Deven benar-benar kesal dengan sikap Kyra yang tidak acuh begini. Saking kesalnya, dia sampai tertawa. Deven menatap Kyra untuk waktu yang sangat lama. Kemudian, Deven menyeringai sinis dan berkata, "Kyra, kamu memang hebat. Apa kamu rasa aku pantas mati untuk menebus kematian Nelson? Dia dan ibumu sama-sama jahat. Kematian adalah karma mereka."Kyra murka hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Dia membentak, "Deven, karmamu akan segera datang! Kamu nggak akan bisa bertahan lama!"Deven berbalik, lalu mengambil jasnya di sofa dan memakainya. Kemudian, dia mengirim pesan kepada Alex, menyuruh Alex menjemputnya di vila. Deven sempat minum-minum tadi sehingga tidak boleh menyetir.Namun, Deven harus segera ke rumah sakit karena punggung dan tangannya terluka. Pada saat yang sama, Deven mengirim pesan kepada Okto. Menyuruh Okto menunggunya di rumah sakit.Setelah semuanya beres, Deven menyimpan ponselnya di saku. Sebelum pergi, dia menatap Kyra dan berujar, "Mari kita lihat, gimana kamu akan
"Baik, Pak." Okto mengangguk dengan sopan. Setelah menginstruksikan beberapa hal yang harus diperhatikan dan jadwal ganti obat, Okto pun pergi.Deven teringat pada sesuatu. Dia bertanya kepada Alex, "Dari perusahaan mana orang yang makan bersamaku hari ini?""Dia dari Grup Prosper," jawab Alex. Meskipun demikian, perusahaan ini sangat kecil. Mereka hanya punya puluhan karyawan.Mengejutkannya, proposal yang mereka berikan sangat profesional. Mereka juga bersedia mengalah sedikit sehingga Grup Scott bisa untung lebih banyak.Deven adalah pebisnis yang mementingkan keuntungan. Itu sebabnya, dia bersedia bekerja sama dengan mereka. Setelah bekerja sama untuk jangka waktu yang panjang, mereka bisa menjadi rekan lama.Namun, manajer hari ini benar-benar bodoh. Dia mengira Johan dan Kyra adalah pasangan, bahkan mengejek penampilan Kyra yang terlalu polos. Sungguh tidak tahu diri."Akhiri kerja sama dengan perusahaan ini," perintah Deven."Kalau dia tanya, apa yang harus kujawab?" Alex cukup
Kyra menunggu balasan Johan sejak tadi, tetapi tidak ada balasan apa pun. Dia khawatir akan melewatkan panggilan dari Johan, jadi tidak bisa tidur nyenyak.Kyra menyaksikan langit yang gelap perlahan-lahan menjadi terang. Matahari berangsur terik. Salju terus turun setelah tahun baru. Ini pertama kalinya cuaca seterik ini. Apakah kehidupannya juga bisa membaik seperti cuaca ini?Kyra sangat mencemaskan kesehatannya. Dokter penanggung jawabnya memberitahunya bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. Selain itu, entah bagaimana kondisi anak di kandungannya sekarang.Kyra menaiki taksi ke rumah sakit. Di perjalanan, dia mendapat panggilan dari johan. "Kyra, maaf, semalam aku pulang kemalaman. Aku sulit untuk menjelaskannya dari pesan WhatsApp, jadi berniat meneleponmu.""Tapi, aku takut mengganggu tidurmu semalam. Makanya, aku baru meneleponmu hari ini. Aku nggak mengganggumu, 'kan?" tanya Johan dengan lembut.Kyra menggenggam ponselnya dan merasa gugup. Apakah Johan akan menolaknya? Bagaiman
Sekalipun ada keajaiban di dunia ini, itu tidak mungkin terjadi pada Kyra. Jika tidak, mana mungkin Kyra yang telah berusaha mati-matian untuk mempertahankan hubungannya dengan Deven, malah kehilangan orang tuanya seperti ini. Jika ada keajaiban, mana mungkin dia mengidap kanker hati stadium akhir?Kyra menggeleng dan menyahut, "Langsung ke intinya saja.""Sebelumnya aku juga nggak percaya pada keajaiban, tapi sekarang keajaiban itu terjadi padamu," ujar dokter."Apa maksudmu?" tanya Kyra."Umumnya, kamu nggak mungkin bisa bertahan sampai sekarang. Makanya, aku sangat terkejut waktu melihatmu tadi. Setelah melihat hasil rontgen, ternyata kondisimu membaik. Sel kanker berhenti menyebar. Apa ini kalau bukan keajaiban?" tanya dokter sambil tersenyum."Biasanya, pasien kanker stadium akhir akan sangat kesakitan. Mereka akan menderita asites parah, bahkan nggak bisa turun dari ranjang. Mereka hanya bisa menunggu kematian. Tapi, Bu, hal seperti ini nggak terjadi padamu," lanjut dokter."Kamu
