Sejak Deven terluka oleh pecahan porselen di rumah Keluarga Scott, dia tidak pernah muncul lagi di hadapan Kyra.Kyra malah merasa lebih tenang dan bebas tanpa kehadirannya. Dia sibuk berkomunikasi dengan Johan untuk memantau perkembangan kasus mereka dan mencari bukti.Johan memberi tahu Kyra bahwa pengadilan sudah mengirimkan surat panggilan ke Grup Scott. Entah dari mana bocorannya, seorang jurnalis hiburan melaporkan bahwa Deven terlibat dalam masalah hukum dan mungkin terkait dengan tuduhan pembunuhan berencana.Dalam waktu singkat, rumor tersebut menyebar luas di internet. Grup Scott mengalami penurunan harga saham karena reputasi Deven yang tercemar.Anehnya, tim hukum Grup Scott tidak mengirim surat peringatan hukum dan juga tidak mengambil tindakan terhadap para penyebar rumor. Mereka malah membiarkan situasinya makin memburuk.Pada malam sebelum sidang, Kyra mengajak Johan makan malam sebagai tanda terima kasih karena telah membantunya.Setelah itu, Johan mengantar Kyra pulan
"Besok saat sidang dimulai, segalanya nggak akan bisa diubah lagi. Apa kamu pernah berpikir bahwa kamu dan Deven mungkin nggak akan pernah bisa kembali seperti dulu? Luka ini akan selalu ada di antara kalian," jelas Johan dengan nada serius.Kyra menghela napas dalam-dalam seraya mengepalkan tangannya erat-erat. Tidak bisa kembali seperti dulu? Sebenarnya, mereka memang sudah tidak bisa kembali sejak lama.Sejak Kyra didiagnosis dengan kanker stadium akhir. Sejak ayahnya mengalami kecelakaan, lalu Deven mengejek ibunya lewat telepon dengan sinis.Sejak ayahnya meninggal dan ibunya menyusul dalam perjalanan menuju pemakaman. Sejak Deven mulai bersikap munafik dan berselingkuh dengan wanita lain.Hubungan mereka sudah hancur sejak lama. Dari pasangan yang saling mencintai dan berjanji setia seumur hidup, mereka telah berubah menjadi musuh yang saling membenci.Kyra tidak ingin mengembalikan hubungan mereka ke masa lalu. Jika kembali, pengorbanan dirinya sebagai anak tidak ada artinya dan
"Aku tertawa karena karma akan segera menimpamu," jawab Kyra yang tersenyum sinis. Senyum di sudut bibirnya penuh ejekan, provokasi, dan kepuasan.Deven melihat matanya yang berbinar-binar. Sejak Nelson mengalami kecelakaan, dia belum pernah melihat Kyra sebahagia ini. Melihat dirinya dalam kesulitan, apakah itu membuatnya begitu senang?Deven yang memegang gelas anggur, melangkah pelan mendekati Kyra. Kemudian, dia bertanya, "Sidang besok bisa bikin aku kena karma?"Nada bicara Deven penuh canda, ejekan, dan seolah tidak peduli. Dia terlihat tenang tanpa sedikit pun rasa takut.Kyra menjelaskan, "Deven, hukum mungkin lambat tapi pasti. Kamu nggak akan bisa lari.""Kita lihat saja nanti," balas Deven. Melihat rambut Kyra yang berantakan, dia tanpa sadar mengulurkan tangan untuk merapikannya.Kyra menghindar dengan jijik seraya memarahi, "Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu.""Kamu dan Kak Johan sudah bekerja keras belakangan ini. Aku penasaran apa yang bisa kalian lakukan besok
Demi memberikan rasa aman padanya, Kyra berhenti berdandan dan jarang merias diri. Namun, hari ini berbeda. Ini adalah hari di mana dia akan menghadapi Deven di pengadilan. Dia ingin tampil sebaik mungkin.Kyra melakukan perawatan kulit, memakai alas bedak, menggambar alis, dan mengoleskan lipstik. Saat melihat dirinya di cermin, Kyra yang biasanya terlihat lemah dan tak bersemangat, kini terlihat lebih segar dan seperti orang biasa. Setelah itu, dia baru merasa lega.Pukul 10 pagi kurang 20 menit, Johan mengirim pesan. Dia memberi tahu bahwa mobilnya sudah menunggu di bawah apartemen.Kyra membalas pesan tersebut, lalu memasukkan sebotol obat pereda nyeri dan termos berisi air panas ke dalam ranselnya. Setelah itu, dia mengganti sepatu dengan sepatu olahraga.Kyra melihat foto ayahnya yang terletak di atas meja, lalu mengangkatnya dan menyentuh wajah ayahnya yang penuh kasih sayang.Kyra berujar, "Ayah, sekarang aku akan membela hakmu. Doakan agar semuanya berjalan lancar."Ketika mel
