Ekspresi Okto tampak rumit. Dia menatap Kyra dengan kasihan sambil membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus bagaimana merespons."Kenapa kamu melihatku begitu? Cepat jawab aku. Apa operasi ayahku berhasil?" tanya Kyra yang merasakan firasat buruk. Ekspresinya menjadi makin panik, bahkan nada bicaranya terdengar mendesak.Okto memperingatkan, "Bu, aku harap kamu punya persiapan mental dan kuat setelah mendengarnya."Kyra menarik napas dalam-dalam. Jantungnya berdetak dengan makin kencang. Dengan perasaan gelisah, dia menyahut, "Ya.""Pak Nelson, dia ...," ujar Okto."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kyra lagi.Okto berkata, "Pak Nelson gagal diselamatkan. Dia meninggal di meja operasi."Perkataan ini bagaikan petir yang menyambar kepala Kyra. Kyra seketika merasa pusing. Dia menjulurkan tangan untuk memegang dinding yang dingin."Meninggal ...," gumam Kyra.Okto mengira Kyra tidak percaya, jadi menjelaskan, "Pak Nelson jatuh dari balkon dan kepalanya terbentur duluan. Ketika kami t
Tangan Nelson sudah sangat dingin. Itu artinya, dia sudah meninggal sejak tadi.Kyra merasa sangat sedih, tetapi dia tidak bisa menangis. Harus diketahui bahwa manusia umumnya selalu terlihat tenang saat merasakan kesedihan mendalam.Mereka tidak akan berteriak ataupun meneteskan air mata dan hanya berdiri diam di tempat seolah-olah sekujur tubuhnya mati rasa. Selain itu, hati mereka akan terasa sangat hampa seolah-olah tidak ada lagi yang penting baginya di dunia ini."Bu, aku turut berduka," ucap Okto sambil menatap Kyra dengan cemas.Kyra bergumam, "Aku baik-baik saja."Kyra telah melewati banyak rintangan dalam hidupnya. Dia pasti bisa melewati masa sulit ini. Hatinya sudah sekuat batu.Ting tong. Tiba-tiba ponsel Kyra berdering memecah kesunyian. Kyra tidak bergerak, tetapi ponselnya terus berdering. Okto pun memberitahunya bahwa ada orang yang mencarinya.Saat ini, Kyra baru tersadar dan mengeluarkan ponselnya dari jaket. Tatapannya tampak hampa. Tanpa melihat nama penelepon, dia
Saat ini, Deven sedang bekerja di Grup Scott. Di atas meja, terlihat beberapa dokumen yang menunggunya untuk ditandatangani.Deven memakai kemeja putih, rompi hitam, dan dasi hitam. Dia bersandar dengan culas di kursi kerjanya.Hari ini adalah malam tahun baru. Seluruh keluarga akan berkumpul untuk merayakannya. Tahun lalu, Deven merayakannya bersama Kyra, Nelson, dan Mia.Setelah diusir oleh Kyra dari rumah sakit, Deven langsung datang ke Grup Scott. Orang lain akan mencari hiburan saat suasana hati mereka sedang buruk, tetapi Deven tidak demikian.Ketika suasana hatinya sedang buruk, Deven akan menyibukkan dirinya sebisa mungkin. Dia akan menggunakan kesibukannya untuk mengalihkan perhatian.Ketika baru berselisih dengan Kyra dan pindah dari vila Keluarga Scott, seluruh benak Deven dipenuhi oleh sosok wanita itu. Setiap kali mengingatnya, Deven akan kesulitan untuk membenci Kyra dan membalas dendam. Itu sebabnya, dia memilih untuk menjauh.Pekerjaan yang membosankan dan berintensitas
Nelson sengaja menunjukkan semua ini kepada Deven. Apakah maksud Nelson adalah ingin membayar Deven dengan nyawanya, lalu Deven harus melepaskan Kyra dan Mia? Sepertinya, pria tua ini benar menyayangi Kyra. Namun, bagaimana Nelson bisa begitu yakin Deven akan melupakan dendamnya?Deven mengeluarkan sebatang rokok, lalu meletakkannya di mulutnya dan menyalakannya dengan pemantik. Asap perlahan-lahan mengepul, membuat wajah Deven terlihat agak suram.Deven mengisap rokoknya dalam-dalam. Rasanya pahit. Kemudian, dia mengembuskannya dengan perlahan.Deven teringat pada segala pengorbanan Kyra untuk Nelson. Wanita itu berlutut di depan Grup Scott saat salju turun lebat. Demi membayar biaya pengobatan Nelson, Kyra bahkan menandatangani kontrak dengan Deven dan menjadi petugas kebersihan di Grup Scott.Deven bahkan menghinanya tanpa henti. Demi Nelson, Kyra berkali-kali berlutut dan bersujud, juga akhirnya bersedia mengandung anak Deven. Akan tetapi, sekarang Nelson sudah meninggal. Deven tid
