. Dia terkejut saat melihat Lorin dan Sofia yang berada di dalam kamar."Kalian ngapain?" Liam bertanya dengan ketus."Aku hanya membawa Sofia melihat-lihat," jawab Lorin.Liam mengamati seisi kama
Sofia kaget dan berteriak, "Ah!"Liam tidak memberikan Sofia kesempatan untuk melawan. Dia menjatuhkan Sofia ke atas tempat tidur dan menindihnya."Liam, kamu ...." Sofia berusaha memberontak, tetapi Liam menutup mulutnya dengan ciuman.Sofia merasa jijik, dia mendorong Liam sambil menggelengkan kepala untuk menghindari ciumannya.Liam kesal melihat Sofia yang memberontak. Akhirnya Liam menarik kedua tangan Sofia ke atas kepala, lalu menahannya dan lanjut mengecup bibir Sofia.Kedua kaki Sofia juga dijepit hingga tak bisa bergerak. Sekarang Sofia hanya bisa menangis putus asa.Air mata Sofia mengalir membasahi pipi hingga jatuh ke bibir. Sesaat merasakan tetesan air mata yang jatuh, Liam mengangkat kepalanya dan menatap Sofia dengan heran."Kenapa kamu nangis?"Sofia menatap Liam dengan mata berkaca-kaca, dia menjawab sambil terisak, "Liam, kamu anggap apa aku? P*lacur yang bisa kamu mainkan sesuka hati?"Hati Liam terasa pedih saat mendengar ucapan Sofia. Dia ingin memeluk dan memberi
Sofia terlelap hingga keesokan pagi.....Tak lama setelah Sofia bangun, seseorang membuka pintu kamar dan masuk.Sofia memalingkan wajah, dia tidak sudi melihat wajah Liam.Hari ini Liam masih mengenakan pakaian kasual, sama seperti kemarin. Meskipun modelnya sama, setiap hari Liam selalu mengganti pakaiannya.Liam masuk sambil menenteng sebuah kantong yang berisi pakaian dan meletakkannya di samping tempat tidur."Bajumu." Nada bicara Liam terdengar datar, tampaknya dia tidak menyesali perbuatannya."Oh," Sofia juga menjawab dengan singkat.Liam mengepalkan kedua tangannya yang berada di balik saku, tetapi mulutnya justru melontarkan kata-kata yang dingin. "Cepat bangun dan makan. Nanti siang ke rumah Paman.""Oke."Liam mengerutkan bibir dan pergi meninggalkan kamar.Sofia mengganti pakaiannya sembari menahan sakit. Sesampainya di bawah, Sofia melihat televisi yang menyala, tetapi tak ada seorang pun yang menontonnya.Dari arah ruang makan, Sofia mendengar Lorin bertanya, "Sofia bel
Eliot dan Liam tidak berbicara. Selama makan, Sofia hanya mendengar suara Lorin."Oh iya, apakah Liam sudah memberitahumu? Hari ini kita mau berkunjung ke rumah Paman," kata Lorin."Sudah.""Apakah kamu masih tidak enak badan? Kalau capek, kamu dan Liam di rumah saja, tidak perlu ikut."Tinggal bersama Liam adalah hal yang paling menakutkan. Walaupun enggan berkunjung ke rumah Carlo, itu lebih baik daripada berduaan bersama Liam."Aku tidak apa-apa. Ibu tidak perlu cemas," jawab Sofia.....Rumah Carlo tidak jauh, hanya berjarak 10 menit dari rumah Kediaman Hutomo.Ketiga keluarga kembali berkumpul. Eliot memiliki dua orang saudara, yaitu Carlo dan Noah.Lorin tengah asyik mengobrol bersama kedua iparnya, Evira dan Tamara. Tiba-tiba, mereka berpikir untuk bermain catur."Masih kurang satu orang. Fiane atau Sofia yang mau main?" tanya Tamara."Sofia saja." Fiane inisiatif mengalah. "Aku mau menyiapkan makan malam."Sesaat mendengar jawaban Fiane, Tamara mengangkat jempol dan memujinya.
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa