Tidak ada yang menjawab panggilan.Bam! Mendengar suara ini, Deven menggenggam ponselnya seraya menengadah. Kembang api yang besar membubung ke langit di atas kepalanya. Kembang api meledak menjadi pola bunga yang besar dan indah, lalu menghilang di langit malam yang gelap.Tak lama setelah itu, ada banyak kembang api yang meledak berulang kali. Suara petasan juga tiba-tiba terdengar.Tahun baru telah tiba. Tahun baru datang terlambat di tengah angin dingin yang berembus, salju yang bertebaran di langit, dan kembang api yang meledak.Jari-jari Deven yang menggenggam ponsel kedinginan sampai mati rasa karena salju. Lantaran tidak ada yang menjawab di ujung telepon, sistem otomatis mengakhiri panggilan.Terdengar suara tawa sekelompok anak kecil. Mendengar ini, Deven menoleh.Di depan pintu vila di sebelah, ada gadis kecil yang rambutnya dikepang dua seperti tanduk dan mengenakan gaun putri. Dia sedang bermain kembang api kawat dengan seorang anak laki-laki.Mereka terlihat sedang saling
Ledakan kembang api berlangsung selama setengah jam sebelum berakhir.Ada beberapa bintang yang berkelap-kelip di langit. Deven teringat dengan ucapan ibunya. Orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang di langit."Ayah, Ibu, selamat tahun baru. Apa kalian baik-baik saja di surga?" gumam Deven.Deven memandang langit berbintang sambil melanjutkan, "Musuh kita, Nelson meninggal hari ini. Kalian pasti sangat senang, 'kan? Sayangnya, aku sama sekali nggak senang. Aku bahkan khawatir keluargaku akan hancur."Di vila Keluarga Scott. Kyra sedang fokus menggantikan baju jenazah untuk Nelson. Baju ini baru dibeli oleh Mia.Konyol sekali. Kyra awalnya kira dirinya yang akan mengenakan baju jenazah, tetapi akhirnya Nelson yang mendahului Kyra.Sekujur tubuh Nelson menjadi dingin dan kaku. Sulit untuk mengenakan pakaian. Kyra dan Mia memakaikan baju untuk Nelson dan mengaitkan kancingnya."Kyra, tadi Ibu salah. Ibu nggak seharusnya menampar dan membentakmu. Tadi Ibu nggak berpikir dulu sebelu
Melihat Mia begitu emosional, Kyra menggeleng sambil menggerakkan bibirnya untuk mengatakan bukan.Mia menjadi lebih tenang. Dia berbalik meninggalkan kamar tempat Nelson berbaring."Alex, maaf sudah membuatmu mendengar keributan barusan," tutur Kyra sembari memegang ponsel. Dia merasa sangat lelah. Suaranya terdengar kelelahan.Kyra seperti mau pingsan. Dia bertumpu pada dinding yang dingin dengan jari-jarinya untuk berusaha tetap berdiri. Dia tidak boleh tumbang.Meskipun takdir terakhirnya harus tumbang dan pergi ke surga seperti ayahnya, Kyra tetap harus bertahan untuk mengantarkan kepergian ayahnya. Dia juga harus menenangkan ibunya. Dengan begitu, Kyra baru bisa pergi dengan tenang dan menghilang selamanya.Terdengar suara Alex di ujung telepon. Katanya, "Bu Kyra, aku baru dapat kabar kalau Pak Nelson meninggal. Turut berduka cita. Semoga tabah menghadapi kesedihan ini."Turut berduka cita. Banyak orang yang mengucapkan belasungkawa pada Kyra hari ini. Akan tetapi, bagaimana dia
Kyra dan Mia mengenakan pakaian berkabung serba hitam. Mata ibunya bengkak karena terus menangis.Alex menyuruh pengawal untuk berhati-hati saat mengangkut jenazah Nelson keluar dan menuruni tangga spiral. Kyra menyusul di belakang sambil memapah Mia.Satu tangan Kyra yang lain memeluk foto Nelson semasa hidup. Di foto hitam putih itu, senyum tipis Nelson terlihat memesona.Alex mengatur 100 iring-iringan mobil untuk mengawal Kyra ke pemakaman. Kyra dan Mia duduk di mobil terdepan.Deven yang memantau dari dalam mobil pribadi mengikuti mereka dari jauh. Dia mengikuti Kyra seperti penguntit yang kesepian.Setibanya di krematorium, mereka disambut atmosfer yang hening dan suram. Setelah upacara perpisahan, Kyra melihat jenazah Nelson dibawa untuk dikremasi."Aku mau lihat," ucap Kyra.Karyawan krematorium memperingatkan dengan nada cemas, "Nona Kyra, prosesnya terlalu brutal.""Kumohon, aku ingin mengantar Ayah ke peristirahatan terakhirnya," pinta Kyra.Pada akhirnya, Kyra diizinkan unt
Kyra tidak bisa memastikan alasan Deven berada di sini. Apa dia datang untuk berkabung? Sepertinya tidak. Sebelum mati, ayahnya hanya berduaan dengan Deven.Mereka bermusuhan, mana mungkin Deven sebaik itu untuk melayat? Deven pasti datang untuk memuaskan diri melihat ayahnya mati.Tangan Kyra yang memegang guci terkepal erat. Hari ini ayahnya akan dimakamkan, dia tidak ingin bertengkar dengan Deven. Dia ingin mengantar ayahnya pergi dengan tenang, tanpa memikirkan hal-hal lain. Dia berharap jiwa ayahnya pergi dalam damai.Jadi, Kyra langsung memalingkan wajah. Dia berjalan ke arah Deven sambil memegang guci yang berat. Jantung Deven sontak berdebar. Namun, Kyra hanya melewatinya dengan tenang, seolah-olah tidak mengenalinya, seolah-olah dia hanya udara kosong.Kemarin, Deven merokok semalaman di dalam mobil, memandangi salju yang turun lebat. Sikap Kyra padanya sudah dingin sejak kemarin. Padahal dia sudah berbaik hati membantunya menyuruh Okto datang menyelamatkan Nelson.Setelah itu
Satu tangan Deven diempas Mia, sementara satu tangannya yang lain terkepal erat. Mia lagi-lagi menabur bibit perselisihan.Ibu mertuanya ini suka mengadu domba. Beberapa waktu lalu, dia menyuruh Kyra untuk menceraikan Deven. Sekarang, dia memfitnahnya datang untuk membuat masalah.Deven benar-benar geram dengan tingkah Mia. Dengan status dan kekuasaan yang dimilikinya sekarang, dia bisa melakukan apa pun untuk membalas Mia.Hanya saja, ketika Deven melirik Kyra, dia menyadari tubuh Kyra telah mengurus banyak. Dia memikirkan anak dalam kandungan Kyra dan terpaksa menelan amarahnya.Alex tidak tega melihat Mia dan Kyra salah paham terhadap atasannya. Dia lalu berkata, "Bu Kyra, Bu Mia, sebenarnya Pak Deven ...."Alex hendak berkata bahwa Deven bukan orang jahat. Bosnya itulah yang menyuruhnya datang untuk membantu Kyra.Namun, Deven langsung menyela Alex. Dia menatap asistennya dengan dingin dan berucap, "Antar Kyra pulang dengan selamat.""Baik, Pak Deven," sahut Alex, menelan kembali k
Setengah jam kemudian, mereka tiba di kampung halaman Nelson, yakni sebuah desa terpencil di area pegunungan. Jalan menuju desa itu sangat sempit dan berliku-liku.Pohon pinus di kedua sisi seperti payung besar yang menaungi jalanan. Jalan ini telah diperbaiki dengan uang Nelson. Ketika Kyra masih kecil, dia pernah diajak Nelson datang untuk mengunjungi makam kakek dan neneknya.Salju turun lebat di gunung. Pemandangan pohon-pohon pinus yang ditutupi salju terlihat indah sekaligus suram. Salju turun mengenai pipi tirus Kyra dan pakaiannya.Kyra masih memeluk guci yang berat. Sungguh sulit dibayangkan, seseorang dengan berat puluhan kilogram yang tadinya masih hidup, kini telah menjadi abu di dalam guci.Entah sejak kapan, Mia sudah berjalan di sebelah Kyra sambil membawa foto mendiang suaminya.Saat itu sudah memasuki awal musim semi, tetapi udara sama sekali tidak terasa hangat. Angin masih bertiup dingin menusuk tulang.Deven yang mengikuti dari jauh melihat sosok kesepian Kyra di te
Kyra bertengkar dengan Mia, mogok makan, bahkan kabur dari rumah. Waktu Kyra baru mogok makan satu kali, Nelson sudah tidak tega. Kyra lalu meminta bantuan sang ayah untuk membujuk ibunya.Nelson menyanggupi dan berhasil membujuk Mia. Dia juga mengizinkan Deven bergabung ke Grup Scott.Nelson pernah berkata, "Kyra, Ayah membantu Deven karena suatu saat Ayah dan Ibu akan mati, meninggalkan sisimu. Kamu butuh seseorang untuk melindungimu. Sekuat apa pun kamu, kamu tetap seorang wanita. Ayah harap Deven akan selalu memperlakukanmu dengan baik, seperti ucapanmu. Ayah harap kamu memilih pria yang tepat."Sayangnya, Kyra sudah salah menilai orang. Dia membawa seorang monster ke tengah keluarga mereka. Akibatnya, ayahnya dicelakai hingga mati.Kesedihan menghantam Kyra, membuatnya sesak napas. Namun, dia tidak bisa menangis lagi, air matanya seakan-akan sudah mengering."Ayah, aku nggak rela berpisah dengan Ayah," gumam Kyra.Alex mendekat dan mengingatkan dengan lembut, "Bu Kyra, sudah waktu
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K