"Terima kasih." Kyra mengira orang itu adalah Johan. Setelah mengucapkan terima kasih, dia pun turun dari kursi penumpang. Saat mendongak, dia baru melihat Deven mengenakan mantel dan kacamata hitam sedang membantunya menutup pintu mobil dengan tanpa ekspresi.Saat melihat Deven, ekspresi Kyra sontak menjadi muram.Deven berdiri di hadapannya, sedangkan para wartawan mengerumuninya sambil berbicara tanpa henti."Mohon minggir," ucap Kyra dengan nada kesal.Para awak media terus memotret Kyra dan Deven karena merasa ini adalah berita besar. Presdir Grup Scott dan istrinya saling menyerang dengan penuh drama di depan pengadilan.Deven awalnya berniat mengawal Kyra masuk ke pengadilan karena media yang terlalu banyak dan agresif. Selain itu, para wartawan bahkan tidak memberikan celah sama sekali. Namun, tampaknya Kyra sama sekali tidak menghargai niat baiknya.Deven merasakan tenggorokannya terasa kering, sedangkan langkah kakinya terasa berat seolah-olah tidak bisa digerakkan. Kyra yang
Padahal mereka ini pasangan suami-istri yang sah, tetapi Deven malah merasa kematian Kyra terlalu lambat. Hati Kyra dipenuhi rasa perih yang tak tertahankan, gejolak rasa sakit menghantam tubuhnya.Alex berjalan mendekati Deven, lalu melirik ke arah pintu dan melihat Kyra yang berdiri di sana. Kyra mengepalkan tangannya erat-erat lalu melepaskannya. Alex yang terkejut langsung memanggilnya, "Bu Kyra ...."Begitu mendengar panggilan Alex, Deven tersadar dari lamunannya dan buru-buru mendorong Irish menjauh. Dia juga tidak menyangka Irish akan berada di sana. Pelukan yang mendadak itu membuatnya terkejut dan bingung.Ketika Deven berbalik, dia melihat Kyra berjalan masuk dengan tenang. Dia kemudian duduk di kursi penggugat. Deven merasa bahwa Kyra pasti telah salah paham. Dia yakin Kyra melihat sesuatu yang membuatnya berpikiran lain."Kyra ...," panggil Deven.Kyra mendongak, melihat Irish yang kembali menggandeng lengan Deven. "Deven, aku tahu kamu sidang hari ini, jadi aku datang untu
Johan menceletuk, "Ternyata cuma vitamin ya, kukira kamu sakit."Bulu mata Kyra bergetar sejenak. Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, wajah Deven telah berubah menjadi muram. Dia tidak tahan mendengar kata-kata yang menyiratkan bahwa kondisi kesehatan Kyra bermasalah. Dengan tatapan tajam, dia menegur Johan yang duduk di kursi penggugat. "Siapa pun bisa punya masalah kesehatan, kecuali dia."Dalam pandangan Deven, Kyra adalah orang yang paling memperhatikan kesehatannya. Sejak kecil, Kyra sangat dimanjakan dan selalu menjaga dirinya dengan baik. Bahkan saat sedang hamil sekarang, Kyra juga tidak pernah melewatkan satu pun pemeriksaan kehamilan.Jadi, mana mungkin tubuhnya bermasalah? Oleh karena itu, Deven merasa kesal mendengar Johan membicarakan hal itu. Johan hanya tersenyum, lalu tidak mengatakan apa pun lagi.Irish tak kuasa menimpali, "Deven, Pak Johan cuma sekadar ngomong. Cuma perumpamaan, kok. Nggak usah dianggap serius.""Perumpamaan juga nggak boleh." Deven menoleh, lalu
"Pegangan yang erat, akan kutarik kamu!"Di dalam rekaman, muncul Kyra dan ibunya. Kyra sedang memegang kue kesukaan Nelson yang masih hangat."Deven, kamu ngapain!" teriak Nelson kepada Deven di balkon. Di dalam rekaman, Deven melihat ke arah Kyra. Terlihat jelas dalam rekaman itu bahwa Nelson tiba-tiba melepaskan pergelangan Deven saat itu juga.Brak! Terdengar suara benturan yang keras.Nelson terjatuh dari balkon dan mendarat di hadapan Kyra dan ibunya. Kue di tangan Kyra juga langsung terjatuh di tanah. Darah segar memercik ke wajah Kyra dan sepatu bot putih milik Mia.Rekaman itu tiba-tiba terhenti. Suasana di pengadilan menjadi hening dan khusyuk. Deven menoleh ke arah Kyra di kursi pengugat. Kyra tampak tercengang saat ini.Deven berkata pada Kyra, "Kalau kebenarannya masih belum cukup jelas, aku bisa berikan rekaman video ini untuk membuktikan bahwa aku nggak bersalah. Kamu juga sudah tahu kejadian selanjutnya, 'kan? Seharusnya nggak butuh lagi.""Rekaman video ini memang bisa
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K