Tubuh Nelson dibaluti kain putih. Tenaga medis menurunkan brankar dari ambulans. Kyra meminta mereka untuk membawanya ke kamar yang ditempati Nelson sebelumnya.Setelah itu, Kyra terus mengucapkan terima kasih kepada tenaga medis. Dia juga memberikan mereka masing-masing satu amplop tahun baru. Mereka telah bersedia bertugas di saat mereka seharusnya sedang merayakan tahun baru.Tenaga medis menerima amplop tahun baru dengan terharu. Sebelum sopir pergi, dia berkata, "Bu Kyra, terima kasih. Kamu orang baik, pasti akan mendapat karma baik."Kyra tersenyum getir. Dia mengantar tenaga medis pergi dan menyaksikan ambulans meninggalkan vila.Apakah Kyra orang baik? Apakah orang baik akan mendapat karma baik? Dulu, Kyra juga percaya bahwa orang baik akan mendapat karma baik.Akan tetapi, ayahnya telah membantu begitu banyak orang, memberi dukungan finansial kepada begitu banyak siswa miskin, membangun sekolah dan rumah sakit, bahkan menyumbangkan banyak uang untuk melakukan amal.Secara logi
Mia membentak, "Kalau surga begitu bagus, kenapa kamu nggak pergi? Menurut Ibu, kamu sudah lama berharap ayahmu mati. Dia itu beban bagimu. Kami itu beban bagimu! Kyra, kamu sangat nggak berperasaan! Ibu kecewa padamu!"Mia menyalahkan, "Gara-gara kamu menikah dengan Deven, bukan cuma kamu yang nggak bisa hidup dengan baik. Kamu juga sudah membuat ayahmu terseret! Kamu yang seharusnya mati, bukan ayahmu!"Kyra merasa tertekan. Rasanya sakit sampai membuatnya kesulitan bernapas. Dia yang seharusnya mati, bukan Nelson. Dia tidak marah karena menurutnya Mia benar.Melihat Kyra tidak mengucapkan sepatah kata pun, Mia menangis karena terlalu emosi. Dia menyeka air matanya sambil berlari keluar.Kembang api di luar jendela masih bermekaran. Kyra mengambil baskom berisi air hangat, lalu merendamkan handuk baru ke dalam baskom. Setelah handuk basah, Kyra membungkuk dan memeras handuk hingga kering.Kyra memegang handuk hangat dan menyeka telapak tangan Nelson yang sudah tidak ada suhu tubuh. K
Tidak ada yang menjawab panggilan.Bam! Mendengar suara ini, Deven menggenggam ponselnya seraya menengadah. Kembang api yang besar membubung ke langit di atas kepalanya. Kembang api meledak menjadi pola bunga yang besar dan indah, lalu menghilang di langit malam yang gelap.Tak lama setelah itu, ada banyak kembang api yang meledak berulang kali. Suara petasan juga tiba-tiba terdengar.Tahun baru telah tiba. Tahun baru datang terlambat di tengah angin dingin yang berembus, salju yang bertebaran di langit, dan kembang api yang meledak.Jari-jari Deven yang menggenggam ponsel kedinginan sampai mati rasa karena salju. Lantaran tidak ada yang menjawab di ujung telepon, sistem otomatis mengakhiri panggilan.Terdengar suara tawa sekelompok anak kecil. Mendengar ini, Deven menoleh.Di depan pintu vila di sebelah, ada gadis kecil yang rambutnya dikepang dua seperti tanduk dan mengenakan gaun putri. Dia sedang bermain kembang api kawat dengan seorang anak laki-laki.Mereka terlihat sedang saling
Ledakan kembang api berlangsung selama setengah jam sebelum berakhir.Ada beberapa bintang yang berkelap-kelip di langit. Deven teringat dengan ucapan ibunya. Orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang di langit."Ayah, Ibu, selamat tahun baru. Apa kalian baik-baik saja di surga?" gumam Deven.Deven memandang langit berbintang sambil melanjutkan, "Musuh kita, Nelson meninggal hari ini. Kalian pasti sangat senang, 'kan? Sayangnya, aku sama sekali nggak senang. Aku bahkan khawatir keluargaku akan hancur."Di vila Keluarga Scott. Kyra sedang fokus menggantikan baju jenazah untuk Nelson. Baju ini baru dibeli oleh Mia.Konyol sekali. Kyra awalnya kira dirinya yang akan mengenakan baju jenazah, tetapi akhirnya Nelson yang mendahului Kyra.Sekujur tubuh Nelson menjadi dingin dan kaku. Sulit untuk mengenakan pakaian. Kyra dan Mia memakaikan baju untuk Nelson dan mengaitkan kancingnya."Kyra, tadi Ibu salah. Ibu nggak seharusnya menampar dan membentakmu. Tadi Ibu nggak berpikir dulu sebelu
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K