"Kalau begitu, beri tahu aku apa kesalahan yang telah kamu buat." ujar Deven sambil tersenyum tipis dan menggeser kakinya.Manda menangis hingga riasannya luntur. Dia menyahut, "Aku nggak seharusnya memiliki niat lain padamu ....""Selain itu?" tanya Deven sambil memicingkan mata dan menatapnya dengan sinis.Manda tidak bisa terpikir akan kesalahan lain lagi. Ekspresinya tampak serbasalah.Deven terkekeh-kekeh dan berujar, "Kamu telah menyinggung orang yang salah.""Maksudnya?" Manda tidak merasa dirinya telah menyinggung orang lain selain Deven.Deven terkekeh-kekeh dan menimpali, "Yang makan dengan Pak Johan kemarin adalah istriku."Manda sontak tercengang. Dia terduduk dengan lemas dan melongo. Dia tidak menyangka wanita yang berpenampilan polos itu adalah istri Deven. Dia bahkan mengejeknya dan Johan!"Minta maaf padanya. Kalau dia membantumu, aku baru akan memaafkanmu," ujar Deven. Kemudian, dia menyuruh Alex mempersilakan wanita itu keluar. Dia juga menyuruh Alex membocorkan info
Saat mendengar perkataan itu, Manda yang berdiri di belakang Kyra menggertakkan gigi. Namun karena Deven sudah bersuara, dia harus berhasil menenangkan Kyra.Jika tidak, Manda akan benar-benar dipecat. Itulah sebabnya dia rela mengeluarkan 600 juta untuk membeli dua tas ini. Manda merasa sangat sakit hati ketika membelinya.Tak disangka, istri Deven begitu sulit untuk disanjung. Manda merasa tidak puas, tetapi dia juga tidak ingin kariernya hancur bahkan harus menanggung kerugian ratusan miliar.Manda pun berusaha memaksakan senyum dan mendekati Kyra, lalu berbicara dengan nada lembut, "Bu Kyra, kamu benar. Aku memang nggak pantas bikin kamu marah. Jadi, apa kamu sudah nggak marah lagi? Bisakah kita anggap masalah ini selesai?"Kyra tidak menjawab. Manda memohon dengan nada sedih, "Bisakah kamu membantuku dengan berbicara baik-baik kepada Pak Deven? Semua kerja sama perusahaan kami sudah dibatalkan. Bu Kyra, kamu adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkanku sekarang."Mendengar itu, b
Sejak Deven terluka oleh pecahan porselen di rumah Keluarga Scott, dia tidak pernah muncul lagi di hadapan Kyra.Kyra malah merasa lebih tenang dan bebas tanpa kehadirannya. Dia sibuk berkomunikasi dengan Johan untuk memantau perkembangan kasus mereka dan mencari bukti.Johan memberi tahu Kyra bahwa pengadilan sudah mengirimkan surat panggilan ke Grup Scott. Entah dari mana bocorannya, seorang jurnalis hiburan melaporkan bahwa Deven terlibat dalam masalah hukum dan mungkin terkait dengan tuduhan pembunuhan berencana.Dalam waktu singkat, rumor tersebut menyebar luas di internet. Grup Scott mengalami penurunan harga saham karena reputasi Deven yang tercemar.Anehnya, tim hukum Grup Scott tidak mengirim surat peringatan hukum dan juga tidak mengambil tindakan terhadap para penyebar rumor. Mereka malah membiarkan situasinya makin memburuk.Pada malam sebelum sidang, Kyra mengajak Johan makan malam sebagai tanda terima kasih karena telah membantunya.Setelah itu, Johan mengantar Kyra pulan
"Besok saat sidang dimulai, segalanya nggak akan bisa diubah lagi. Apa kamu pernah berpikir bahwa kamu dan Deven mungkin nggak akan pernah bisa kembali seperti dulu? Luka ini akan selalu ada di antara kalian," jelas Johan dengan nada serius.Kyra menghela napas dalam-dalam seraya mengepalkan tangannya erat-erat. Tidak bisa kembali seperti dulu? Sebenarnya, mereka memang sudah tidak bisa kembali sejak lama.Sejak Kyra didiagnosis dengan kanker stadium akhir. Sejak ayahnya mengalami kecelakaan, lalu Deven mengejek ibunya lewat telepon dengan sinis.Sejak ayahnya meninggal dan ibunya menyusul dalam perjalanan menuju pemakaman. Sejak Deven mulai bersikap munafik dan berselingkuh dengan wanita lain.Hubungan mereka sudah hancur sejak lama. Dari pasangan yang saling mencintai dan berjanji setia seumur hidup, mereka telah berubah menjadi musuh yang saling membenci.Kyra tidak ingin mengembalikan hubungan mereka ke masa lalu. Jika kembali, pengorbanan dirinya sebagai anak tidak ada artinya dan
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K